50*

3.7K 307 82
                                    

Selamat pagi bruhhh 😚 selamat menjalankan aktivitas 😎 maaf ya Sabtu aku gak jadi up ehehehe

Jangan lupa meninggalkan jejak 👣

Mohon maaf untuk typo dan ketidakjelasan alur 🙏

Selamat membaca 🤗

••••••••

Matahari tak segan-segan dalam memancarkan sinar nya, gorden yang semula terbuka perlahan tertutup. Arloji telah menunjukkan pukul dua belas siang, itu bukan waktu yang baik untuk tubuh terkena sinar matahari.



Kerjapan mata seolah bekerja kala cahaya yang dipancarkan mulai meredup. Manusia yang masih senantiasa menutup mata pun, mulai menunjukkan afeksi nya.


Pandangan Gulf mengarah, pada tangan sang adik yang mulai bergerak. Dirinya dengan segera duduk kembali di kursi samping ranjang, sambil menggenggam nya halus.



"Win, hei sayang ?" Ucap nya kala mata itu terbuka sempurna




Tanpa ada aba-aba pegangan tangan Gulf di hempas kasar oleh Metawin. Dirinya seketika beringsut ke pojok ranjang, merintih ke takutan, sambil menutup telinga.




"Takut, Win takut, pergi !" Rancau nya berulang-ulang



Gulf yang tak mengerti apa-apa bukan menjauh, malah semakin mendekat tubuh sang adik. Dipaksa nya tubuh itu masuk kedalam pelukkan.





"Lepas, lepas, pergi ! Win bukan pembunuh!"

"Win ?"

"Pergi, hiks, Win takut bunda, Win mau ikut bunda, Pergi-pergi, Hiks" Ucapnya sambil melayangkan tangan ke udara, seolah ada manusia lain yang ingin menyentuhnya.




Ceklek



"Gulf ada apa ?" Ucap wanita paruh baya itu

"Bude, Gulf gak tau. Win sadar Win langsung teriak begitu"



"Pergi ! Win takut, ampun Mas sakit" rintihannya tetap dengan tangan yang seolah-olah menghalangi adanya manusia yang ingin menyentuhnya



Deg



Perasaan apa ini, hatinya hancur melihat sang adik, ketakutan dengan sendiri, tanpa ada sentuh sedikit pun. Rasa menyesal sekaligus bersalah semakin menggerogoti dirinya.


"Win, sayang ? Ini bude ? Lihat bude sebentar ya ?"


Butuh waktu yang lama untuk tubuh itu menerima sentuhan dari wanita yang lahir lebih dulu. Perlahan tangisnya meluruh, tak ada emosi dan teriakan, Metawin sepertinya lelah.



"Tenang ya sayang ? Gak ada yang mau nyakitin kamu"

"Win pembunuh bude, Win pembunuh" tangan itu kembali menyakiti diri sendiri dengan memukul kepala



Sejujurnya wanita paruh baya itu sedikit kehilangan kendali, kala tubuh Metawin sering berontak ke sana kemari.




"Jangan dipukul sayang nanti sakit kepalanya, ya ?"

"Harus mati ! Pembunuh harus mati bude !"



Tangan satunya memegang kendali, melepas infus dengan brutal. Mata menatap pada benda tajam diatas piring. Sebuah pisau yang berguna untuk buah buah segar, malah ia arahkan pada nadi yang nampak segar untuk disayat. Semua bergerak dengan cepat tanpa kendali, darah segar kembali keluar dari tubuh yang sudah hancur itu.



Arcoiris ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang