Chapter 14

50.1K 4.3K 39
                                    

©Claeria


Aku punya kabar baik dan kabar buruk.

Kabar buruknya adalah saat ini perutku sakit sekali hingga rasanya bahkan sulit untuk berjalan.

Kabar baiknya adalah aku ternyata tidak hamil.

Setelah merasakan sakit pada perut bawahku, aku merasa curiga karena aku merasakan beberapa tanda yang rutin kurasakan tiap bulannya. Tanpa menunggu Mas Jo, aku buru-buru ke toilet. Benar saja, ternyata siklus menstruasiku akhirnya datang setelah terlambat sekian lama.

Mendapati kenyataan ini, perasaanku campur aduk. Di satu sisi, aku mengembuskan napas lega karena ketakutanku tidak terjadi. Aku tidak perlu menghadapi murka kedua orang tuaku dan terpaksa menikahi Mas Jo. Di sisi lain, ada secuil hampa di dadaku ketika aku menyadari si Dedek tidak ada di sana. Rasanya ada sesuatu yang hilang dari diriku, walaupun sesungguhnya dia tidak pernah ada sejak awal.

Waktu menemui dokter, aku menceritakan kondisiku dari awal sambil tertawa canggung. Kata dokter kemungkinan aku stres berat sehingga siklusku terlambat. Memang sih, aku tidak bisa memungkiri kalau sejak kecelakaan malam itu aku tidak bisa mengistirahatkan pikiranku. Selalu saja ada hal yang kukhawatirkan.

Setelah selesai berkonsultasi dengan dokter, aku keluar dari klinik dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ini aneh. Mas Jo bilang dia hanya pergi sebentar untuk membeli roti, tapi sampai sekarang dia juga belum kembali.

Dia membeli roti atau membuat adonannya sih?

Tidak sabar menunggu Mas Jo di klinik, aku memutuskan untuk menyusulnya ke kafetaria. Masih sambil memegangi perutku yang terasa nyeri, aku turun ke lantai dasar. Tidak tahu di mana letak kafetaria yang dimaksud, aku sempat mondar mandir sambil menoleh ke kanan dan kiri.

Aku akhirnya menemukan kafetaria yang terletak di salah satu sudut gedung rumah sakit setelah mengikuti papan penunjuk jalan. Kafetaria malam itu cukup ramai, pantas saja Mas Jo makan waktu cukup lama untuk membeli roti. Namun, seharusnya tidak selama itu. Atau mungkin dia bertemu dengan kenalannya di sini?

Dugaanku sepertinya tepat karena aku berhasil menemukan Mas Jo berdiri memunggungiku. Dia menenteng kantong belanja transparan yang di dalamnya terdapat roti dan air mineral pesananku serta beberapa buah jajanan pasar.

Aku hampir saja menghampiri Mas Jo dan menepuk punggungnya andai tidak menyadari kehadiran wanita yang berdiri di hadapan Mas Jo.

Wanita itu cantik. Dia terlihat mencolok dengan rambutnya yang dicat merah burgundy. Dia  juga langsing dan tinggi. Menggunakan sepatu dengan hak rendah saja tingginya hampir sama dengan Mas Jo. Walaupun ini rumah sakit, tapi penampilannya seperti hendak pergi ke mall mewah. Dia mengenakan blus tanpa lengan dengan potongan leher yang rendah juga celana jeans ketat yang menonjolkan kaki jenjangnya.

Tadinya aku memutuskan untuk diam saja mengamati mereka dari kejauhan, menunggu hingga mereka selesai berbicara karena aku tidak mau mengganggu. Namun, aku melihat wanita itu tiba-tiba menarik tangan Mas Jo. Dalam satu sentakan, Mas Jo langsung menepis tangannya.

Entah apa yang mendorongku, tapi tahu-tahu aku melangkahkan kakiku lebar-lebar, menghampiri keduanya sambil memanggil, "Mas Jo!"

Dia menoleh, begitu pula dengan wanita di depannya.

"Sheren! Kamu udah selesai?" Mas Jo memegang punggungku lembut. Wajahnya tampak penuh sesal ketika ia berkata, "Maaf, aku kelamaan."

Aku mengangguk sekilas. Tanpa sadar ekor mataku melirik wanita cantik yang tengah memindaiku dari ujung kaki hingga kepala. Sebentar, barusan aku melihatnya mendengus!

The Proposal EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang