• Quidditch World Cup And Death Eaters!

448 47 11
                                    

Rumah keluarga Dursley tidaklah senyaman Hogwarts. Terutama kamar, aku harus tidur di atap bersama Harry dengan penuh sesak. Kadang diriku turun kebawah secara diam-diam dan tidur di bawah tangga.

Saat keluarga Dursley berkumpul, Bel pintu berdering. Paman Vernon bangun dengan susah payah dari kursinya dan berjalan ke depan. Sementara bibi Petunia sibuk dengan teko, dan Dudley mencuri sisa jeruk Paman Vernon.

Aku mendengar percakapan di pintu depan, disusul suara orang tertawa, dan Paman Vernon menjawab singkat. Kemudian pintu depan tertutup, dan terdengar bunyi kertas yang disobek. Bibi Petunia meletakkan teko teh di atas meja dan menoleh mencari di mana Paman Vernon. Semenit kemudian, Paman Vernon masuk. Tampaknya menahan marah. "Kau!" dia membentak Harry. "Ke ruang keluarga. Sekarang juga. Kau juga Nathalie!"

Aku bertanya-tanya dalam hati apa kesalahanku dan Harry kali ini, kami bangkit dan mengikuti Paman Vernon ke ruang sebelah. Paman Vernon menutup pintunya dengan keras.

"Jadi," katanya, seraya berjalan ke perapian dan berbalik menghadapi Harry seakan siap menyatakan bahwa Harry ditangkap. "Ini baru saja datang." kata Paman Vernon. Dia melambai-lambaikan sehelai kertas surat ungu kepada Harry. "Surat. Tentang kau dan adikmu."

"Siapa yang menulis pesan tentang kami?" Tanyaku.

"Mana ku tau, kau pikir aku tuhan tau segalanya?" Bentak Paman Vernon.

Paman Vernon mendelik, kemudian menunduk memandang suratnya, dan
membacanya keras-keras:

Dear Mr dan Mrs Dursley,

Kita belum pernah diperkenalkan, tetapi saya yakin Anda berdua sudah mendengar banyak dari Harry tentang anak kami Ron. Harry dan Nathalie mungkin sudah mengatakan kepada Anda, final Piala Dunia Quidditch akan berlangsung Senin malam ini, dan suami saya, Arthur, baru saja mendapat tiket bagus melalui koneksinya di Departemen Permainan dan Olahraga Sihir. Saya sungguh berharap Anda mengizinkan kami mengajak Harry dan Nathalie menonton, mengingat ini kesempatan sekali dalam seumur hidup. Sudah tiga puluh tahun ini Inggris tidak menjadi tuan rumah, dan susah sekali mendapatkan tiketnya. Kami tentu saja senang menerima Harry dan Nathalie menginap selama sisa musim panasnya, dan mengantarnya ke kereta api yang akan membawanya kembali ke sekolah.

Sebaiknya Harry mengirim jawaban secepat mungkin dengan cara normal, sebab tukang pos Muggle belum pernah mengantar surat ke rumah kami, dan saya tak yakin dia tahu di mana tempatnya. Kami berharap bisa segera bertemu mereka.

Kami berharap bisa segera bertemu mereka.

Salam saya, Molly Weasley.

NB : Mudah-mudahan prangkonya cukup.

Paman Vernon selesai membaca, kembali memasukkan tangannya ke dalam saku dadanya, dan mengeluarkan sesuatu yang lain.

"Lihat ini!" katanya geram. Dia mengacungkan amplop yang dipakai Mrs Weasley untuk mengirim suratnya, dan aku terpaksa menahan tawa. Seluruh permukaannya penuh ditempeli prangko, kecuali sepetak kecil, kira-kira dua setengah sentimeter persegi, di bagian depan. Di dalam kotak itu Mrs Weasley telah menuliskan nama dan alamat keluarga Dursley dengan tulisan kecil kecil. "Tukang posnya curiga!" Katanya dengan gigi mengertak. "Sangat penasaran, ingin tahu dari mana datangnya surat ini. Itulah sebabnya dia membunyikan bel. Dianggapnya ini lucu."

"Jadi, bolehkah kami pergi?" Tanya Harry.

"Siapa perempuan ini?" tanyanya, seraya menatap tanda tangannya dengan rasa tak suka.

"Paman sudah melihatnya." Kata Harry. "Dia ibu temanku, Ron. Dia menjemput Ron waktu turun dari kereta api sekolah pada akhir semester lalu."

"Perempuan gemuk pendek?" Katanya menggeram akhirnya. "Banyak anak berambut merah?"

Future Girl (Harry Potter's Little Sister)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang