11). Roti Panggang Senin Pagi

55 2 0
                                    

Hari ke-15 dari 45 hari.

• • •

Rindu tertawa kikuk membalas gurauan teman satu SMP-nya dulu tentang kantung matanya yang menghitam dan terlihat seperti mata panda.

“Habis sleepcall-an, ya, sama ayangnya.” Teman Rindu itu kembali bergurau. Dia tidak tau saja bahwa Rindu sedang tidak bisa diajak bercanda.

“Aku masih nggak nyangka sekarang kamu udah berubah, Rin. Sekarang kamu kelihatan kayak cewek banget.”

Ingin rasanya Rindu lempar bantal di ranjang UKS itu kepada Shella yang sedari tadi membahas masa lalu mereka. Padahal tak ada yang mengajaknya berbicara, tapi cewek berambut pendek itu terus menyorocos pasal perubahan Rindu, pembahasan yang paling Rindu tidak suka.

“Ini obat yang kamu minta tadi, Shel.” Rindu menyerahkan obat sakit kepala kepada Shella.

Upacara bahkan belum dimulai, tapi dia sudah ngeles meminta obat sakit kepala dan ingin istirahat di dalam kelas. Rindu sudah hapal trik-trik semacam ini. Apalagi saat melihat Shella tidak mengenakan topi dan ikat pinggang. Permasalahannya bukan di sakit kepala melainkan di atribut sekolah yang lupa dibawa. Rindu mengerti bahwa manusia tempatnya lupa dan khilaf, tapi seingat Rindu ini sudah yang ke-4 kalinya Shella tidak menggunakan atribut lengkap dan beralasan sakit.

Malas menegur sikap buruk temannya itu, Rindu memilih untuk membiarkan satu tablet sakit kepalanya diambil saja, entah akan benaran diminum atau justru malah dibuang. Rindu tidak terlalu peduli. Shella pun pergi setelah sekali lagi bergurau, mengatakan bahwa Rindu kurang cocok jadi anak pendiam dan gadis itu kangen dengan Rindu versi SMP dulu. Ia kembali mengabaikan Shella, tak peduli dengan pendapat tentangnya, Rindu suka dirinya yang sekarang.

Gadis rambut pendek yang membuat mood pagi Rindu agak berantakan itu tak lupa mengucapkan salam perpisahan yang Rindu jawab dengan setengah hati.

Pagi ini Rindu mendapat giliran menjaga UKS sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Seperti yang sudah diketahui bahwa hari ini Rindu akan berjaga bersama kak El, hanya mereka berdua.

Awalnya Rindu berpikir untuk absen saja dari jadwal jaganya, tapi mengingat kak El belum begitu paham cara merawat pasien, Rindu jadi berakhir di sini. Terduduk di ranjang UKS seraya memeluk bantal—yang tak jadi ia lemparkan kepada Shella. Meratapi nasibnya yang sebentar lagi akan bertemu dengan kak El. Orang yang dia hindari selama sepekan terakhir. Saat tak sengaja berpapasan di kantin, perpustakaan ataupun gerbang sekolah, Rindu langsung sigap ngibrit dari hadapan kak El. Saat kak El dengan sengaja menjumpainya di depan kelas Rindu langsung pergi dengan alasan ingin ke kamar mandi, dan kemudian mengurung dirinya sampai jam masuk kelas tiba.

Jangan tanya alasannya kenapa. Insiden langsung di-readnya pesan kak El waktu itu masih menyisakan kenangan buruk diingatannya. Setelah tertangkap basah memutar ulang voice note milik cowok itu, Rindu sempat memblokir nomor kak El kembali—yang hanya bertahan selama 5 menit karena Rindu ingat kak El bisa saja mengganggunya lewat grup chat OKS, dan itu lebih memalukan lagi.

Memikirkan semua hal memalukan ini membuat Rindu mengatuk-atukkan ponselnya ke jidat, mencoba mencari jalan keluar terbaik. Karena sepertinya hari ini Rindu tidak bisa kabur ataupun menghindar lagi. Dalam hitungan menit, kak El akan tiba di sini dan Rindu hanya bisa duduk diam memikirkan bagaimana nanti cara menghadapi kak El.

Belum saja jalan keluar itu terlihat hilalnya, sebuah salam berhasil menegangkan sekujur tubuh Rindu.

“Assalamualaikum.” Kak El masuk menggendong ransel hitamnya. Apa dia tidak ke kelas dulu untuk menaruh ranselnya? Kenapa terburu-buru sekali ke UKS, upacara bahkan masih sekitaran 10 menit lagi.

45 Hari; Diharapkan Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang