Chap 19

98 10 0
                                        

Yusa hanya melamun, enggan untuk bersuara dan juga makan, padahal sekarang sudah malam, sudah waktunya untuk makan malam, namun Yusa tetap saja mogok makan. Fuji menghela nafas lelah, berkali kali ia membujuk sang anak namun Yusa seakan tak mendengarnya.

"Akira..." Gumam Yusa pelan.

"Akira berada di rumahnya, bersama kakak dan papahnya." Ujar Fuji.

"Ingin Akira..."

"Kalau kamu mau ketemu lagi dengan Akira, makan lah, setelah sehat kau bisa bertemu dengan Akira lagi."

"Dia aman kan mom? Akira... Dia, baik baik saja kan?"

"Iya, dia baik baik saja. Kamu tidak perlu khawatir. Yang terpenting saat ini adalah kesehatan mu, kalau kamu sehat, mommy janji akan mempertemukan mu dengan Akira."

"Benar mom? Mommy tidak bohong kan?"

"Kapan mommy pernah bohong? Sekarang makan, lalu minum obat dan istirahat."

"Ya mom." Yusa nampak memiliki semangat dalam hidupnya, itu terpancar dari kedua matanya. Yusa makan dengan lahap dan menuruti apa kata mommy nya.

Sekarang sudah dua hari berlalu, Yusa sudah jauh membaik dan sudah di perbolehkan untuk pulang, dokternya pun mengingatkan Yusa untuk menjaga pola makannya dan jangan lupa untuk minum air putih. Di dalam perjalanan pulang, Yusa hanya melamun menatap pemandangan luar dari kaca mobil.

"Jangan melamun nak, apa yang kamu pikirkan? Ingat kata dokter, kalau kamu jangan stress lagi." Ujar Shohei yang menatap sang anak dari kaca mobil saat tengah menyetir.

"Kenapa Akira belum juga datang? Dia gak mau ketemu aku lagi kah dad, mom? Akira benci dengan ku kan?" Ucap Yusa lirih.

"Mommy sudah mencoba menghubungi ponselnya namun tidak aktif. Daddy kamu juga sudah mencoba hubungi papanya Akira, dan katanya Akira lagi tidak mau di ganggu." Jawab Fuji, sedih sebenarnya melihat anaknya tersiksa seperti ini. Tapi ini kesalahan anaknya juga, jadi Fuji terkadang membiarkannya sebagai hukuman.

"Apa bisa sebelum pulang kita mampir dulu ke rumahnya Akira? Aku kangen banget sama dia, aku mau ketemu Akira, aku mau minta maaf."

Fuji dan Shohei saling menatap sebentar karena Shohei harus kembali fokus menyetir. "Baiklah, kita coba kesana tapi tidak lama, ok? Kamu masih harus istirahat lagi." Ujar Shohei yang sama sedihnya dengan Fuji.

Setibanya di kediaman Matsuda, keluarga Uchida di sambut dengan muka masam Ryo. Hari ini Ryo tidak berangkat kerja, ia sengaja berada di rumah untuk memastikan Akira tidak kabur lagi. Karena sebelumnya Akira terus berusaha kabur dari rumah, anak itu ingin menjenguk Yusa di rumah sakit. Ryo tentu saja tidak mengizinkannya, karena Ryo masih tidak bisa memaafkan Yusa atas perlakuannya terhadap sang adik.

"Mau apa?" Tanya Ryo dingin.

Yusa yang melihat Ryo kembali teringat dengan rekaman cctv dimana Ryo memukul pingsan Akira dan membawanya pergi. Jadi penculik itu adalah kakaknya Akira?

"Aku ingin bertemu dengan Akira." Jawab Yusa lembut, jarang sekali ia bicara lembut dengan orang lain. Mungkin Yusa sudah berubah(?)

"Tidak di rumah." Ujar singkat Ryo membuat Shohei menghela nafasnya, teman anaknya ini sejak kecil hingga dewasa selalu saja irit bicara.

Akira yang di kunci di dalam kamar, mengetahui kalau Yusa datang, karena ia melihat mobil Shohei yang terparkir di halaman rumahnya, Akira bisa melihatnya dari jendela kamarnya. Dengan sekuat tenaga Akira menggedor gedor pintu kamarnya dan terus berteriak meminta agar pintu kamarnya di buka. Akira sangat merindukan Yusa, ia ingin bertemu, ingin melihat keadaan Yusa. Sungguh bajingan manusia yang bernama Ryo itu, Akira terus mengutuknya di dalam hati. Tak tau saja Akira, dengan perlakuan kakaknya itu membuat Yusa merasa terhukum dengan segala kesalahan yang sudah ia lakukan. Namun sekeras apa pun Akira melakukan usahanya tersebut, hal itu tidak akan membuahkan hasil. Karena kamar Akira di lantai dua berjarak cukup jauh dari ruang tamu, jadi tidak akan terdengar oleh mereka semua.

"Aku ingin melihatnya sebentar saja kak, ku mohon. Aku ingin meminta maaf dengannya." Pinta Yusa yang di hadiahi tatapan dingin dari Ryo.

Meminta maaf? Yang benar saja... Tidak ada ampunan bagi orang yang sudah menyakiti adik tercinta nya itu. Lalu bagaimana dengan dirinya? Tentu saja Ryo akan mendapatkan maaf, bagaimana pun caranya! Sungguh egois.

"Aku sudah meminta untuk memutuskan pertunangan kalian, jangan temui lagi." Ucapan terpanjang yang Ryo katakan membuatnya lelah.

"Jangan kak! Tolong, jangan putuskan hubungan kami."

"Silahkan." Ujar Ryo dengan tangan kanannya yang terulur, memberi tanda untuk mereka semua pergi dari rumah.

"Ku mohon kak, sekali saja. Biarkan aku bertemu dengan Akira sebentar." Pinta Yusa putus asa.

"Sudah nak, kita coba lain kali. Sekarang kita pulang, kamu juga masih butuh istirahat." Ujar Shohei lembut sembari mengusap pundak sang anak agar tenang.

"Kalau begitu kami permisi, sampaikan salam kami untuk Akira dan ayahmu." Lanjut Shohei berpamitan lalu pergi meninggalkan kediaman Matsuda.

Ryo pun kembali masuk menuju kamarnya, ia harus mengerjakan pekerjaannya menumpuk. Baru saja ia ingin naik tangga, Ryo menghela nafasnya panjang mendengar adiknya yang sedang memukuli pintu. Dengan enggan Ryo membuka pintu kamar Akira, dan ia mendapati tatapan tajam yang penuh permusuhan dari Akira.

"Aku ingin bertemu kak Yusa, minggir!" Ujar Akira kesal apa lagi kakaknya ini menghalangi jalannya.

"Sudah pulang."

Mendengar ucapan Ryo, Akira pun berlari menuju jendela kamarnya. Benar saja, mobil mereka sudah tidak ada. Hati Akira terasa pedih, ia duduk di lantai dengan kedua tangannya yang menyandar pada dinding. Dan tanpa izin, air mata Akira lolos begitu saja. Ia sangat merindukan Yusa, ia sangat khawatir dengan keadaan Yusa. Akira ingin bertemu, Akira ingin memeluk Yusa erat. Jauh di lubuk hatinya ia sudah memaafkan Yusa, terlebih ia mengetahui bahwa Yusa tersiksa ketika jauh dari dirinya.

"Lupakan dia." Seru Ryo hendak menghampiri Akira.

"Gak! Gak akan! Jangan atur kehidupan ku, kamu bukan siapa siapa bagi aku, kamu gak ada hak!"

"AKU KAKAK MU!!! DENGARKAN APA YANG AKU KATAKAN!!!" Ryo tersulut emosi, ia kesal ketika Akira masih belum mau mengakui dirinya sebagai kakaknya.

"Kakak ku sudah lama mati, aku tidak punya kakak, aku hanya sebatang kara."

"JAGA UCAPAN MU AKIRA!!!" Tangan Ryo melayang di udara siap untuk menampar pipi mulus Akira. Sementara sang empu memasang badannya, seakan menantang Ryo yang sedang di landa amarah.

"Gak jadi mau nampar aku? Nih, tampar aja aku... Ayo tampar." Ucap Akira sambil menepuk nepuk pelan pipinya. Ryo pun menurunkan tangannya, ia kepalkan lalu ia memilih untuk pergi dari kamar sang adik yang tentu nya ia kunci dari luar. Jaga jaga takut adiknya ini kabur begitu saja dan menemui si brengsek Yusa.

New Life (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang