20). Jas Hitam Sederhana

53 2 0
                                    

Hari ke-25 dari 45 hari.

• • •

Kak El
Aku otw, yaaaa.

Rindu tersenyum membaca pesan kak El yang baru saja masuk ke ponselnya, setelah membunyikan nada denting yang berbeda dari pesan-pesan orang lain di ponsel Rindu. Iya, Rindu sengaja mengganti nada notifikasinya dulu, agar dia tau bahwa sang pengirim pesan itu adalah kak El. Dulu tujuannya agar Rindu bisa langsung mengabaikan pesannya saja. Namun, sekarang bahkan belum genap 1 menit, tapi Rindu sudah mengetik balasan untuk pesan kak El tadi.

Iya, kak.

Setelah balasan itu terkirim Rindu segera kembali bergelut dengan barang sovenirnya. Kali ini dia ditugaskan menjaga sovenir untuk para tamu undangan.

Pagi tadi kisaran jam 9, ijab kobul telah dilaksanakan. Semua berjalan dengan lancar dan penuh haru dari pihak keluarga mempelai. Rindu juga ikut menitikkan air mata yang buru-buru ia hapus karena Caca dan Mina sudah menertawakan Rindu terlebih dahulu.

"Ndu! Kami makan duluan ya?" seru Caca di tengah dentuman speaker besar yang mengeluarkan musik dangdut khas pesta pernikahan. Rindu hanya memberi simbol oke lewat jemarinya. Tamu undangan masih banyak yang ingin pamit kepada mempelai di atas pelaminan, akan terlampau lama jika mereka menunggu Rindu sampai selesai.

"Rindu-Rindu!"

Kak Ela datang memanggil nama Rindu dua kali. Kenapa nggak disingkat Rara saja sih seperti kak El? Ekhem.

"Kenapa, Kak?"

"Heels aku belum ketemu," adunya. Sedari tadi pagi kak Ela sibuk mencari heels yang mereka beli berdua dua hari lalu di Simpur. Heels yang modelnya sama dengan punya Rindu.

"Loh belum ketemu? Jadi dari tadi Kakak masih pakai sendal itu?" Rindu menunjuk sendal putih polos dengan detail 'swalow' di tali jarinya. Kak Ela mengangguk mematut mulut. Bete sekali karena heels-nya hilang entah di mana.

"Eh! Temenin ke klinik yuk! Siapa tau ada di situ, ketinggalan."

Rindu melirik sendal swalow kak Ela sekali lagi. "Udah pake itu aja, Kak. Cocok kok," jawab Rindu yang sebenarnya malas menemani kak Ela ke klinik.

"Ah, sembarangan kamu. Ayok lah, plisss." Kak Ela memohon kepadanya dengan mata yang dibuat membulat dan sok sedih itu.

Rindu menipiskan bibir, dia tidak bisa berkata tidak jika bersama kak Ela. "Yaudah, ayok. Tapi yang jaga sovenir siapa?"

Kak Ela langsung memanggil Vanny, saudara dari pihak tante--ibunya kak Ella, menyuruhnya untuk menggantikan Rindu sebentar. Setelah Vanny mengangguk setuju, kami pun bergegas ke klinik kak Ela yang dekat dengan rumah Rindu, tapi jauh jika dari rumah Paman.

Kami akhirnya sampai di klinik, Rindu langsung memeriksa bulu matanya apakah copot atau tidak. Tadi pagi MUA-nya kak Binar berbaik hati memasangkan Rindu bulu mata, akan sangat menyebalkan jika bulu mata Rindu copot akibat diterpa angin di jalan tadi. Kak Ela membawa motornya lumayan kebut, mata Rindu sampai menyipit karena tidak pakai helm.

"Sebentar ya, aku cek di ruanganku dulu."

Tanpa menunggu jawaban Rindu, Kak Ela sudah nyelonong masuk ke ruangannya mencari heels yang hilang. Rindu sendiri memang tidak menjawab, dia langsung masuk ke ruang penerimaan pasien yang hanya terdiri dari satu meja dan dua sofa yang ukurannya sedang di sana.

45 Hari; Diharapkan Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang