5 tahun berlalu.
Taehyung membawa Jungkook untuk tinggal di rumahnya. Membuat sebuah keluarga kecil yang mereka inginkan dengan ketiga anak Taehyung. Jessica dan Krystal tetap tinggal di apartmen lama, Jungkook bilang bahwa ia akan tinggal bersama Taehyung selamanya dan apartemen itu untuk mereka tinggali.
Jessica dan Krystal awalnya menolak, mereka tidak terbiasa hidup tanpa Jungkook yang sudah mereka anggap orang tua serta keluarga mereka sendiri. Jungkook berkata: 'aku tidak akan menelantarkan kalian, kalian tetap keluargaku. Aku hanya ingin tinggal bersama Taehyung.'
Krystal memberontak dan mengatakan: 'mengapa kau semakin egois setelah bersamanya dan meninggalkan kita? Kita.... Kita juga butuh dirimu.'
Namun hari berganti dan kedua saudara itu akhirnya bisa melepaskan Jungkook untuk pergi dengan seseorang yang ia cintai. Krystal bahkan pernah berkata, 'lihat saja nanti aku akan menemukan pria tampan kaya raya yang akan membawaku pergi bersamanya. Saat itu nanti kau akan menangis sepertiku dulu dan memintaku untuk tidak pergi. Benarkan, kak Jessica?'
Jessica merupakan yang paling dewasa diantara ketiganya, ia hanya mengangguk pelan, sudah begitu bosan dengan tingkah Jungkook dan Krystal yang selalu beradu mulut.
.
Pagi ini Jungkook bangun untuk membuatkan Taehyung sebuah sarapan pagi. Meski iblis tak selalu membutuhkan makanan, namun keadaan Taehyung kini telah berbeda. Semalam Miyeon pulang setelah jadwalnya yang padat, jadi kini ia mengekori Jungkook untuk meminta jatah makannya juga.
"Aku ingin daging juga" Kata Miyeon saat melihat Jungkook mengambil daging dari lemari es.
"Kemarin bukannya kau sudah memanggang daging dengan Yeonjun dan Taehyun? Bekas kalian makan saja masih ada. Ingat kata manajermu, kau harus diet"
Miyeon mengerucutkan bibirnya, "Tapi, pa. Besok aku masih libur, aku masih memiliki waktu untuk —tunggu! sejak kapan manajer bilang aku harus diet? Badanku ideal!"
Jungkook tertawa puas melihat anak angkatnya mengomel dengan menggemaskan setelah ia menggodanya. "Baik, kau boleh makan daging. Tapi bantu papa memasak untuk ayahmu"
"Ah tapi, Pa. Aku lelah" Kata Miyeon, ia bahkan berakting menguap.
"Setidaknya bereskan bekas makananmu semalam. Ayahmu nanti akan marah melihat ruang makan yang kotor"
Sementara Miyeon membersihkan meja makan, Jungkook membuat bubur dan memasak daging untuk ketiga anak angkatnya.
Setahun terakhir, Taehyung mengundurkan diri dari modelling dan baru-baru ini Jungkook juga melakukan hal yang sama. Bukan karena hubungan keduanya yang diketahui publik, lebih kepada fisik Taehyung yang tak lagi sebaik dulu lagi.
Jiwa Jungkook pada awalnya adalah jiwa seorang pemangsa yang hanya bisa hidup tenang jika memangsa jiwa lainnya. Namun semua hal sudah terjadi, seiring jalinan kasih antara Jungkook dan Taehyung, jiwa Jungkook menjadi semakin serakah.
Taehyung yang baru terbangun menghampiri Jungkook dengan tubuh lemahnya, "Apakah ini hari itu?"
Sebulan sekali, Taehyung selalu ingat. Awalnya Jungkook hanya akan merasa senang akan perhatian itu, tapi kini ia malah membenci hari itu dan ingatan Taehyung. "Tidak apa, aku bisa sendiri" Jawab Jungkook, ia meletakkan sarapan untuk Taehyung di meja makan.
Pria itu mendekati Taehyung yang bahkan untuk berdiri pun harus menggunakan tongkat untuk membagi beban tubuhnya. "Makanlah dulu, setelah itu kita berbicara"
Taehyung menurut, ia memakan sarapannya dengan lahap. Sementara itu Jungkook meletakkan sarapan untuk anak angkatnya.
Miyeon datang dengan Yeonjun yang masih dengan piyamanya serta Taehyun yang sudah rapi, bersiap untuk berangkat kerja.
Jungkook, "Sudah mau berangkat?"
Taehyun mengangguk. "Iya, Pa. Aku makan di rumah sakit saja"
"Makan dulu sedikit baru berangkat"
Mendengar Yeonjun segera berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu, "Hm, Pa. Tidak apa biar Yeonjun yang menghabiskan jatah milik Taehyun"
Miyeon menjewer telinga Yeonjun, "Hei, tidak bisa! Aku yang minta Papa membuatkan daging, jadi jatah Taehyun jadi milikku"
Jungkook, "Taehyun ambil kotak bekal makanan, bawa beberapa untukmu"
Miyeon/Yeonjun, "Ah! Papa/Papa"
"Sudah! Masih banyak makanan, kenapa kalian rewel seperti anak burung baru lahir?" Kata Taehyung, ia merasa cemburu karena Jungkook lebih memperhatikan ketiga anaknya. Meskipun hal itu jelas tidak perlu, karena ia tahu betapa Jungkook mencintainya dan tak ingin melepaskannya meski dengan kondisinya yang seperti ini.
.
Jungkook membantu Taehyung menggosok punggungnya di kamar mandi. Suasana hening, hanya terdengar suara air dan gesekan antara sikat badan dengan kulit tubuh Taehyung. Tangan Jungkook bergerak semakin lambat, ia melepaskan sikat badan dari tangannya.
Punggung Taehyung masih terlihat kokoh, namun tidak sekokoh dulu saat pertama kali Jungkook melihatnya. Jungkook menelusuri lekuk bahu Taehyung dengan jemarinya. Waktu hanya berjalan selama lima tahun, tak sebanding dengan usia mereka saat ini. Namun di saat mereka ingin waktu berhenti hanya untuk keduanya, waktu malah berusaha berakhir untuk mereka.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Jungkook, suaranya serak. Taehyung menghela nafas, mengerti jima sebentar lagi pria itu akan menangis sesenggukan sambil memeluknya dari belakang.
"Sudah ku katakan, aku baik-baik saja, Jungkook."
Jungkook memindahkan tempat duduknya ke depan Taehyung. Raut wajahnya, Taehyung tertegun untuk sekian kalinya. Betapa pria ini mencintainya, menyayanginya, menganggap dirinya adalah sesuatu yang sangat berharga. "Aku tak ingin kehilanganmu. Seharusnya aku pergi saat kau mulai merasakan hal yang tak seharusnya terjadi, seharusnya aku tidak meluluhkan hatiku dan mengikuti perkataanmu bahwa itu bukan masalah besar. Taehyung...." Jungkook meneteskan air mata sambil membelai wajah Taehyung, "Aku memang monster, aku.... Taehyung, aku...."
Taehyung mengulurkan jemarinya untuk menghapus air mata Jungkook, "Kau bukan monster, mana ada monster secantik dirimu, hm?"
Jungkook menatap Taehyung dengan mata merahnya dan hidungnya yang kemerahan karena menangis. Ratusan tahun sudah Jungkook lewati sendirian, ia sudah terbiasa. Namun saat ini, setelah merasakan bagaimana hidup dengan seseorang yang kau cintai, seseorang yang kau bayangkan hidup bersamamu selamanya. Jungkook tak sanggup membayangkan jika seseorang itu pergi, tak lagi disisinya.
"Kenapa melihatku seperti itu? Kau semakin menggemaskan jika begini, mau pergi berkencan denganku?" Goda Taehyung, ia mencubit pipi Jungkook.
.
Miyeon mendengarkan percakapan kedua orang tuanya dari luar, ia sengaja mematikan suara di televisi hanya agar indra pendengarannya berfungsi dengan baik. Toh, orang tuanya tidak akan pernah sadar jika ia menguping.
Lagi pula, anak mana yang tidak khawatir melihat fisik sang Ayah yang tak seperti dulu lagi.
"Tuh! Kau menguping lagi kan?" Kata Yeonjun, ia baru saja pergi ke dapur untuk mengambil cemilan.
"Diam! Jangan berisik!" Bisik Miyeon dengan nada marah.
Yeonjun bukannya tak pernah menguping hingga mengolok Miyeon begitu. Ia sering, malah lebih sering daripada Miyeon yang jarang berada di rumah. "Ayah terdengar seperti orang paling kuat di muka bumi ini, cih, memang cinta sebegitunya"
Miyeon balas mengejek Yeonjun, "Oh iya memang sebegitunya, hanya orang yang tidak memiliki pasangan sepertimu yang tidak mengerti cinta sebegitunya"
"Wah! Kau juga sama"
"Wah! Setidaknya aku tidak sebodoh dirimu"
"Wah! Wah! Kau mengatakan apa? Bodoh?"
"Eoh! Kenapa?"
"Kau tau dari mana penghasilanku?"
"Tau! Mengamen di jalan bersama temanmu. Siapa itu, aku lupa namanya"
"Kami tidak mengamen"
"Oh iya kalian mengamen, kalau tampil di televisi berarti kalian idol. Sepertiku, hahaha"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gražuolė | Taekook ✔️
Fanfiction[Completed] Begitu Taehyung menyentuh Jungkook, ia mengetahui terdapat dua jiwa dalam diri Jungkook yang sedang bertarung memperebutkan raganya. Satu jiwa seorang demon dan yang lainnya jiwa milik seorang dewa, yang mana keduanya selalu bertentangan...