45*

3K 284 67
                                    

Hai iam back 👋

Mohon maaf untuk typo dan ketidakjelasan alur 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣

Selamat membaca 🤗

••••••••


Kasmaran mencuat diantar sejoli kali ini, tautan tangan pun tak hilang lepas sejak tadi. Saut-saut antar kata yang terkesan tak penting, jadi penuh makna bila ditutur oleh orang tersayang.



Lalu lalang cukup ramai, mobil merayap disetiap lampu yang kian merah pun selalu datang. Terjebak di lampu merah sedikit buat jengkel konon katanya, tapi bagi mereka yang sedang terikat romansa bukan lah hal sulit. Kecupan berulang kali terjadi pada tangan yang bertaut itu.




"Joss ih dicium mulu basah nih"

"Biarin, biar gak ada yang mau sama kamu kecuali aku"

"Dih kocak dah kamu, nyetir yang bener"

"Apa yang mau disetir orang lampu merah"




Tin...




Terlalu jatuh, sampai mobil di belakang sudah tak sabar untuk maju. Lampu sudah berganti menjadi kuning, perlahan bergerak maju. Jalanan dua arah membuat kesan ramai jalan raya menjadi hiperbola.




"Itu Win bukan si sayang ?"




Netra Joss menangkap sosok Metawin di depan sana, tengah berada di pembatas antar jalan dua arah. Mobil yang lalu lalang seolah mati rasa akan empati.



Padangan Luke pun mengarah sesuai perintah dari sang kekasih. Benar saja, sosok itu benar adanya. Posisi yang tak nyaman, dengan kedua kaki melipat dan dekat dengan dada serta berpijak pada tanah, tangan yang senantiasa bergetar dan menutup telinga dapat dilihat jelas oleh Luke.




"Sayang kamu mau ngapain langsung buka pintu begitu ?"

"Itu Win ketakutan sayang, orang-orang ngapain si disana gak ada nolongin nya apa gimana ?"

"Oke iya kamu boleh turun, tapi jangan tiba-tiba kayak tadi, aku minggir dulu"




Mobil Joss mulai menyentuh tepi, seat belt yang semula melilit tubuh Luke pun terbuka, dengan cepat tangan itu membuka pintu, tapi terhalang.




"Ih apa lagi ?"

"Kamu nyebrang hati-hati oke ?"

"Iya, aku turun"

"Bentar"

"Apalagi ?"

"Cium dulu boleh gak ?"

"Ih najis"





Najis katanya, tapi afeksi tetap terjadi. Luke tetap mengecup bibir sang kekasih dengan singkat.




Dewi Fortuna mungkin berpihak pada nya, lalu lalang seolah menyusut kala ia ingin menyebrang.



"Win, hei kenapa ?"



Tanda tanya yang terlontar tak mendapat jawaban apapun. Tubuh itu terus bergerak dengan tangan yang semula menutup kuping tapi perlahan memukul kepala. Nalar yang satu berjalan dengan baik, tangan itu ditahan paksa, tubuh yang semula rendah dibawa paksa berdiri lalu didekap dengan hangat.




"Tenang Win tenang, ini gua Luke ?"




Bukan anak kecil yang menangis meminta permen, tapi kalimat itu berhasil membuat Metawin menormalkan deru nafas nya.




Arcoiris ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang