46*

3.2K 304 47
                                    

Hai iam back 👋

Mohon maaf untuk typo dan ketidakjelasan alur 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣

Selamat membaca 🤗

••••••••

Disclaimer   - Pada chapter ini akan terdapat trust issue, yang mungkin akan membuat beberapa atau sebagian kecil atau besar dari kalian ke - trigger, terdapat tindakan selfharm -

•••••••••

Aroma obat-obatan sudah terlalu sopan menyapa Indra penciuman. Pengharapan besar tercuat dalam batin yang lahir lebih dulu, cemas pun ikut andil di dalam nya.

Perut yang memang sudah membesar, menjadi penghalang untuk rasa cemasnya, ada nyawa yang harus ia perhatikan dalam mengontrol perasaan.

Sang dominan mendapat kabar dari adik sedarahnya tadi, mencoba memberi tahu dengan tenang dan damai pada yang bersangkutan, hingga tiba mereka pada ruang bertulisan VIP, ruang dengan beribu rasa campur aduk.

"Jelasin Bright" Tutur Gulf setelah mengontrol perasaannya

Bright si penuh sandiwara, apa akan ia bilang apa adanya ? Perihal ciuman waktu itu saja ia menutup dengan rapat.

"Tadi Win terlalu cemas dan asma ny kambuh"

"Cemas karena ?"

"Tragedi kecelakaan terjadi tepat dua atau dua setengah jam yang lalu, tragedi yang ternyata cuma kecelakaan, membuat manusia paling benar, menghakimi layaknya hakim di meja sidang" Dew menyerobot pembicaraan Bright

"Maksud nya Dew ?"

Apa yang kalian tahu tentang Dew ? Pria itu terlalu cerdas bukan ? Kala mendapat direct message dari Luke, manusia itu langsung memastikan di tempat kejadian.

Saksi mata pun masih ada disana, tukang permen itu menggambarkan dengan jelas.

"First kecelakaan di depan starlight caffe, dan Win coba bantu, tapi tubuh First malah terhuyung kearah berlawanan, dan terserempet motor"

"Dan terus Bright nyalahin Win ?" Terka Gulf

"Iya"

"Anjing" upaya Mew sejak di rumah untuk menetralkan rasa cemas dan emosi sang suami nampak nya sia-sia.

Mew menahan pergelangan tangan sang suami kala ingin berdiri dan menghampiri Bright.

"Lepas kak !"

"Ini rumah sakit, kamu lagi hamil"

"Karena ini adik kamu begitu kan maksud nya ? Aku gak boleh kasih pelajaran ke dia ?"

"Gak, gak sama sekali, kamu berhak hukum Bright, tapi gak disini dan sekarang. Kita tunggu Win sadar dulu bisa ? Gak etis kamu ribut kayak gitu disini sayang, ya ngerti aku ya ?"

Gulf menganggukkan kepalanya, tangan yang terkepal pun perlahan meluruh, matanya menatap tajam kepada manusia yang duduk di samping ranjang itu.

Semua mengunci mulutnya, hingga tiba pada objek yang ditunggu memberi afeksi. Bulir keringat hadir dalam pelipis yang mulus itu. Tubuh yang terbaring dengan mata yang masih tertutup, menunjukkan kegelisahan nya.

Raungan tak jelas dengan samar pun terdengar.

"Win bukan pembunuh"

"Sakit"

"Udah, ini sakit"

Deg

Dua manusia itu merasakan rasa bersalah nya. Bright dengan batinnya bertanya mengenai apa yang ia lihat saat ini.

Arcoiris ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang