Chap 02

534 57 10
                                        

Keesokan harinya pada pagi hari, Akira kembali mendekati Yusa yang sedang duduk seorang diri di bangku taman kampus. Yusa sedang asik membaca sebuah novel yang kebetulan novel tersebut merupakan kesukaan Akira juga.

"Pagi kakak tampan..." Sapa Akira kepada Yusa namun tidak ada respon apa pun. "Aku juga suka sama novel fiksi itu, bahkan aku juga merasa seperti mengalami kehidupan kedua sama seperti peran utamanya. Oh ya kak, apa kakak udah sarapan? Kebetulan aku buat sandwich, kakak tampan mau?"

Yusa menutup novelnya dan memandang sinis Akira. "Kau itu tidak tau malu ya? Bagaimana bisa seorang pria mengejar pria lain juga? Dari awal kau menjadi mahasiswa baru disini, aku sudah merasa aneh dengan kau yang terus memandang ku. Lalu sekarang dengan tak tau malunya kau berusaha mendekati ku dengan memberikan ku makanan. Kau kira aku orang yang tak mampu untuk makan sehari tiga kali, sampai harus mendapatkan makanan dari orang miskin seperti mu."

"Bukan seperti itu maksud ku kak, aku tau aku miskin, tapi aku hanya ingin kakak mencoba masakan ku saja, tidak lebih."

"Aku sama sekali tidak minat memakan apa pun dari orang seperti mu!" Setelah mengatakan hal itu, Yusa pun pergi meninggalkan Akira seorang diri.

"Tak apa Akira, ini masih awal. Jangan menyerah!" Akira pun tersenyum memandang Yusa yang kian menjauh.

Beberapa minggu telah berlalu dan di setiap harinya Akira selalu menghampiri Yusa, dan ada saja yang ia bawakan untuk Yusa. Terkadang Akira tidak membawakan apa pun, dan mencoba mencari perhatian Yusa atau mengajaknya berbicara.

"Hei kau, apa kau sangat menyukai ku?" Tanya Yusa pada Akira.

"Iya kak, aku sangat sangat menyukai mu! Aku mencintai mu!"

"Apa sejak saat kau masuk kuliah disini?"

"Sejak pertama aku melihat kak Yusa, aku merasa kalau kita sudah saling kenal lama. Dan jantung ku langsung berdebar cepat, seakan akan mengatakan kalau aku sangat mencintai mu, bahkan aku merasakan rindu yang begitu mendalam, seperti kita sudah tidak pernah bertemu hingga ratusan tahun lamanya. Aku sangat yakin jika kak Yusa adalah pemilik hati ku ini. Karena hati ini tidak akan pernah salah mengenali belahan jiwanya."

"Jangan menggunakan kutipan yang ada di novel, kau kira aku tidak tau kata kata itu."

"Hehe maaf kak, tapi apa yang tertulis di novel itu sama persis dengan yang ku rasa. Jadi kakak tampan, apa kakak mau jadi pacar aku?"

"Ooh kau benar benar anak pemberani. Kau berani mengungkapkan perasaan mu, kau juga berani menunjukkan apa yang kau mau dan apa yang kau suka. Seperti bukan diri mu saja."

"Maaf kak, tapi aku memang seperti ini dari dulu, tidak pernah berubah."

Yusa seketika terdiam, ia merasa bingung dengan apa yang di katakannya tadi.
'Kenapa aku bicara seperti itu? Seperti aku sudah tau seperti apa dia. Sial, mungkin gara gara pengaruh kutipan di novel itu, jadi aku sedikit terbawa.' Batin Yusa.

"Baiklah, aku akan memberi mu kesempatan. Berjuanglah hingga kau bisa membuat ku suka pada mu." Ucap Yusa membuat Akira merasa sangat bahagia.

"Terima kasih kak, mulai saat ini aku akan berjuang. Tunggu saja, aku pasti bisa menjadi pacar mu, kakak tampan!" Usai mengatakan itu Akira pergi meninggalkan Yusa.

'Ini hal baik, Fumi harus tau ini!' Batin Akira, ia pun segera menghubungi sahabat baiknya tersebut.

Sepulang dari kuliah, Fumi mengantar Akira yang akan bekerja paruh waktu di salah satu cafe. Di dalam mobil, Akira menceritakan apa yang di katakan oleh Yusa tadi, ia terus mengatakannya berulang ulang kali hingga Fumi sebenarnya merasa jengah.

"Ya ya ya... Kamu sudah mengatakannya beribu ribu kali, aku bosan mendengarnya." Keluh Fumi.

"Ciiih... Sahabat mu ini sedang bahagia, seharusnya kamu juga ikut bahagia bukan mengeluh." Ucap Akira dengan mempoutkan bibirnya.

Fumi tersenyum, ia mengusak rambut Akira lalu berkata. "Ya, aku bahagia. Tapi aku akan lebih bahagia lagi jika kamu tidak terluka oleh cinta mu ke Yusa itu. Bahkan sampai sekarang saja dia tidak ingat kalau..."

"Ssst... Fumi... Biarkan waktu yang menjawab itu, dan saat ini aku harus memperjuangkan cinta ku. Aku tidak ingin lemah seperti sosok Miya, aku harus mendapatkan cinta kak Yusa dan menjadi kekasihnya." Ucap Akira memotong pembicaraan Fumi.

"Lakukan apa pun yang membuat mu bahagia, aku tidak ingin melihat Akira yang selalu bersedih lagi. Satu hal yang perlu kamu ingat, jika kamu mulai merasa lelah dan merasakan sakit, jangan lupa kalau ada aku yang selalu ada untuk mu. Sekecil apa pun masalah yang kamu hadapi, kamu harus menceritakannya pada ku. Anggap aku sebagai pengganti kakak mu yang entah kemana perginya."

"Tidak tidak... Kakak ku bukan orang yang baik seperti mu, mana mungkin aku bisa menganggap kamu sebagai pengganti kakak ku. Tapi aku bisa menganggap kamu sebagai kakak ku, bukan seperti dia."

"Ya sudah, sana kerja yang bener nanti pulang aku jemput."

"Ok Fumi! Bye."

Keesokan harinya, Akira mencari keberadaan Yusa dengan membawa sarapan. Setelah ia melihatnya, Akira pun bergegas menghampiri.

"Pagi kak, ini aku bawakan sarapan. Aku bawa banyak jadi teman kakak juga bisa ikut makan." Ucap Akira dengan tersenyum.

Yusa menerima bingkisan makanan tersebut dan menyerahkannya kepada temannya. "Masak sendiri?" Tanya nya.

"Iya kak, soal rasa dan gizi nya sudah pasti bisa di jamin." Jawab Akira.

"Berikan ponsel mu."

"Huh?" Akira nampak bingung.

"Cepat berikan." Titahnya sekali lagi dan Akira segera memberikan ponselnya pada Yusa.

"Ponsel mu tidak buruk, aku kira ponsel mu itu ponsel yang sudah ketinggalan jaman, atau mungkin tidak memilikinya sama sekali." Ledek Yusa dengan sedikit terkekeh.

"Itu hadiah ulang tahun ku tahun lalu, Fumi yang memberikannya pada ku. Sahabat ku itu sangat baik." Ucap Akira memuji sahabat baiknya yang ia miliki satu satunya sejak ia menduduki bangku sekolah dasar.

Wajah Yusa menunjukkan ketidak sukaan akan hal itu, entah karena apa.
"Aku sudah menyimpan nomer ku, dan aku juga sudah menyimpan nomer mu. Tapi ingat, kau tidak di perbolehkan untuk terlalu sering menghubungi ku, atau nomer mu akan ku blokir."

"Baik kak! Asiiiik... Makasi banyak kak, aku akan pergi ke kelas ku. Jangan lupa untuk di habiskan makanannya." Akira pun berlalu.

"Waah ada apa ini? Selain menerima makanan dari anak miskin itu, kau juga memberikan nomer ponsel mu." Ujar Tenji salah satu teman Yusa.

"Hanya sedikit bermain main saja, lumayan kan kita bisa mendapatkan makan, selain itu wajahnya lumayan cantik." Ucap Yusa yang masih menatap Akira yang mulai menjauh bahkan sudah tak terlihat lagi sekarang.

"Awas kena karma." Tegur Nagomu, teman Yusa lainnya.





































Next nya tunggu bulan depan, tanggalnya gk tau kapan :v

New Life (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang