"Dududududu."
"Let's kill this love!"
"Dududududu."
"Parampapam!"
"Parampapam!"
Eriana sudah mengira bahwa Intan tidak melakukan pengintaiannya malam itu ketika ia membuka pintu unit. Suara melengking Intan yang menyapa gendang telinganya merupakan bukti tak terbantahkan kalau temannya itu berada di unit saat itu. Terutama karena suara itu ternyata diselingi oleh bunyi panci yang dipukul-pukul dengan irus. Eriana melihatnya dengan jelas ketika ia berada di ambang pintu dapur.
"Eh! Calon Nyonya Ningrat kita udah pulang."
Dooong!
Eriana menghela napas panjang. Mencibirkan bibir bawahnya sekilas sebelum pada akhirnya memilih untuk duduk di meja makan. Tas kerja yang tadi masih ia sandang dengan lemas ia letakkan di atas meja itu. Tatapan matanya lurus mengarah pada Intan yang tampak memamerkan sebungkus mi instan.
"Mau?" tanya gadis itu. "Mumpung aku lagi baik hati."
Napas Eriana mengembus panjang. Tangannya terangkat dengan lesu seraya berkata seperti ini.
"Dua bungkus ditambah telur ceplok dua butir. Ah, jangan lupa sawi dan irisan cabe rawitnya yang banyak. Kalau nggak keberatan, kasih irisan sosis juga, Tan."
Hilang sudah lagu Blackpink yang sempat dinyanyikan oleh Intan tadi. Sekarang wajah gadis itu terlihat melongo dengan tangan yang masih memegang panci dan irus. Matanya tampak bengong melihat pada Eriana.
"Aku emang lagi baik hati, Ri," kata Intan. "Tapi, bukan berarti aku yang mendadak jadi Dewa atau semacam Bunda Teresa gitu."
"Huuuh ...." Eriana mengembuskan napas panjang lagi. Kali ini seraya mendaratkan wajahnya di atas meja, ia berusaha untuk tetap bicara. "Bunda Teresa itu idola aku, by the way. Jangan buat perumpaan beliau yang lagi masak mi sambil joged-joged."
Intan memutar bola matanya. "Oke. Apa pun itu, yang penting adalah ... jangan terlalu banyak request."
Eriana memilih untuk tidak berdebat lagi. Alih-alih, ia hanya menunggu dalam keheningan sementara Intan beranjak untuk mulai masak mi instan itu tepat ketika jam sudah menunjukkan jam setengah sebelas malam.
Di depan kompor, Intan tampak sesekali melirik ke meja makan. Melihat keadaan Eriana. Sekadar jaga-jaga karena perasaannya yang mendadak berubah menjadi tidak enak.
Dia masih hidup kan?
Apa dia yang mendadak kesambet penunggu pos satpam gedung ya?
Tumben banget ngeliat dia dalam mode lesu kayak gitu.
Persis kayak istri Bang Toyib yang ditinggal tiga kali puasa tiga kali lebaran.
Ckckckck.
Intan geleng-geleng kepala.
Menyedihkan sekali.
Hingga sekitar lima belas menit kemudian, mata Eriana yang menutup sontak membuka dengan perlahan ketika aroma yang lezat itu menyapa indra penciumannya. Retina matanya seketika langsung menangkap pemandangan Intan yang menyajikan semangkok mi kuah tepat di depan hadapannya. Dengan posisi wajahnya yang masih mendarat di atas meja, Eriana bisa melihat kepulan asap panas dari dalam mangkok tersebut. Sungguh menggiurkan.
Seolah mendapatkan kekuatan ajaib yang asalnya entah dari mana, Eriana langsung bangkit dengan punggung yang tegap. Seketika menarik mangkok itu ke hadapannya. Dan lantas ... matanya memejam lagi dengan kesan penuh kenikmatan saat menghirup dalam-dalam aroma itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...