Happy reading ❤️
•••••
Setelah kejadian hujan pada malam itu yang membuat Clara jatuh sakit, Pierre semakin berhati-hati untuk membawa gadis itu keluar. Sesekali ia mencari berita ramalan cuaca di radio ketika akan merencanakan kepergiannya bersama sang kekasih, atau selalu sedia payung untuk berjaga-jaga jika hujan turun.
Namun sebenarnya mereka juga tak terlalu sering bertemu, karena Pierre pun juga harus menemani Pak Nas berdinas. Setiap akhir pekan tanpa terkecuali pastilah pria itu mengunjungi Rukmini, mengajaknya keluar untuk sekedar makan bersama atau menikmati hari berdua sebelum hari kerja nya kembali dimulai.
Seperti di pagi ini, Pierre berencana untuk membawa gadis manis itu ke Puncak Bogor. Perjalanan ini dilakukannya untuk memuaskan rindu yang akan tertahan hampir seperti nanti, karena Pierre berencana akan melakukan dinas ke Jogja bersama Pak Nas.
"Ibu, saya sama Mas Pierre berangkat dulu ya. Doakan selamat sampai tujuan," Clara diikuti Pierre mencium tangan Ibu Chamim dilanjutkan dengan sang ayah, Bapak Rijo Chamim.
"Iya, hati-hati ya nduk. Oh ya, ini ada sedikit camilan, nanti dimakan ya. Biar hemat juga, ndak usah banyak beli di sana," Ibu memberikan sebuah rantang 2 susun yang dasar rantangnya masih terasa hangat. Sepertinya ini makanan yang Ibu masak subuh tadi, sampai aromanya tercium ke seberang pagar tetangga.
"Rukmini dijaga ya le, jangan sampai putriku yang paling cantik ini menangis ketika pulang nanti," Tambah Bapak memperingatkan.
"Siap, Pak. Saya akan jaga Rukmini sebaik mungkin," Jawab Pierre sambil tersenyum, dibalas senyuman juga oleh Bapak dan Ibu.
Mereka berdua selalu yakin akan ucapan dan janji Pierre. Lagipula Pierre sudah sangat dipercaya oleh keluarga Chamim, jadi tak ada lagi kekhawatiran jika putri sulungnya pergi ke luar tanpa pengawasan mereka.
"Mbak Rukmini, Ranti sama Anto nitip kue cubit sama kacang Bogor yo hehe," Kedua adik Rukmini juga menambahkan.
Clara pun mengangguk, walau mereka bukan adiknya namun tetap saja dirinya ada di dalam tubuh Rukmini. Lagipula Clara suka kedua anak kecil ini, sangat cerdik dan baik hati. Toh, tak salah juga membelikan mereka berdua oleh-oleh.
"Iya, nanti mbak belikan yang banyak," Clara mengangguk tersenyum.
Setelah benar-benar siap dan berpamitan, akhirnya mereka melenggang pergi menuju Puncak Bogor.
~~~
Sudah satu jam lebih perjalanan mereka telah ditempuh, kantuk dan bosan pun mulai mendominasi suasana di dalam mobil Jeep yang dikendarai Pierre. Ditambah lantunan lagu di radio yang tengah memainkan lagu klasik, membuat rasa kantuk Clara menjadi semakin menjadi-jadi.
Pierre yang sempat meliriknya pun terkekeh kecil.
"Mengantuk Min?"
Clara membenarkan posisi duduknya yang semula bersandar ke kaca mobil.
"E-eh iya mas," Clara menyengir kuda.
"Yasudah, tidur saja. Masih ada waktu untuk tidur--"
Huweekkk!!!
Tiba-tiba gadis di sampingnya itu mual-mual, sontak Pierre langsung menepikan mobilnya untuk memeriksa keadaan Rukmini.
"Kamu kenapa Min?"
Clara yang sudah berwajah pucat itupun hanya melenguh.
"Sepertinya saya mabuk perjalanan mas,"
"Wah yasudah ayo ke warung makan itu. Kita beli teh hangat," Pierre menuntun Clara keluar dari mobil menuju sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLES | PIERRE TENDEAN ✔️
Fanfiction[END] Pertemuan singkat di alam mimpi, dengan kebahagiaan yang mustahil jika dikatakan hanyalah sebuah mimpi belaka. "Bukan pertemuan kita yang ajaib. Tapi dirimulah keajaibannya," ------------------------- biggest rank : #1 for pierretendean Discla...