Entah Eriana harus merasa bersyukur atau justru sebaliknya menghadapi situasi ketika ia kembali ke ruang pertemuan setelah dari toilet tadi. Ternyata di sana sudah ada Mega yang terlihat sekali sedang menunggu dirinya. Bagaimanapun juga, itu dibuktikan dengan Mega yang memilih kursi di sebelah kursi Eriana. Terutama ketika Mega melayangkan tatapan menunggu pada gadis itu. Membuat Eriana pada akhirnya memang duduk kembali di tempatnya yang semula.
Setelah beberapa saat kemudian, Eriana menyadari bahwa kehadiran Mega justru sedikit memberikan udara segar bagi dirinya. Mega membuat kondisi di sana lebih terkendali. Bahkan beberapa kata-kata tajam yang ia dapati tadi tidak muncul lagi. Seketika membuat Eriana menyadari sesuatu. Sistem hirearki memang berlaku di sana. Mereka semua bersikap dengan sangat sopan pada Mega. Namun, walaupun demikian tak urung juga di dalam diri Eriana mampu melihat bahwa tanpa sistem itu pun Mega terlihat berwibawa. Dan kali itu, Eriana menyadari bahwa kalau semalam ia terpesona dengan suara Mega, maka kali ini ia terpukau dengan pembawaan wanita itu. Anggun dan berkelas. Membuat sesuatu di dalam Eriana menjadi tak bisa berkata apa-apa.
Apa itu karena cara bicaranya?
"Pak Herman, tolong tehnya."
Apa itu karena cara perhatiannya?
"Jessy ini sebenarnya sangat pintar belajar bahasa. Kenapa kamu nggak mendalaminya?"
Apa itu karena cara dia memerhatikan lawan bicaranya?
"Jadi, bagaimana ceritanya, Tania?"
Itu terlihat sekali berbeda. Pembawaan yang benar-benar lain dari pada yang lain. Bahkan untuk wanita-wanita lain yang berada di ruangan itu, Eriana jelas bisa melihat perbedaan yang sangat jauh.
Ketenangan, tutur katanya yang teratur, dan kata-kata yang keluar pun terasa tidak berlebihan. Sama tidak berlebihannya dengan penampilan wanita paruh baya tersebut. Tak ada perhiasan yang menonjol di sana. Tatanan rambut pun terlihat sederhana walaupun jelas berkelas. Dalam hati Eriana mengakui, Mega adalah refleksi dari wujud orang yang memesona.
"Jadi, Eriana ini lulusan College London University. Baru tamat tahun lalu," kata Mega kemudian setelah menyesap tehnya untuk ke sekian kalinya. "Iya kan?"
Eriana mengerjapkan matanya dengan dahi yang sedikit berkerut. Di dalam hati ia bertanya-tanya.
Apa aku ada ngasih tau camer kapan aku tamat ya?
Tapi, walau demikian Eriana tetap menjawab dengan anggukannya. "Iya."
"Memangnya sekarang berapa usia Eriana, Mbak?" tanya Tania kemudian.
Mata Mega melirik Eriana sekilas. "Dua puluh delapan tahun." Dan setelah menjawab itu, Mega tau pembicaraan itu akan mengarah ke mana.
Kesiap tertahan meluncur begitu saja dari beberapa mulut. Terkejut dengan fakta tersebut.
"Dua puluh delapan tahun?" tanya Tania pada Eriana. "Kamu ambil jurusan apa? Kamu terlambat lulus atau bagaimana?"
Kali ini Eriana yang tanpa sadar melirik pada Mega, namun wanita itu terlihat tenang-tenang saja. Sama layaknya Mega, pertanyaan itu bisa membuat Eriana menerka ke mana pembicaraan itu menuju. Penghakiman dirinya lagi.
Eriana mengembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Saya nggak terlambat lulus kok, Tante. Tepat waktu, tapi ... itu karena saya yang kuliahnya terlambat." Mata Eriana mengerjap ketika wajahnya sedikit menunduk. Namun, sedetik kemudian wajah itu terangkat kembali. "Saya pernah sekali gagal mengikuti tes wawancara LPDP dan karena itu saya kembali mencoba di tahun berikutnya. Saya lanjut pendidikan memang lumayan terlambat, itu karena semula saya pikir saya cukup dengan sarjana saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...