©Claeria
Melihatku yang selalu kabur darinya di tiap kesempatan, sepertinya sekarang Mas Jo mengganti strateginya. Dia kini melekat kepada Mas Brian seperti benalu! Aku tidak mengerti apakah dia sengaja melakukannya atau tidak, yang pasti sekarang setiap kali melihat Mas Brian, Mas Jo pasti ada bersamanya!
Sungguh menyebalkan. Padahal aku biasanya sering mencuri kesempatan untuk melirik Mas Brian atau mengajaknya mengobrol ketika kami tidak sengaja bertemu di kantin, di lobi, atau di mana pun di kantor ini! Sekarang aku tidak bisa— lebih tepatnya tidak berani melakukannya karena Mas Jo selalu ada di sampingnya.
Kemarin, ketika kebetulan Mas Brian menyapaku di kantin dan mengajakku mengobrol, Mas Jo berdiri di sebelahnya dan memerhatikanku dengan pandangan menyelidik. Seolah-olah aku penjahat yang hendak menghipnotis temannya! Benar-benar membuat tidak nyaman...
"Kangen Mas Brian," rengekku sambil menaruh kepala di atas meja.
Pipiku yang menyentuh permukaan meja yang terbuat dari kayu terasa dingin, efek dari pendingin ruangan di dalam kafe yang dipasang terlalu kencang.
Clara yang duduk di seberangku hanya bisa geleng-geleng sambil menyesap cokelat panas miliknya yang tidak lagi panas. Hujan yang mengguyur kota Jakarta di luar serta angin dari pendingin ruangan benar-benar membuat kafe yang terletak di lantai dasar gedung kantor ini terasa jauh lebih dingin dari biasanya.
"Udah hampir seminggu gue nggak dadah-dadah atau ngobrol sama Mas Brian lagi," lanjutku kembali merengek kesal.
"Lo aja yang ribet, harusnya lo nggak usah peduliin Mas Jo," tukas Clara sambil meletakkan cangkirnya di meja, menimbulkan bunyi dentingan ketika beradu.
"Gimana mungkin, Clar? Mas Jo kan rese, gue tuh takut dia ngomong macam-macam ke Mas Brian," protesku sambil mengangkat kepala dari atas meja. "Gimana kalau dia bocorin kalau gue suka sama Mas Brian?"
Aku mencondongkan tubuh ke depan, mendekat ke arah Clara lalu mengangkat satu tangan dan berbisik lirih, "Atau gimana kalau dia bocorin ke Mas Brian kalau gue sama dia pernah melakukan 'itu'?"
Clara tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk, "Masuk akal sih. Kalau dari cerita lo, Mas Jo ternyata orangnya ngotot juga ya. Gue kira cowok yang tampilannya lembut kayak kapas gitu sifatnya juga bakal selembut tampilannya."
"Jangan tertipu sama tampilan lembutnya!"
"Kalau di kasur, gimana?" Clara mengedipkan sebelah matanya, "Dia lembut juga nggak?"
Pipiku sontak l memanas mendengar pertanyaan barusan. "Di kasur...?"
Bodohnya, otakku langsung bekerja tanpa diminta. Adegan yang selama ini berusaha aku kubur dalam-dalam kini menghantam kepalaku tanpa permisi. Potongan-potongan adegan yang melibatkan tubuh Mas Jo di atas tubuhku terputar dengan cepat. Aku merinding mengingat bagaimana Mas Jo yang awalnya pasrah lalu berubah seratus delapan puluh derajat mendominasiku.
Aku buru-buru menggeleng sekuat tenaga, berusaha menyingkirkan ingatan itu dari otakku. Bisa gila aku dibuatnya!
"Apaan sih, Clar? Nggak tau ah! Jangan diingetin lagi!" protesku. Aku buru-buru menyesap teh yang kupesan, berharap minuman itu bisa membantu menjernihkan pikiranku.
Clara terbahak-bahak melihat tingkahku. Jelas sekali dia sengaja ingin menggodaku!
Tawa Clara belum surut ketika suara seorang pria terdengar dari sebelah kami, "Lagi ketawain apa nih? Kayaknya seru banget."
Mendengar suara berat nan familiar itu, aku langsung menoleh. Mataku membulat melihat pria yang berdiri menjulang di sana. Mas Brian tengah tersenyum lebar, menatapku dan Clara bergantian sambil memegang nampan dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal Escape
Chick-LitSeperti perempuan pada umumnya, Sheren Callista Winata memimpikan kisah romantis yang berakhir dengan mengucapkan janji suci bersama di depan altar. Namun, ketika Joseph Kartawiharja, pria idaman wanita kantor yang tampan dan mapan meminangnya, Sher...