Chapter 21

45.4K 4.2K 46
                                    

©Claeria


Aku melirik tajam ke arah pria yang berdiri di sampingku dengan wajah tanpa dosa. Di tengah department store ini, aku ingin mencubit Mas Jo. Kecil-kecil. Supaya perih.

Sejak pagi aku sibuk bersiap untuk kencan kami; memilih baju, berdandan, dan mencatok rambutku. Namun, ketika dia muncul di depan rumahku bersama Tante Alicia, aku tahu ada yang salah.

Kencan kami hari ini ternyata tidak berdua, melainkan bertiga dengan Tante Alicia. Kata Mas Jo, kami akan menemani Tante Alicia berbelanja, makan siang, lalu mengantarnya dulu ke bandara sebelum makan malam berdua.

Tidak, bukannya aku tidak suka Tante Alicia bergabung dengan kami. Dia teman mengobrol yang menyenangkan. Dalam waktu singkat kami sudah mengobrol tentang banyak hal; keluarga, pekerjaan, hobi, makanan favorit, dan banyak lagi.

Dari ceritanya aku baru tahu kalau keluarga Mas Jo yang tinggal di Jogja mengelola usaha di bidang tekstil. Mereka memproduksi kain dan baju batik, lalu menjualnya di toko yang kini sudah memiliki beberapa cabang, bahkan di luar Jogja. Sekarang, Tante Alicia sedang berpikir untuk memperluas bisnisnya ke bidang salon dan spa. Katanya, suatu hari nanti kalau dia dan suaminya sudah tua, Mas Jo dan istrinya harus melanjutkan usaha mereka.

Dari Tante Alicia juga aku mengetahui berbagai cerita tentang Mas Jo yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Misalnya bagaimana dia selalu menjadi anak yang kalem dan penurut, tetapi sering mengisengi saudara sepupunya dan anak-anak yang dia anggap menggemaskan (apa ini berarti aku menggemaskan? Mas Jo kan sering membuatku kesal). Atau  tentang Mas Jo yang pernah keranjingan main basket karena ingin terlihat keren di pekan olahraga sekolah, sampai cerita tentang Mas Jo yang menjadi favorit teman-teman arisan Tante Alicia untuk dijodohkan dengan putri mereka. Mas Jo sesekali memotong jika merasa Tante Alicia akan membeberkan fakta yang memalukan baginya.

Alasan aku merasa sebal adalah karena aku sama sekali tidak tahu bahwa kami akan pergi bertiga! Mas Jo baru menginfokannya ketika dia muncul di depan rumahku bersama ibunya! Aku tentu bisa mencium niat liciknya!

"Mas, kamu sengaja kan ngelakuin ini?" aku bergeser mendekat ke arah Mas Jo, sengaja berbisik agar Tante Alicia yang tengah sibuk membayar belanjaannya tidak mendengar.

"Ngelakuin apa?" tanya Mas Jo sembari mengejapkan matanya polos.

Hah! Dia kira aku tidak tahu niat tersembunyinya?!

Berusaha menahan emosiku yang memuncak, aku memalsukan senyum di wajah dan mencecar Mas Jo.

"Kamu sengaja kan bawa Tante ke rumah aku buat jemput? Sengaja ya biar Tante ketemu sama Papa dan Mama? Biar kamu bisa semakin memperburuk semua kesalahpahaman ini?" tuduhku.

Namun, bukannya terlihat panik karena aku membongkar rencananya, Mas Jo malah mengangguk dengan tenang sambil mengusap dagu.

"Wait, that's actually a good idea? Sayang ya orangtua kamu tadi nggak ada di rumah."

"Mas, Tante tuh masih salah paham lho. Tante kira aku benar-benar calon istri kamu! Mas lurusin ke Tante dong!" aku memelototinya.

Ide bagus apanya! Apa jangan-jangan setelah ini dia berencana melakukannya lagi?

Mas Jo tidak menjawab. Seolah tidak mendengar permintaanku barusan, dia malah melihat-lihat sepatu yang di etalase. Benar-benar menganggapku angin lalu.

"Mas Jo!" ulangku, kali ini sambil menarik lengannya.

Dia menoleh dan mengangguk kecil. "We'll see about that..."

"Lagi bisik-bisik apa nih? Kayaknya seru amat!"

Aku hampir meloncat di tempat ketika suara manis Tante Alicia terdengar di belakangku.

The Proposal EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang