Final Ending

1.3K 161 181
                                    

Suara seseorang menuruni tangga terdengar jelas. Suara itu semakin nyata  dan mendekat. Jungkook mengerjab-ngerjabkan matanya, dia berusa mempertahankan kesadarannya. Asap yg tersisa  menyiksa matanya, membuat Jungkook tidak berani membuka mata. Kemampuannya mengenali tempat operasi dengan cepat  adalah kunci dia  selama ini selalu menjadi kartu AS dalam timnya, di tambah dia di latihan mampu menjalankan misi lapangan dengan keadaan ruang gelap selama di Amarika, dan ketenangan dalam keadaan krisis dan tertekan membuatnya mengatasi situasi sekarang. Meski rasa perih di paha Jungkook mulai menjalar, namun Jungkook  tetap bangkit seolah sakit itu bukan masalah besar untuknya. Darah  segar mengalir dari paha kiri Jungkook, dia sedikit terpincang saat berjalan. Untuk keamanannyaJungkook mencari tempat persembunyiaan sebelum orang-orang itu datang dan menemukannya.

Jungkook berlari menyeret kakinya melewati mayat-mayat di lantai. Itu bukan masalah bagi Jungkook meski gelap dan terpincang, dia melakukan dengan mudah. Terdapat banyak lorong dan ruangan, Jungkook memilih ruangan yg dia rasa paling aman dan ideal dari banyak ruang yg dia sudah masuki.













Ruangan itu sangat gelap dan berantakan. Jungkook melangkah hati-hati agar tidak meninggalkan banyak jejak di lantai yg berdebu. Dia sendiri sudah membuat banyak jejak palsu untuk mengecoh lawan. Bermain dengan waktu itu adalah kunci dari misi Jungkook sekarang, dia harus selangkah lebih cepat dari lawan jika ingin mengendalikan permainan. Salah perhitungan akan membuatnya termakan oleh permainannya sendiri.

Jungkook duduk  dilantai sambil manahan sakit kaki kirinya. Dan benar peluru itu mengenai kulit pahanya.  Jungkook tidak bodoh, dia pernah tertembak sebelumnya. Dia memasang pelindung di paha dan betisnya di balik celananya sehingga peluru itu tidak sampai kedalam dagingnya dan hanya mampu menggores bagian yg tidak tercover. Segara Jungkook mengambil kain kasa dari kantong rompinya dan membalutnya kuat agar pendarahan berhenti.  Tangannya melakukannya dengan cepat dan trampil.











Beberapa orang turun dari tangga dan menemukannya beberapa rekannya mati dan sekarat di lantai. Sementara  asap bekas gas mata masih tersisa di ruangan tersebut membuat orang-orang itu menutup mata akibat perih yg mereka rasakan. Itu membuat mereka sulit mengidentifikiasi keadaan saat tiba.

" BRENGSEK SIAPA YG MELAKUKAN INI??? " kata seseorang dengan murka.

Beberapa  yg lain memeriksa rekan-rekannya yg terkapar di lantai apakah masih hidup atau sudah mati.

" Bos dia masih hidup. "  kata salah satu anak buahnya.

Laki-laki berbadan tinggi dempal itu langsung  menghampiri seseorang yg masih selamat itu.

Dia berjongkok dan melihat anak buahnya itu setengah sadar, tangannya menahan sebuah luka tembakan di perutnya.  Darah benar-benar membasahi lantai tersebut. Hanya membunuh berdarah dingin yg mampu melakukan ini dengan cepat pikir laki-laki itu.

" Siapa yg melakukannya? " tanya sang ketua komplotan yg bernama Jehun.

" Ti-dak ta-hu bo-s. "  laki-laki itu meringis kesakitan merasakan lukanya.

" Berapa orang?"

" Sa-tu. " menjawab dengan terbata-bata.

" Tampan bermata lebar? " Jehun menebak.

" Y-aa"   nafasnya mulai tersengal-sengal.

Lalu orang itu terbatuk-batuk dengan keringat bercucuran, sudah tidak tahan lagi menahan sakitnya.

Lost....

Tidak ada suara lagi, kehidupan seseorang hilang begitu cepat dan mengenaskan.

"Dia sudah mati bos. "

A MISSION AND BROTHER'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang