"Argh... Sial!!!" Yusa mengumpat dan memukul meja dengan kedua tangannya, ia kesal karena mobil yang membawa Akira tidak dapat di temukan. "Akira, aku harap kamu baik baik saja. Dan izinkan aku untuk meminta maaf pada mu." Gumam Yusa.
Dua minggu berlalu, Yusa belum juga mendapatkan kabar baik tentang Akira. Dalam dua minggu ini, Yusa nampak sangat kacau, kedua orang tuanya sangat prihatin dengan keadaan anak keduanya itu, dan mereka hanya diam tak berniat untuk membantu, anggap saja itu hukuman baginya karena sudah melepaskan Akira.
Dan pada awal minggu ini yang merupakan hari Senin, Yusa yang tengah berada di kampus bersama dengan kawan kawannya tentu juga dengan si badut wanita itu tengah berada di kantin menikmati makan siang mereka. Matsuzaka terus berusaha mengajak bicara Yusa serta ingin menyuapinya, namun Yusa tak bergeming sedikit pun, hingga akhirnya ia melihat sosok yang ia rindukan. Semua yang berada di meja tersebut terkejut dengan Yusa yang secara tiba tiba berdiri dan berlari. Semua orang mengalihkan pandangan pada arah yang sama dengan Yusa, keempat teman Yusa tersenyum lega karena akhirnya Yusa dapat bertemu dengan Akira, beda hal nya dengan Matsuzaka yang bercebik kesal.
"Akira tunggu!" Yusa meraih tangan Akira namun tangan tersebut segera di tepis oleh Akira, bahkan Akira menatap jutek Yusa.
"Kamu... Baik baik saja?" Tanya Yusa sembari memegangi pundak Akira dan sedikit memutarkannya ke kanan dan kiri."Lepasin." Jawab Akira sedikit jutek. Yusa tak mengindahkan ucapan Akira, dan segera memeluk Akira dengan erat, mungkin saja hingga terasa sesak, namun Akira hanya diam saja tak membalas pelukan dari orang yang di cintainya itu.
"Aku sangat senang bisa melihat mu lagi dan bersyukur kamu baik baik saja. Maaf karena telah mengusir mu dan berakhir membuat mu di culik, sejak saat itu aku terus mencari keberadaan mu tapi tidak mudah menemukan mu. Maafkan aku Akira, aku....."
"Brukkk." Yusa terjatuh tak sadarkan diri, Akira membulatkan matanya terkejut dengan apa yang terjadi.
Keempat teman Yusa segera berlari menghampiri, membantu Akira mengangkat Yusa dan membawanya menuju rumah sakit. Setibanya disana, Yusa segera di tangani dokter. Akira menghubungi Fuji mengatakan apa yang sedang terjadi. Fuji yang mendengarnya terkejut, dan berkata akan segera datang ke rumah sakit lalu mengakhiri panggilan. Di waktu yang bersamaan, dokter keluar dan di sambut oleh Akira dan empat teman Yusa.
"Maaf, siapa di antara kalian yang merupakan keluarganya?" Tanya dokter.
"Saya tunangannya dok. Bagaimana keadaan kak Yusa dok?" Akira bertanya balik.
"Mari ikut saya ke ruangan."
"Baik dok." Sebelum Akira mengikuti dokter, Akira menatap ke empat teman Yusa. "Tolong jaga kak Yusa." Pinta Akira.
"Tentu saja." Ujar Nagomu.
"Itu pasti." Ucap Sho.
Akira sudah sampai di ruangan sang dokter, ia pun duduk setelah di persilahkan.
"Bagaimana keadaan tunangan saya dok?" Akira nampak cemas akan kesehatan Yusa, meski pun ia sudah lelah dan sakit, tapi jauh di dasar hatinya, ia masih sangat mencintai Yusa."Pasien mengalami dehidrasi yang cukup parah, kurangnya nutrisi serta kurangnya istirahat, dan juga stress. Untuk sementara waktu pasien harus di rawat inap hingga keadaannya membaik, dan jangan buat pasien berpikir secara berlebih hingga membuatnya stress kembali, atur pola makan dan perbanyak minum air putih, karena jika tidak, itu akan sangat membahayakan bagi pasien.
"Ah baik dok, akan saya lakukan. Terima kasih banyak, saya permisi dulu."
"Ya silahkan."
Di dalam perjalanan menuju ruang rawat Yusa, Akira tidak memperhatikan langkahnya hingga ia menabrak seseorang di depannya. "Aah maafkan aku karena melamun." Ucap Akira yang mencoba melihat orang yang di tabraknya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya seorang pria yang lebih tua dari Akira.
"Bukan urusan mu." Jawab Akira yang nampak tak suka dengan pria tersebut.
"Pulang!" Titahnya dengan nada tinggi, mengeluarkan aura yang kuat membuat Akira tertekan dan mencebik kesal.
"Tidak mau." Meskipun begitu, Akira berusaha membantah. Ia ingin sekali menuju kamar inap Yusa dan menjaganya.
Pria itu meraih tangan Akira kuat hingga membuat si empu meringis kesakitan. "Lepas!" Pinta Akira tegas namun di abaikan.
"Clik!"
Seseorang yang sedang bersembunyi tersenyum puas karena telah mengambil beberapa foto yang membuatnya merasa puas.Pria yang sedang menggenggam erat tangan Akira, mencoba menyeret Akira yang sedang menahan sekuat tenaga dan mencoba melepaskan pegangan tangan pria itu. "Lepas gak?! Aku bilang lepas bajingan!"
Kedua mata pria itu terbelalak mendengar umpatan yang di katakan Akira. Dengan tangan satunya, pria itu menampar Akira hingga ujung bibirnya berdarah. Akira terpaku saat ini, sungguh tak menyangka ia akan mendapatkan tamparan dari pria yang ia benci selama hidupnya saat ini. Akira memegang pipinya, matanya memanas hingga buliran air matanya keluar. Pria itu tak menyangka dengan tindakannya sendiri, ia memandangi tangan yang ia gunakan untuk menampar sosok lelaki cantik yang ia sayangi. Ia juga terkejut kala melihat Akira mengeluarkan air mata, pegangan tangannya mulai melemah, dan Akira segera menarik tangannya agar terlepas dari pria tersebut.
"Akira..." Panggil Fuji yang baru saja tiba di rumah sakit. Fuji yang datang bersama dengan Rai juga terkejut melihat Akira yang menangis dan sudut bibirnya yang berdarah.
"Mom..." Ucap Akira dan langsung memeluk Fuji. Dengan sergap Fuji membalas pelukan Akira dan mengusap lembut punggung sempit Akira itu.
"Biarkan Akira sebentar saja disini bersama ku. Rai temanilah sebentar teman mu ini." Ujar Fuji.
"Tapi dia bukan teman ku mom, aku bahkan tak pernah bergaul dengannya." Ucap panjang lebar Rai, jujur, ia merasa enggan untuk bersama dengan pria di hadapannya. Pria dingin melebihi kutub utara, dan yang selalu mengurung diri di dalam goa, yang membuatnya tak bisa berinteraksi dengan baik dengan orang lain, bahkan keluarganya.
Fuji sudah membawa pergi Akira, Rai menghela nafasnya kasar lalu menarik pria di hadapannya ini untuk keluar menuju taman, mencoba mencari udara segar, siapa tau pria ini bisa merasakan segar pada otaknya agar tak terus membeku.
Sekarang Fuji dan Akira sudah berada di ruangan Yusa, keempat teman Yusa pun segera pamit undur diri. Beberapa menit berlalu dengan keheningan, Akira mulai membuka mulutnya mengatakan apa yang dokter katakan pada Fuji. Akira menatap sendu Yusa, ia penasaran apa yang membuatnya sampai seperti ini?
"Setelah Yusa mengusir mu, anak ini menjadi gila, apa lagi seelah melihat CCTV kau di bawa orang asing. Yusa terus mencari mu hingga ia kurang tidur, makannya pun tak teratur. Awalnya kami semua membiarkan nya dan menganggap itu hukuman untuk dirinya, meskipun begitu, kita juga diam diam mencoba mencari mu, kami semua juga tak tega melihat Yusa menderita. Yusa juga sudah tau kalau kamu adalah penipu kecil kesayangan nya. Bahkan di saat Yusa mencoba untuk tidur, ia selalu bermimpi buruk, tapi mommy tidak tau apa, Yusa hanya diam saja. Hanya saja, Yusa selalu mengigau memanggil nama mu, penipu kecil, dan juga Miya." Ucap Fuji.
"Apa mommy tidak memberitaukan kepada kak Yusa dimana keberadaan ku sebenarnya?"
"Kamu sendirikan yang meminta kami untuk diam tak memberitaukannya."
"Tapi keadaan kak Yusa seperti ini, aku pikir kak Yusa tak akan perduli padaku. Jika tau kak Yusa akan semenderita ini, lebih baik di katakan saja. Aku sudah salah mengambil keputusan." Akira tiba tiba merasa sesal.
"Tidak apa, keadaannya tidak terlalu buruk kok. Mommy juga daddy sengaja membiarkan nya, agar kelak dia tak akan menyakiti perasaan mu seenaknya. Biarkan saja dia belajar merasakan sakit akibat ulahnya, ini lah yang di namakan karma. Dan Akira, jangan mudah memberikan anak maaf pada anak mommy yaa... Biarkan di berjuang untuk mendapatkan maaf dari mu, dan selanjutnya tentang hubungan kalian, itu pilihan mu Akira. Apakah kamu mau melanjutkannya dengan Yusa atau kamu mau mengakhiri nya."
