12.ZEN SAKIT

108 10 0
                                    

ZENAZA
-
Karena kamu,adalah anugerah terindah yang di titipkan Tuhan untukku.❞

°❀•°✮°•❀°
VEEL LEEZPLEZIER
SELAMAT MEMBACA

12.ZEN SAKIT

"Ayangg ... mau mam."

"Ayang pleaseee hug me ..."

"Mau pelukk ..."

Daisy menghembuskan nafasnya kasar setelah tubuhnya di peluk erat Zen yang tiba-tiba menjelma menjadi bayi besar.

Daisy mengernyitkan dahinya ketika merasakan suhu tubuh suaminya sedikit panas,"Lo sakit?" tanyanya pada Zen yang sudah memejamkan mata dalam pelukan Daisy.

"Hmmmm ... mau mamm ..."

"Iya kalau mau makan gue ambilin, lepas dulu peluknya." Zen menggeleng.

"Nda mauu maunya peluk,"

Oke Daisy hampir kehilangan kesabaran, gadis itu lalu menghubungi Bunda mertuanya.

Oke Daisy hampir kehilangan kesabaran, gadis itu lalu menghubungi Bunda mertuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengetahui bahwa suaminya sakit dan semua yang harus ia lakukan, Daisy memanggil Bi Surti untuk membawakan bubur, obat dan juga kompresan air hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mengetahui bahwa suaminya sakit dan semua yang harus ia lakukan, Daisy memanggil Bi Surti untuk membawakan bubur, obat dan juga kompresan air hangat.

Setelah semua berada di nakas, Daisy melepas pelukan Zen pelan-pelan.

"Gamau lepas, mau peluk ...."

"Iya Zen, bentar ini makan dulu terus minum obat baru peluk." Akhirnya pemuda itu menurut, Daisy membantu Zen untuk menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

"Nih ... aaaa ..."

"Aumm ..." Zen mengunyah pelan bubur tersebut. Sampai suapan ke empat Zen menggelengkan kepalanya.

"Ngak mau, udah kenyang ...."

"Satu kali lagi aja." Pinta Daisy sambil mengusap ujung bibir Zen yang belepotan.

"Nggakkkk ...."

"Oke tapi sekarang harus minum obat biar cepet sembuh." Zen mengangguk lagi layaknya anak kecil.

Gadis itu lalu membuka obat dan menyodorkannya pada Zen yang ternyata malah menutup matanya,"Ck Zennn ... ini diminum obatnya."

"Iya."

Setelah meminum obatnya, Zen lalu merebahkan diri di kasur dan meringkuk karena kedinginan.

Dengan cekatan Daisy menempelkan kompresan air hangat pada kening Zen lalu menyelimuti pemuda itu.

"Hug me, Daisy ...." Daisy tertegun mendengar suara serak Zen.

"I-iya."

Akhirnya Zen terlelap setelah dipeluk Daisy,"Cepet sembuh suami."

***

Daisy menguap kecil sembari mengucek matanya, ia melihat jam digital yang ada di meja riasnya.

08.23 PM

"Belum malem banget ternyata," gumamnya lalu mengelus perutnya yang terasa lapar.

Gadis itu menengok kearah Zen yang sudah memeluk erat guling dan memunggunginya,"Udah sembuh kayaknya." Ia lalu menyentuh kening suaminya.

"Puji Tuhan ..."

Tok tok tok

Gadis itu mengernyitkan dahinya, tapi kemudian berjalan membuka pintu kamarnya.

"Ada nyonya Sabi dibawah, Non." Ucap Bi Surti dengan nada lirihnya. Takut menganggu tidur Zen.

"Hah? Yaudah bi, aku ganti baju dulu. Tolong bilang sama bunda ya." Bi Surti mengangguk lalu berpamitan untuk kembali ke bawah.

Daisy lalu mencuci mukanya dan berganti baju, kemudian merapikan selimut Zen yang melorot ke bawah.

Gadis itu kemudian menemui Sabrina di ruang keluarga.

"Yaampun Bunda, maaf ya aku nggak tau. Tadi ketiduran." Ujar Daisy setelah berpelukan dengan Sabrina dan bersalaman dengan Farhan yang ternyata mengantar Sabrina.

"Iya ngak apa-apa, gimana Zen sekarang? Panasnya udah turun?"

"Udah kok, Bun. Eh Bunda sama Bang Farhan mau minum apa biar aku buatin."

"Udah Bibi buatin, Non. Ini minumnya silahkan di unjuk." Daisy tersenyum dan berterimakasih pada Bi Surti yang datang membawakan tiga gelas minuman hangat dan juga beberapa camilan.

"Kalian udah lama sampainya?" tanya Daisy.

"Enggak kok baru aja, maaf ya bunda jadi ganggu tidur kamu. Soalnya tadi mau ngechat batre bunda lowbat."

"Enggak bunda, kebetulan aku tadi mau makan. Kalian udah makan belum. Kita makan yuk."

"Nggak usah, Bunda mau langsung pulang aja. Udah malem kamu makan terus langsung tidur lagi aja. Besok kalian sekolah kan?"

"Yahh bunda masa langsung pulang sih," Daisy mengerucutkan bibirnya.

"Yaa maaf, oh iya bunda kesini juga mau minta tolong sama kamu. Zen nya baru tidur jadi kamu aja ya." Daisy mengangguk,"Minta tolong apa, Bunda?"

"Jadi gini, Farhan katanya mau menetap dan lanjut kuliah disini. Nahh kalau tinggal di rumah bunda kan hampir nggak ada orang tuh yang bisa ngurus makannya Farhan .... jadi bunda minta tolong biar Farhan disini sama kalian. Kan jadi tambah rame juga rumahnya."

"Wahh boleh banget, Bun. Aku juga seneng kok kalau Bang Farhan disini. Zen pasti juga seneng karena ada temennya." Sabrina tersenyum lalu menatap Farhan,"Nahh Farhan boleh kan sama Daisynya."

"Beneran ngak apa-apa, Dai?"

"Saya enggak enak soalnya kalau harus ngerepotin kalian."

"Loh kata siapa ngerepotin, malahan abang bisa bantu aku sama Zen belajar juga kan."

"Makasih ya, Dai. Besok saya kesini."

"Bunda pamit pulang ya, Dai. Bilang sama Zen kalau jangan sering-sering ngerokok." Daisy terpaku.

"Zen sering ngerokok, Bun? Kok aku ngak tau ya?"

"Iya dia itu hampir ke tahap kecanduan. Tolong ya, kamu bilangin ke dia. Dia sakit gini pasti gara-gara kemarin ngerokoknya banyak." Daisy tersenyum kecut dalam hatinya ia merasa sedih karena belum menjadi istri yang tahu dan kenal benar dengan suaminya sendiri.

"Yaudah ya bunda pamit, daaa ..."

"Iya bunda hati-hati dijalan. Kapan-kapan main lagi."

Setelah mobil yang dikendarai Farhan dan Bunda Sabi menjauh tiba-tiba Bi Surti datang dengan tergesa-gesa.

"Anu ... non dipanggil aden,"

"Hadehh ..."

WORDT VERVOLGD
BERSAMBUNG
°❀•°✮°•❀°

-ZENAZA-

ZENAZA [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang