SEPULUH

1.8K 195 242
                                    

Akhirnya jam kuliah pun selesai dan ini hal yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa termasuk Krist sekalipun. Setelah lelah berpikir pelajaran,kini selanjutnya adalah waktu bagi mereka untuk mengistirahatkan tubuh dan otak mereka.

Krist menghela nafas lelahnya kemudian  ia bangkit dan langsung keluar kelas hendak menemui Singto dengan segera,tak ingin membuat seniornya itu menunggu lama dan berujung memarahinya.

Sepanjang perjalanan,Krist sesekali memegang perutnya yang terasa keroncongan. Ia berdesis pelan,tubuhnya pun semakin lama merasa lemah karena kehabisan energi.

Bayangkan saja tadi Krist hanya memakan makan siangnya dengan sidikit.Singto dengan tega malah membuang makanannya begitu saja. Krist ingin sekali membeli makan terlebih dahulu tapi mengingat bahwa uangnya hanya sisa lima ribu.

Ingin dapat apa dengan uang lima ribu? Untuk membeli nasi bungkus di kantin pun masih kurang.

Di sana sudah ada Singto yang menunggunya sejak tadi.Lelaki itu terlihat fokus dengan ponselnya hingga tak menyadari kehadiran Krist yang kini sudah berada di depannya.

"K-kak S-singto...." Panggil Krist ragu-ragu antara takut jika ia menganggu lelaki didepannya ini.

Singto sedikit terperanjat ketika mengetahui kehadiran Krist didepannya. Ia berdiri lalu memasukkan kembali ponselnya didalam saku.

Ia berdecak kesal," Lama banget sih jadi orang! Lo tau gak gue udah nungguin lo selama empat menit! EMPAT MENIT!" Singto menegaskan ucapannya di akhir kalimat.

Krist menunduk," Maaf kak....baru juga empat menit,belum lima menit." Lanjut Krist menggerutu pelan

"Heh! Gue denger yha omongan lo!!" Hardik Singto menatap tajam orang di depannya ini.

Krist tersentak,mengunci bibirnya rapat. Menyesal karena telah menggerutu didepan Singto. Ia meminta maaf sekali lagi.

Singto mendengus sebal,tak ingin membuang emosinya hanya karna seorang di depannya ini,ia memutuskan untuk berjalan meninggalkan tempat itu namun baru beberapa langkah ia kembali berhenti saat dirasa tidak ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Singto membalikkan badannya. Lagi-lagi ia berdecak sebal,"Heh! Lo ngapain diem aja di situ?!"

"Emang aku harus ngapain kak?" Tanya Krist dengan wajah polosnya.

"Mati aja deh lu sono! Bodoh banget jadi orang..." Ucap Singto sarkas

Krist mengertukan alisnya. Ia bergumam kecil.

".....Ikutin gue goblok!" Sebelum ia lanjut melangkah,Singto melepas tas punggung nya lalu tanpa aba-aba ia melempar asal tas itu ke arah Krist.

Untung saja Krist sigap hingga tas itu berhasil ditangkapnya.

"Bawa tas gue. Yakali majikan di suruh bawa tas sendiri,harusnya lo itu sebagai babu harus peka!  Bukannya disuruh dulu baru ngelakuin, paham gak?!"

Krist hanya bisa mengangguk. Sebenarnya ia kesal dengan Singto,belum juga ada seminggu Krist menjadi babu Singto,namun seniornya itu sudah semena-mena padanya.

Singto membawa langkahnya menuju ke kantin kampus,entah ada urusan apa sehingga dirinya tidak langsung menuju ke parkiran mobil miliknya melainkan mampir terlebih dahulu disini.

Krist yang mengikuti Singto dari belakangpun juga bingung.

"Ngapain kesini kak?" Tanya Krist memberanikan diri untuk bertanya

"Nyari sumbangan!"

Krist melebarkan kedua matanya,"Kak Singto jatuh miskin?" Sungguh Krist tidak menyangka bahwa Singto menjadi miskin sampai harus mencari sumbangan di kantin. Kasihan sekali.

MY BULLY SENIOR | SINGTOXKRISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang