Pada siang hari, Yusa mengirim pesan kepada Akira untuk datang dengan membawakannya segelas coffee panas. Akira yang membaca pesan dengan cepat itu pun bergegas untuk membelikannya, ia tidak ingin Yusa menunggu nya terlalu lama. "Ini kak coffee nya." Ucap Akira sembari memberikan segelas coffee panas.
"Nih uangnya, kembaliannya kamu ambil aja." Yusa memberikan selembar uang dengan nominal yang cukup besar, sementara harga coffee hanya seberapa.
"Aku tidak mau, kembaliannya terlalu besar. Dan aku juga tidak ada kembaliannya, tunggu sebentar ya kak biar aku tukar uangnya dulu."
"Tunggu." Seru Yusa membuat Akira berhenti melangkah. "Kalau kau tidak mau uang kembaliannya, simpan saja. Jika nanti aku meminta mu untuk beli hal lainnya kau bisa gunakan uang itu." Lanjut Yusa.
"Baiklah kak. Kalau begitu aku permisi dulu." Akira pun berlari meninggalkan Yusa dan teman temannya.
"Tumben tu anak buru buru, udah bosen apa liat muka mu?" Ledek Tenji pada Yusa.
"Siapa yang perduli." Ucap Yusa acuh yang kemudian menyesap coffee tersebut.
'Gawat, aku bisa telat masuk kerja. Fumi masih ada kelas jadi gak bisa anterin deh. Smoga aku bisa datang tepat waktu!' Batin Akira yang berlari menuju halte bus, hari ini ia harus masuk kerja lebih awal karena ada rekan kerjanya yang tidak masuk.
Beruntung Akira datang tepat waktu, jika tidak, penghargaan sebagai karyawan terbaik bisa terlepas darinya. Meski pun ia kerja di cafe, pemiliknya setiap bulan selalu memberikan penghargaan untuk karyawan terbaik dan akan memberikan bonus tambahan di setiap penerimaan gaji. Dan sekarang, Akira sedang melayani pelanggan tetap disana, yang baru sekitar dua bulan yang lalu ia datang setiap harinya, dan pelanggan itu selalu menginginkan Akira yang melayani nya. Setiap pelanggan itu melakukan pembayaran, ia juga selalu memberikan uang tips kepada Akira.
Fujimoto Tetsuya, atau yang kerap di panggil Tetsu oleh Akira. Kini orang tersebut tengah asik memandang wajah cantik Akira yang sedang mengajaknya bicara. "Apa kau mendengar ku kak Tetsu?" Kesal Akira, ia sudah hafal dengan kebiasaan pelanggannya satu ini.
"Aku tau kalau aku cantik dan juga tampan secara bersamaan, kau pasti mengaguminya bukan? Tapi kalau setiap saat selalu di pandangi seperti itu, aku menjadi risih. Oh, mungkin kah aku bisa melaporkan mu sebagai pelecehan seksual?" Lanjut Akira meledek Tetsuya.
"Silahkan saja kalau kau mau melapor, tapi sebelum aku di bawa oleh polisi, aku akan melecehkan mu seperti ini atau lebih." Goda Tetsuya sambil meraba paha Akira. Yang di raba dengan spontan memukul kepala Tetsuya dengan buku menu.
"Sssh... Sakit sekali kepala ku." Keluhnya.
"Rasain, siapa suruh pegang pegang. Tunggu disini, aku akan bawakan pesanan mu." Ketus Akira.
"Judes banget sih, untung cantik jadi di maafin." Ucap Tetsuya yang samar samar di dengar Akira.
Dengan misuh misuh Akira membuatkan coffee pesanan Tetsuya, sang manager yang kebetulan ada disana merasa lucu dengan Akira hingga ia mencubit kedua pipi Akira yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. "Pak manager swakit." Keluh Akira.
"Siapa suruh kamu gemesin kaya gini, dan berhenti panggil aku pak. Aku ini perempuan bukan laki laki."
"Perempuan gak ada yang kasar kaya manager."
