Chapter 27

52K 4.7K 151
                                    

©Claeria


Tiga kali.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah kali ketiga aku berada di rumah Mas Jo. Yang pertama ketika kami mencoba test pack, yang kedua sewaktu dia sakit dan aku membawakannya makanan, lalu ini yang ketiga.

Dibandingkan kali pertama dan kedua, kali ini aku benar-benar merasa gugup. Bagaimana tidak? Malam ini aku dan Mas Jo akan tidur di dalam rumah yang sama! Siapa yang tidak akan gugup kalau menghabiskan waktu berdua bersama pria yang disukai di bawah atap yang sama? Ya Tuhan, aku bahkan takut kalau-kalau aku menyerangnya lagi seperti waktu itu, padahal malam ini aku tidak minum alkohol.

Merasa terlalu canggung, aku meminta izin kepada Mas Jo untuk membuatkan coklat hangat sementara dia menyiapkan kamar tamu. Berada dalam satu ruangan yang sama dengannya membuat jantungku berdebar tak karuan.

Aku sengaja membuat coklat hangat dengan kecepatan lambat, berharap bisa mengulur waktu lebih lama agar tidak usah berduaan dengan Mas Jo. Sayangnya, minuman ini sangat mudah dibuat sehingga selama apapun mengulur waktu, aku tetap menyelesaikannya dengan cepat.

Aku membawa dua cangkir coklat hangat, satu di tangan kiri dan satu di tangan kanan. Seharusnya aku menggunakan nampan saja, tetapi sayangnya aku sudah tidak berniat mengobok-obok dapur Mas Jo di tengah malam begini. Tidak masalah. Toh aku sudah biasa membawa masakan panas. Yang penting hati-hati saja.

"Sher, kamu—"

Aku baru saja berbalik dari meja dapur ketika Mas Jo mendadak muncul dari belakang. Langkahnya benar-benar tanpa suara!

Tubuh kami bertabrakan dan sialnya, seluruh coklat hangat di dalam cangkir kini tumpah ke badanku! Refleks, aku menjerit dan meletakkan cangkir di atas meja.

"Ahhhh! Panas!"

Mas Jo tampak sama terkejutnya denganku. Mendengar aku menjerit lalu meringis karena perih, dia buru-buru merangkul bahuku sementara satu tangannya dia selipkan di bawah lututku. Dalam satu sentakan, dia menggendongku.

Tanpa berkata apapun, Mas Jo berlari membawaku ke kamar mandi. Dengan gesit tetapi hati-hati, dia meletakkan tubuhku di dalam bathtub. Perasaanku menjadi tidak enak ketika dia mengambil showerhead dan memutar keran air.

"Mas, jangan disiram! Nanti aku basah kuyup!" protesku sembari menyilangkan tangan di dada.

Aku tahu pertolongan pertama pada luka bakar adalah menyiramnya dengan air mengalir, tapi aku kan tidak bawa baju ganti?

"Kalau nggak buru-buru disiram begini, nanti malah keburu luka dan ninggalin bekas!" Mas Jo menyingkirkan kedua tanganku. Mataku langsung terbelalak ketika selanjutnya dia memegang ujung bajuku.

"Mas, tu-tunggu! Ini mau ngapain?"

"Buka baju kamu, lukanya nggak boleh tergesek pakaian dulu," tegas Mas Jo, tangannya kini mulai menarik ujung bajuku ke atas. Ketika bagian bawah braku mulai terekspos, aku refleks memeluk tubuhku sendiri, mencegah Mas Jo menanggalkan bajuku.

Melihatku yang panik dan gelagapan, Mas Jo menatapku lurus, berusaha meyakinkan dengan tegas.

"Nggak usah malu, Sheren. Aku kan udah pernah lihat semuanya."

"MAS JO MESUMMM!"


***


Aku menatap pantulan diriku di cermin. Mengenakan kaos dan celana panjang milik Mas Jo membuatku terlihat seperti anak kecil yang mencoba baju milik ayahnya. Demi mencegah Mas Jo membuka bajuku dan menyiramku, aku mengatakan akan membasuh tubuhku sendiri dengan air, sekaligus mandi. Mas Jo setuju, akhirnya meminjamkan baju untukku.

The Proposal EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang