27). Tiga Lelaki

56 3 0
                                    

"Pa, El lagi suka sama cewek."

Celetukkan Barga berhasil membuat Papanya berhenti membaca koran. El yang juga sedang sibuk mengunyah kepirik pisang sembari menonton acara orang makan-makan di TV menoleh ke arah Barga karena namanya dipanggil.

"Oh iya? Siapa?"

Baru saja Barga hendak menjawab nama Rindu, El sudah lebih dulu buka suara. "Rindu Alana, Pa. Adik kelas aku," jawab El dengan mantap. Kini tidak ada keraguan lagi dalam dirinya.

Barga menyeringai, akhirnya El bisa dengan bangga memperkenalkan Rindu kepada mereka.

"Wah ... kalau dari namanya sih udah ketahuan pasti dia cantik," timpal Papa yang sepertinya tertarik dengan pembahasan ini. Terbukti, kini beliau melipat korannya.

El terkekeh. "Cantik banget, Pa," balasnya yang sesaat terbayang wajah cantik Rindu.

"Cih, suka doang tapi nggak berani ngajak pacaran," sewot Barga mengambil alih toples keripik pisang dari tangan El.

"Tunggu tanggal mainnya, Bro." El menatap Barga sengit. Barga hanya mengedikkan bahu tak peduli.

"Lo sendiri katanya lagi naksir sama cewek. Siapa?"

"Oh ya? Barga juga lagi suka sama cewek?" timbrung Papa yang semakin merasa kedua anak laki-lakinya sudah pada bujangan.

"Nggak tau tuh, Pa. Dia nggak ngasih tau. Cih, suka doang, tapi nggak berani ngasih tau orang-orang."

Kini gantian Barga yang menatap El sengit, El balas memelet lidah mengejek Barga. Meski begitu ia tetap terdiam enggan menjawab siapa wanita yang sedang mengisi hatinya saat ini.

Karena terus-terusan didesak sang Papa--juga El yang ikut mengompori. Alhasil Barga mengalihkan pembicaraan dengan mengajak El nongkrong di cafe.

"Males," jawab El singkat.

"Lo kalau gue ajak kok males-males terus, sih, jawabnya. Dasar pemalas!" gerutu Barga yang tak dihiraukan El. Cowok itu justru kembali mengambil toples keripik pisang dari Barga.

"Gue yang traktir deh!" bujuk Barga yang kali ini langsung membuat El berdiri di detik pertama.

"Gue ganti baju dulu," ucap El yang bergegas naik ke kamarnya.

Barga menatap El sampai ke lantai atas dengan mata berkedut kesal. "Si setan," umpatnya membuat sang Papa terkekeh lalu kembali membuka lipatan korannya, dan kembali membaca dengan khidmat.

Kumpul bersama seperti ini tidak akan pernah bertahan lama. Lihat saja kini mereka sudah sibuk bertengkar mengenai siapa yang mengemudikan mobil, sampai pada akhirnya mereka memilih untuk mengendarai motor masing-masing.

Papanya hanya diam sesekali melirik mereka dan ikut tertawa sebentar sebelum memilih kembali menikmati me time-nya karena sudah lelah seharian bekerja.

Sebenarnya keluarga yang hanya diisi oleh para lelaki tidak membosankan, tapi sangatlah membosankan. Pak Dirgantara ingin sekali ada satu wanita yang mengisi rumah ini. Namun, dia harap bukan wanitanya. Cukup di masa lalu dia membuat satu kesalahan itu, tidak perlu terulang lagi. Kini dia sudah merasa cukup hidup bersama dengan kedua anaknya. Tiga tahun lalu, saat istri sah nya--Mama Barga--meninggal, keluarga mereka sedang mengalami masa yang amat terpuruk. Belum lagi masalah Mama El yang tidak ingin mengurus El dan menyerahkan anak hasil hubungan gelap mereka kepadanya.

Untung saja setelah itu mereka bertiga bisa pulih. Barga mulai menerima kehadiran El sebagai saudaranya, dan El pun berusaha untuk menjalani hidupnya seperti orang normal. Sedangakn Dirgantara fokus menjadi Papa yang tidak akan mengecewakan kedua anaknya.

45 Hari; Diharapkan Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang