22). Di Masa Lalu, Belajar Memaafkan

51 2 0
                                    

Siang ini Rindu dan Barga memilih taman belakang sekolah sebagai tempat berbagi cerita setelah tiga tahun tak bertegur sapa. Dimulai dari Barga yang menjelaskan bagaimana akhirnya dia bisa mengingat Rindu, dan betapa ia merasa bersalah karena sempat melupakan Rindu bahkan sampai menganggap Rindu mbak-mbak.

Rindu tertawa ketika kak Barga dengan tulus meminta maaf padanya perihal mbak-mbak itu. Dulu Rindu memang sempat tak terima saat kak Barga tidak mengenalnya, tapi lambat laun perasaan Rindu berubah jadi biasa saja. Bahkan Rindu sudah lupa perihal mbak-mbak itu.

Kemudian selebihnya Rindu hanya menjadi pendengar yang baik ketika kak Barga menceritakan kehidupannya selama tiga tahun terakhir ini. Lengkap dengan membahas perubahan penampilan Rindu yang signifikan. Rindu rasa semua orang yang berhubungan dengan masa lalunya akan selalu me-notice hal itu dari diri Rindu, dan Rindu bersyukur  perubahan yang terjadi dalam dirinya adalah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.

"Katanya ada yang pengin kamu tanyain sama aku, Rin. Apa itu?" Karena sedari tadi Barga sudah banyak bicara, kini dia melempar topik pembahasan sepenuhnya kepada Rindu. Jujur Barga cukup penasaran dengan apa yang sebenarnya ingin Rindu tanyakan padanya, karena kini Rindu terlihat ragu mengucapkannya. Gadis itu bergumam cukup lama, menimbang kalimat yang ingin ia utarakan kepada Barga.

"Ini tentang Kak El, Kak," ujar Rindu membuat kening Barga berkerut.

"El? Kenapa dia?"

"Em ..." Dengan mengucapkan bismillah, Rindu memantapkan diri bertanya hal yang masuk ke ranah privasi kepada Kak Barga. Ia tidak bisa menahan lagi rasa penasaran di dalam hatinya. Apalagi ini ada sangkut-pautnya dengan kak El.

"Apa benar Kak El, Kakaknya Kak Barga?"

Barga memproses sejenak pertanyaan Rindu. Selama ini tak ada yang menyadari bahwa El dan Barga adalah saudara, meskipun beda ibu. El bilang dia tidak mau orang-orang bertanya bagaimana mereka bersaudara jika umurnya saja sepantaran. Barga setuju dengan hal itu. Akhirnya mereka memilih untuk merahasiakan hubungan saudara mereka di sekolah. Namun, saat mendengar Rindu sudah tau perihal hubungan persaudaraannya dengan El tersebut, membuat Barga akhrinya paham bahwa El sudah menaruh kepercayaan yang besar kepada gadis ini.

"Iya." Barga mengangguk. "Dia yang cerita ya sama kamu?"

Rindu pun mengangguk.

Kemudian hening cukup lama terjadi. Sebenarnya ada hal lain yang ingin Rindu tanyakan pada kak Barga. Justru hal itu adalah inti dari pertemuan mereka saat ini. Dengan memberanikan diri, Rindu akhirnya mengangkat pandangan yang sedari tadi ia berikan kepada rumput hijau di bawah sepatunya.

"Jadi, anak cowok yang Kakak ceritain ke aku itu ... Kak El, ya?"

Terlihat kak Barga sedikit terkejut mendengar pertanyaan Rindu kali ini. Mungkin cowok itu tak menyangka Rindu akan bertanya demikian. Namun, sedetik kemudian kak Barga langsung mengubah ekspresinya menjadi lebih tenang. 

Kak Barga mengangguk sembari mengedarkan pandangannya ke langit biru yang cukup sejuk siang ini. "Ternyata kamu masih ingat, ya, Rin," kekehnya kembali teringat kejadian di masa lalu saat mereka pertama kali bertemu.

Rindu tak merespon apa pun, dia hanya setia menunggu kalimat selanjutnya yang akan kak Barga katakan.

"Iya, dia El. Orang yang pernah aku benci dulu."

"Pergi gak lo! Atau gue pukul nih pakai sapu!"

Empat anak laki-laki itu mundur ketika Rindu mengangkat senjatanya dengan kedua lengan seragam yang digulung sampai pundak, menampilkan lengan kerempeng Rindu yang anehnya berhasil membuat empat anak laki-laki idiot itu pergi sembari melet-melet tak jelas seperti orang gila.

45 Hari; Diharapkan Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang