Chap 13

222 35 2
                                        

Tiga bulan berlalu, selama tiga bulan itu, Akira dan Yusa telah tinggal bersama di apartment yang di berikan oleh Shohei. Apartment tersebut hanya memiliki satu kamar saja dengan ranjang king size nya, tapi Yusa tidak ingin berbagi ranjang dengan Akira. Ia membiarkan Akira tidur pada sofa, dan memberikannya selimut yang tebal agar tidak kedinginan lalu jatuh sakit. Merepotkan jika Akira sakit, ia tidak ingin capek capek mengurusinya. Bahkan terkadang sifat Yusa sedikit cuek terhadap Akira, meskipun begitu Akira biasa saja menanggapinya, walau terkadang ada rasa lelah mengejar Yusa yang menghampiri hatinya.

Lalu kemudian Fumi, selama satu bulan penuh Fumi terus menghindari Akira, membuat Akira kesal dan sangat marah. Ia pun menceritakan hal ini kepada Reiner, dan menyuruh menyampaikan pesan kepada Fumi, kalau ia sangat marah dan tidak akan menerima maafnya sekali pun di suap dengan banyaknya makanan.
Akhirnya Reiner memberi penjelasan pada Akira, jika Fumi butuh waktu untuk menenangkan hatinya, walau pun Reiner tidak mengatakan penyebabnya apa. Dan Akira terpaksa membiarkan hal itu, jauh dari Fumi untuk kali pertamanya. Namun di bulan kedua, Fumi mulai menampakkan dirinya di hadapan Akira, walau pun tidak sesering dulu. Akira justru merasa, dirinya orang asing untuk Fumi. Hal tersebut membuatnya merasa sedih, karena Fumi satu satunya sahabat yang ia punya. Akira tidak memiliki teman lain di kampus, hanya memiliki teman kerja saja.

Akira jadi merasa kesepian jika harus berangkat kuliah, terkadang ia ikut kumpul bersama Yusa, tapi rasanya berbeda dengan bersama sahabat sendiri. Akira terkadang tidak bisa menimpali pembicaraan mereka semua, selain itu masih ada saja si Matsuzaka yang berkeliaran di samping Yusa. Bukan hanya itu saja, secara diam diam Matsuzaka membully Akira. Dan Akira tidak pernah menceritakannya pada siapa pun, ia hanya berusaha untuk melawan segala kekerasan yang Matsuzaka berikan. Dan wanita tersebut, selalu melukai Akira pada bagian tubuh yang tak terlihat. Jika sekarang Akira membuka bajunya, maka akan terlihat banyak lebam di tubuhnya.

Mastuzaka itu, selalu menyerang dari belakang dan terkadang membawa beberapa pria untuk menahan diri Akira. Wanita itu pun berkata akan menghentikan itu semua jika Akira meninggalkan Yusa dan melepaskannya. Tapi Akira tidak bisa melakukan itu, selain karena Akira sangat mencintainya, ia juga memiliki hutang yang banyak kepada ayahnya Yusa. Jika Akira harus meninggalkannya, maka ia harus mengembalikan uang yang sudah ia terima bukan? Matsuzaka yang kesal karena Akira tidak mematuhi perintahnya dan tidak perduli dengan hal hal buruk yang sudah di lakukannya, tentu merasa kesal dan akan terus melakukan hal itu hingga Akira memenuhi keinginannya.



"Miya? Apa yang kau katakan? Aku tidak mendengar mu."

Sosok Miya menghampiri Akira, kedua tangan Miya terulur dan memegangi pipi Akira. "Bukan kah kau sudah lelah? Aku tau seperti apa rasanya lelah itu, aku mengakhiri hidup ku karena aku tidak tahan lagi. Jadi kenapa kau mengejarnya? Kenapa kau mencintainya lagi? Dia bahkan tidak ingat tentang kita, jadi untuk apa? Berhentilah, jangan buat dirimu merasakan sakit seperti yang di rasakan dulu."

"Apa maksud mu dengan mengakhiri hidup mu karena tidak tahan lagi? Apa mungkin kak Kendo penyebab mu melakukan itu?"

"Oh benar, kau masih belum mengingat semua kejadian di kehidupan lalu bukan? Maka akan ku perlihatkan padamu..."

Tiba tiba sebuah layar muncul di hadapan Akira, dimana kejadian kejadian di masa lampau berputar. Hingga akhirnya tiba di bagian akhir dari ingatan tersebut. Kedua kaki Akira terasa lemas, ia jatuh terduduk dan menguraikan air mata. Ternyata seperti itu kenyataannya, pantas saja terkadang sejak dahulu ia merasakan sakit pada hatinya ketika mengingat Yusa atau Kendo. Hal yang tidak pernah ia ketahui jawabannya, kini terjawab sudah.

"Jadi berhentilah, cari kebahagian mu..."

"Tapi... Kak Yusa adalah kebahagiaan ku, dan juga kak Yusa sudah sedikit berubah di bandingkan dulu. Setidaknya dia percaya pada ku, dan selalu menjaga ku, walau pun terkadang ia acuh pada ku."

"Jangan di butakan oleh cinta, selamanya dia tidak akan berubah. Kak Kendo selamanya akan seperti itu, dan kau akan terus tersakiti jika bertahan dengannya."

Sosok Miya perlahan menghilang, Akira terus berteriak agar Miya dapat mendengarnya.

"Kak Yusa adalah kak Yusa! Kak Yusa bukan lah kak Kendo di masa lampau!!! Apa kau mengerti, MIYA!!!" Teriak Akira tanpa ia sadari ketika ia masih tertidur.

Yusa yang hendak membangunkan Akira merasa terkejut dengan ucapan Akira.
"Apa yang kau maksudkan itu? Dari mana kau tau perihal Kendo dan juga Miya? Apa yang kau impikan Akira? Jangan katakan kalau kau juga mengalami mimpi aneh seperti ku itu?" Gumam Yusa.

Akira membuka kedua matanya perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Yusa yang nampak kebingungan. Akira tersenyum, ia bangun dan memberikan ciuman pada pipi Yusa membuat si empu kembali pada kesadarannya.

"Hehehe..." Akira tersenyum, ia pun menduga kalau Yusa akan marah marah karena hal tersebut. Namun dugaannya salah, karena hal yang Yusa katakan adalah sebuah pertanyaan yang tidak pernah ia duga.

"Apa kau Miya?"

"Aku Akira." Jawab Akira pura pura bodoh.

"Maksud ku, di kehidupan sebelumnya."

Akira memberikan smirk. "Menurut kak Yusa? Coba tebak lah..."

Yusa menghela nafasnya, kemudian ia pergi meninggalkan Akira. "Cepat mandi, kita mau ke rumah sakit bukan?" Ujar Yusa sebelum menjauh.

"Baik kak." Seru Akira yang kemudian bergegas untuk mandi, di hari libur ini, Akira ingin menjaga ibunya seharian penuh, siapa tau ibunya akan sadar.

Akira sudah berada di ruangan Livia, sementara Yusa, ia hanya mengantarkannya lalu pergi, bilangnya sih ia memiliki pekerjaan, dan ia akan datang malam nanti untuk menjemput Akira. Kedua tangan Akira yang kecil, terus ia gerakkan untuk memijat kedua kaki sang ibu. Bahkan mulutnya Akira tidak berhenti berbicara.
Ia terus bercerita ini dan itu, tidak perduli jika Livia belum bisa menjawab perkataannya, setidaknya Livia pasti mendengarkan meski pun dalam keadaan koma.

"Walau pun aku sudah merasa bahagia sekarang, tapi aku merasa tidak bahagia sepenuhnya karena mama masih belum sadar juga. Aku tidak akan memaksa mama untuk segera bangun, hanya saja, jika mama sudah merasa cukup untuk istirahat, ku mohon segeralah untuk bangun. Mama harus bertemu dengan kak Yusa dan meminta kak Yusa untuk menjaga ku sepenuhnya, terlebih lagi dari si badut Matsuzaka itu.

Menurut mama, apakah aku harus menceritakan semuanya kepada kak Yusa? Tapi, apa kak Yusa akan menganggap aku lemah karena kalah dari Matsuzaka? Hmm... Ku rasa tidak kan ya ma? Toh badut itu selalu membawa orang lain, dia main keroyok dan selalu menyerang di saat aku lengah. Apa lebih baik aku adukan saja ya ma ke kak Yusa?"

Akira memandangi wajah ibunya sendu, namun kedua matanya segera membulat ketika suatu hal yang tak dia inginkan terlihat dengan jelas, sebuah gambar garis lurus dan berbunyi begitu nyaring. Bahkan air mata Akira keluar tanpa izin darinya.

New Life (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang