Dua minggu sebelum semester berakhir, langit mendadaterang menyilaukan dan tanah berlumpur pada suatu pagi sudah berselimut salju berkilau. Di dalam kastil, suasana Natal sudah terasa. Profesor Flitwick, sudah mendekorasi ruang kelasnya dengan lampu kelap-kelip yang ternyata peri peri betulan yang beterbangan. Anak anak semua senang merencanakan liburan mereka. Baik Ron mau pun Hermione sudah memutuskan untuk tinggal di Hogwarts. Meskipun Ron mengatakan dia akan tinggal, karena tak tahan melewatkan dua minggu bersama Percy, dan Hermione bersikeras dia perlu menggunakan perpustakaan. Aku tau, Mereka tinggal untuk menemaniku dan Harry.
Betapa senangnya semua anak kecuali Harry, dapatku lihat dari raut wajahnya. Ia mendengar bahwa akan ada kunjungan ke Hogsmeade lagi pada akhir pekan terakhir semester.
"Kita bisa belanja semua keperluan Natal di sana!" kata Hermione. "Ibu dan ayah pasti suka benang gigi rasa mint yang dijual di Honeydukes!"
Menerima kenyataan bahwa Harry akan menjadi satu satunya anak kelas tiga yang tidak ikut lagi, Harry meminjam buku Sapu yang ia pinjam dari Wood, dan memutuskan untuk melewatkan hari dengan membaca tentang berbagai merek sapu.
Sabtu pagi, Harry tak mengucapkan selamat jalan kepada Ron dan Hermione. Ia berdiri di balik jam kastil sambil melihat anak anak yang hendak berangkat ke Hog'smeade.
"Harry!" Panggilku dengan lembut sambil mengelus pundak Harry memberikan ia keteguhan. "Kau baik saja?"
Harry menatapku dengan mengangguk memberikan senyuman manis walaupun matanya memancarkan kesedihannya. "Harry, aku tau kau ingin sekali pergi ke Hog'smeade. Aku juga ingin pergi kesana, tapi keadaan tidak dapat memungkinkan kita. Jadi jangan lah sedih Harry." Kataku sambil memeluk tangan Harry dan menyandarkan kepalaku di bahunya. "Aku yakin suatu hari kita akan kesana dan bersenang-senang."
"Aku akan menyelinap." Kata Harry sambil melepaskan pelukanku.
"Kau mau kemana?" Tanyaku. "Kita tak bisa pergi, kita akan kena detensi. Kita pasti ketahuan Harry."
"Ikutlah denganku!" Kata Harry sambil menggandeng tanganku.
Ia mengajakku masuk ke dalam kamar asrama anak laki-laki, dan sedang membuka kopernya. "Apa yang kau lakukan?" Tanyaku.
"Kita bisa ke Hog'smeade menggunakan ini." Kata Harry sambil menunjukkan jubah gaib tembus pandangnya.
"Tapi-"
"Jika kau tak ingin pergi, aku yang akan pergi sendiri." Kata Harry yang keras kepala.
"Emm, iya deh iya. Aku ikut." Kataku sambil menghentakkan kakiku kesal. "Tapi, jika kita ketahuan aku tak akan memaafkanmu!"
Harry membentangkan jubahnya, kami memakainya dan keluar dari asrama berjalan mengikuti anak lainnya. "Harry, jangan kau injak sepatuku." Kataku bisik bisik.
"Kau juga jangan menarik jaketku!" Balas Harry. "Jangan berisik!"
Terlihat George dan Fred sedang membuat boneka salju, saat kami sampai didepan mereka langsung menarik tangan kami dan menyeret kami masuk. "Guys, lepaskan aku!" Pekik Harry.
"Pintar, Harry." Kata George.
"Namun tak cukup pintar." Kata Fred.
"Fred, kau menarik rambutku." Kataku sambil memegangi rambutku yang tercepit diantara tanganku dan tangan Fred.
"Ada Nathalie juga disini." Kata Fred.
"Jangan adukan kami." Rengek ku.
"Baiklah, kalau begitu nanti malam saat makan malam duduk bersama kami." Kata George. "Lagipula Kami punya cara yang lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Girl (Harry Potter's Little Sister)
FantasíaGadis dari masa depan tahun 2021 yang jiwanya masuk kedalam tubuh gadis Half Blood ditahun 1993. Ia menjadi adik perempuan Harry Potter, anak laki laki terkenal yang mendapat julukan 'anak yang bertahan hidup'. Kenapa ini bisa terjadi padanya? Dan i...