Mana Tanggung jawabnya?

356 17 0
                                    


Saat ini aku sedang hamil. Ini pengalaman pertama menjadi ibu di usia muda bahkan aku belum menamatkan kuliahku. Namaku Tari, aku berumur 20 tahun dan tak lama lagi akan sidang skripsi.

Perjalanan membawaku ke kota besar, dan tinggal di kos yang dekat dengan kampus. Aku menjadi primadona kampus karena kecantikanku dan banyak pria yang memujaku.

Aku pun memanfaatkan mereka dengan hidup mewah. Tinggal minta ini itu dan voila dapat. Aku tak memikirkan karma yang penting hidup hepi.

"Tari, ini duit buat keperluan bayimu!" Kata Andre, ia sahabatku. Kami dari kampung yang sama dan ia ada disini sangat membantu.

"Makasih ya Dre!"

Bukan sekali dua kali ia membantu Tari. Malah makan 3 kali sehari juga disiapin.

"Kamu ga kerja Dre?"

" Lagi libur. Kamu makan dulu deh. Biar bisa nyaman istirahat." Ucapnya sambil membereskan rumah. Kehamilan ini parah banget bawaannya mau rebahan, giliran mau duduk langsung mual dan berakhir muntah muntah.

Tetangga kos suka memuji Andre, ia pemuda yang baik. Dan ga mungkin lah dia ga ada rasa ke Tari. Sayangnya Andre ga bakal komentar apapun membalas omongan seperti itu.

"Kapan kamu kenalin aku pacarmu Dre?"

"Udah ku bilang berulang kali aku ga punya pacar!" Andre menyimpan sapu lantai ke tempatnya.

Andre sedang berbohong. Banyak sekali cewek yang ngantri berebut perhatian jadi pacarnya. Tapi pikiran Andre ga bisa jauh dari Tari. Ia selalu kuatir Tari kenapa-kenapa.

"Kamu lebay Dre"

"Iya emang aku lebay!" Andre menyiapkan piring berisikan nasi pecal yang emang selama ngidam itu aja permintaan Tari.

Pekerjaan Andre adalah seorang tenaga Ahli di Perusahaan Pembangunan Jalan. Ia punya gaji lumayan besar dan ga terikat harus selalu di kantor. Bekerja jika hanya ada proyek. Dan kebetulan proyek itu masih dalam kota. Semoga saat saat Tari hamil ada terus rejeki yang bisa ia bagikan untuk si bayi.

"Dre kamu jangan suruh aku makan tapi kamu sendiri belum makan! Awas kamu!"

"Yang penting ibu hamil toh!" Andre merapikan dapur karena ia sudah mencuci piring.

Baju baju kotor milik Tari pun sudah direndam.

"Kamu ga malu toh Dre nyuciin kancutku bau Pesing." Ejek Tari

"Hmmm"

Ham Hem ham Hem ,itulah si Andre. Ga banyak ngomong tapi kerjaan nampak hasilnya.

"Dre, semalam mama kamu nelpon aku loh nanyain kabarmu! Telpon balik lah Dre. Aku ga enak loh kamu ini anaknya apa kamu sih?"

"Kamu anaknya! Aku ini cuma diperintah Ndoro ratu jaga kamu dengan baik eh kamu malah hamil dengan baik tapi ga ada yang tau siapa bapaknya." Ucapan Andre jujur dan menyakitkan. Andre memang disuruh mama untuk menjaga Tari. Tari itu sebatang kara. Dari kecil ia sudah dioper sana sini sama paman dan tantenya. Karena mama Andre ga tega melihat anak kecil tadi sebentar di sana sini, mama Andre meminta keluarga Tari untuk merelakan Tari diurus mama Andre.

Dari kecil Andre sudah berbagi apapun dengan Tari. Andre diajarkan bagaimana memperlakukan Tari seperti adik sendiri. Walau kini Tari sebentar lagi menjadi mama, Andre ga bisa meninggalkan Tari begitu aja. Ia sangat menyayangi Tari.

Tak terdengar lagi ocehan Tari. Pasti ia sudah tidur. Obat yang Andre siapkan pun sudah habis. Ia sudah meminum obat yang diberikan dokter.

"Jadilah anak yang sehat papa menunggumu, Nak!" Andre mengusap perut datar Tari.

Andre pergi dan mengunci pintu dari dalam. Tari menangis, ia tau kalo Andre hanya kasihan padanya. Andre selalu saja mengorbankan diri untuk nya. Tari emang ga tau diri!

Malamnya, Tari kedatangan tamu yang lumayan banyak. Andre bersama  kedua orang tuanya datang membawa banyak makanan.

"Nak Tari maafkan kelakuan Andre ya. Dia baru berani mengatakan pada kami kalau ia sudah meniduri kamu. Dan kamu sekarang sedang mengandung cucu kami ya? Walau pun kelakuan buruk Andre ga patut padamu kami akan segera menikahkan kalian sebelum cucu ibu lahir ya!"

Andre apa apaan!
Jadi dia mengaku pada keluarganya, dia yang menghamili Tari. Kalau nanti bayi itu mirip Tari masih mending kalau mirip orang lain kan bis berabe? Ia mau jadi superhero menyelamatkan anak Tari dan Tari menerima dengan perasaan campur aduk.

Mereka menikah dengan acara sederhana. Andre juga sepertinya gugup tidak hanya Tari yang gemetar sejak tadi sebelum acara dimulai.

"Makasih ya Mas, kami berhutang Budi padamu!" Tari menangis

"Tari kamu ngomong apa sih? Ga ada yang berhutang Budi. Kamu tau ga kalo sejak kecil aku sudah menyayangi kamu dan berharap saat besar nanti bisa menikah dengan mu! Aku ga berani bilang ke kamu karena pasti kamu pikir aku sedang bercanda apalagi kita memang sudah seperti saudara. Saat kamu juga dekat dengan teman teman lelakimu aku juga cemburu, tapi aku bisa apa kalau kamu juga suka dengan mereka. Aku takut membatasi mu dan berujung kamu jadi benci aku yang posesif. Sudah berulang kali aku mempersiapkan mental untuk melamarmu tapi selalu ga da momen yang pas. Yang ada malah Doaku dikabulkan!" Andre bicara panjang lebar.

Tari pernah salah, mengganggu keluarga orang dengan alasan senang senang, tapi kini ia sudah tobat dengan perlakuan Andre, cinta tulus Andre padanya.

Hot  Affair StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang