Hari ke-18 dari 45 hari.
• • •
Dering ponsel membuat Rindu mengerang, meraba-raba sekitar kasurnya mencari benda yang mengeluarkan bunyi bising itu.
Tanpa membuka mata Rindu jawab panggilan dari seseorang yang entah siapa dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya kembali.
“Assalamualaikum, halo?” sapa Rindu dengan suara serak.
“Waalaikumsalam, halo Rindu.” Suara di seberang menjawab. Rindu mengernyit, seperti mengenal suara itu. Namun, karena setengah jiwanya masih berada di alam bawah sadar, gadis itu tidak memperdulikannya.
“Iya, ada apa, ya?”
Kemudian di seberang terdengar suara kekehan yang sangat amat tak asing di telinga Rindu. Kesadarannya perlahan pulih, ia mengerjab-ngerjab menatap sekitar yang gelap, tanpa pencahayaan kecuali dari layar ponselnya.
“Bangun, Ndu … solat tahajud, yuk.” Suara tengil itu berhasil mengembalikan sepenuhnya kesadaran Rindu. Gadis itu langsung mengecek siapa yang sedang menelponnya saat ini.
Kak Barga
Saat melihat nama itu spontan saja Rindu bangun dari posisi tidurnya. Kak Barga?! Ah, bukan-bukan. Ini kak El. Huh? Kak El?! Rindu menjerit dalam hati.
Ia mengucak matanya, masih tak percaya bahwa yang kini sedang bicara dengannya di telpon adalah kak El. Ia lirik jam di pojok kanan layar ponselnya. Pukul 03.07 AM. Ini gila! Kak El menelponnya di dini hari seperti ini hanya untuk menyuruh Rindu solat tahajud?
”Hello, kamu masih di sana?” panggil kak El memastikan apakah Rindu masih mendengarnya atau sudah kembali tidur. Ini adalah strategi baru El agar Rindu mau mengganti nama kontaknya. Kali ini murni dari hasil pemikiran El sendiri, tanpa bantuan Caca.
Karena masih linglung dengan keadaan, Rindu langsung mematikan panggilan. Ia menggigit bibirnya yang kering. Astaga dia haus. Rindu ambil botol minum di atas nakas samping kasurnya. Meneguk air putih itu hingga tandas.
“Wah, jadi maksud dari bakal terus gangguin aku itu, ini?” Rindu masih geleng-geleng tak percaya dengan kelakuan absurd kak El. Ia tak menyangka akan mendapat teror di jam 3 subuh. Meski niat kak El baik mengajak Rindu solat tahajud, tapi tetap saja ini ide yang gila.
Beberapa saat kemudian ponsel Rindu mendenting, menampilkan sebuah pesan di layar pop up.
Kak Barga
Bangun … solat tahajud ..Rindu menghembuskan napasnya lelah, gangguan ini masih berlanjut rupanya. Satu pesan lagi masuk.
Kak Barga
Jangan lupa sebut nama aku
dalam doa kamu ya.Kita sama-sama saling mendoakan
di sepertiga malam.Rindu menepuk jidatnya, ia mulai merasa migran menghadapi kak El. Kak El dan kelakuannya benar-benar berhasil mengusir rasa kantuk Rindu saat ini.
✨
Pagi ini cuaca masih dingin seperti hari senin kemarin. Ramai siswa-siswi yang mengenakan jaket, sweter, ataupun hoodie. Rindu termasuk siswi yang mengenakan hoodie. Ia masukkan kedua tangannya ke dalam kantung, sembari memakai tudung kepala. Meski sudah berbalut kerudung, kepala Rindu masih terasa dingin. Hidungnya pun berair, untung dia tak sakit hanya kedinginan saja.
Setelah telpon kak El berhasil mengusir rasa kantuknya tadi subuh, Rindu lantas bergegas ke kamar mandi mengambil wudhu. Sebenarnya Rindu jarang sekali solat tahajud, padahal dia sudah pernah memasang alarm tepat jam 03.00 subuh. Namun, saat alarmnya berbunyi bukannya bangun Rindu malah melempar ponselnya dan kembali tertidur. Hal itu membuatnya trauma memasang alarm di jam 03.00 subuh, karena besok paginya Rindu mendapati layar ponselnya retak akibat Rindu lempar ke kolong meja belajar. Mengingat kejadian yang sepintas lewat itu membuat Rindu menggeleng ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
45 Hari; Diharapkan Jatuh Hati
Teen Fiction[END] Start: 8 Januari 2022 Finish: 15 Juni 2022 Mimpi buruk bagi Rindu Alana, gadis biasa yang salah nomor saat menelpon seseorang. Telpon nyasar yang membuat seorang Ellangga Dirgantara tak membiarkan satu hari pun dalam hidup Rindu menjadi tenang...