Memang sang manager orangnya sedikit kasar dan ia juga berpenampilan seperti anak laki laki, bahkan dadanya saja rata. Wajahnya pun sangat rupawan, membuat para gadis atau pun pria mengaguminya. Mungkin bisa di katakan, manager dengan Akira itu tertukar. Yang laki cantik seperti wanita, sedangkan yang wanita tampan seperti lelaki. Bahkan ukuran tubuh mereka sepertinya juga tertukar.
"Laki laki juga gak ada yang lembek kaya kamu." Ucap manager meledek balik membuat Akira mengerucutkan bibirnya.
"Kamu kenapa sih? Buat kopi aja sambil misuh misuh begitu." Lanjutnya bertanya."Noh pelanggannya." Ucap Akira sambil melirik ke arah Tetsuya membuat manager ikut serta melihat arah tersebut.
"Kenapa lagi? Di pandangin lagi kamu nya?"
"Iya, udah gitu pegang pegang paha lagi."
"Wah kurang ajar, sepertinya harus di kasih pelajaran itu orang. Berani beraninya pegang paha adik ku, padahal aku sendiri aja belum pernah." Ucap manager sambil menggulung kan lengan kemejanya.
"Bu manager, perbaiki apa yang kau katakan barusan." Sinis Akira.
"Hahaha... Tidak akan. Ya sudah sana kamu lanjut lagi kerjanya, kasihan fans kamu udah nunggu lama. Kalau dia macem macem lagi langsung aja teriak."
"Ok~"
Malam menjelang, Akira kini tengah menunggu Fumi untuk menjemputnya. Berulang kali Akira melihat jam di tangannya, bahkan pria berparas cantik itu terus saja menggerutu karena Fumi terlalu lama menjemputnya. Padahal, baru saja sepuluh menit Akira menunggu. Toh selama ini Fumi yang selalu menunggu Akira, bahkan pernah berjam jam lamanya, tapi Fumi tidak pernah menggerutu apa lagi meninggalkan Akira pulang.
"Hai cantik, mau di anter pulang gak?" Goda seseorang dari balik helm nya, orang tersebut menggunakan motor dan berhenti tepat di depan Akira.
Akira sangat tidak suka di goda seperti ini, jadi ia diamkan saja bedebah seperti itu.
"Akira... Aku sedang bertanya, kenapa di diamkan sih?" Orang tersebut kembali bicara dan kali ini helm nya sudah ia lepaskan. Akira melirik ke arah orang tersebut, penasaran juga dengan siapa orang itu yang mengetahui nama nya."Oh Tetsu.. Aku kira kamu om om genit." Ucap Akira terus terang.
"Hahaha jahat sekali. Mau aku anter pulang? Sudah malam lho, kamu pasti lelah juga kan." Tetsu turun dari motornya, ia merangkul Akira dan mengusap lembut pundak Akira.
"Aku menunggu teman ku, sebentar lagi dia datang." Ujar Akira mencoba melepas rangkulan tangan Tetsuya karena tidak nyaman.
Tapi bukan Tetsuya namanya jika ia tidak melakukan skinship pada Akira, orang yang ia incar sejak pertama kali Akira masuk di universitas, sayangnya Akira tidak mengetahui hal ini. Dan Tetsuya belum sempat mengatakannya pada Akira, atau lebih tepatnya sengaja untuk tidak memberitahukannya saat ini. Tangan besar Tetsuya terulur, mencoba menghapus keringat pada kening dan juga leher Akira. Malam ini terasa panas memang, dan Akira tipe orang yang mudah berkeringat.
"Apa yang kau lakukan? Aku bisa membersihkannya sendiri." Ucap Akira menahan kesal.
"Tidak apa, aku senang melakukannya untuk mu."
Akira tetap berusaha untuk menjauhkan tangan Tetsuya dari dirinya, tapi Tetsuya tetap melakukan apa pun yang ia inginkan. Jika Akira membentaknya dan memberikannya pukulan, tidak masalah kan? Toh ini sudah di luar jam kerja, jadi tidak akan berpengaruh dengan pekerjaan nya bukan?
"Tetsu..." Tegas Akira menatap tajam Tetsuya.
"Apa yang kau lakukan kepada teman ku? Mencoba untuk melecehkan nya?" Ucap seseorang yang baru datang dan orang tersebut menarik dengan kasar tangan Tetsuya dan mencoba melindungi Akira di balik tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari si pria cantik.