Ehm ....
Pertimbangan matematis.
Satria menggumamkan hal tersebut di benaknya. Meraih pena dan satu kertas kosong untuk menuliskan sesuatu.
Eriana Dyah Pitaloka.
Itulah yang ia tulis di atas kertas. Lalu dengan cepat Satria membuat satu tabel yang berisi tiga kolom. Pada satu kolom ia tulis: Aspek. Sementara untuk kolom kedua dan ketiga ia tulis: Ya dan Tidak.
Menarik napas dalam-dalam, Satria kemudian menulis beberapa kriteria di kolom Aspek tersebut.
"Kepintaran ..., kecantikan ..., kedisiplinan ..., latar belakang ..., dan keluarga."
Melihat pada setiap kata yang telah ia tulis, Satria hanya perlu memikirkan Eriana berada di posisi mana untuk kriteria tersebut. Ya atau tidak.
Kepintaran?
Mata Satria memejam dramatis.
Dia itu sekretaris aku.
Kan nggak mungkin banget aku milih sekretaris yang bodoh?
Maka pena di tangan Satria pun bergerak. Memberikan satu tanda centang pada kolom Ya untuk baris Kepintaran. Selanjutnya, Satria pun beralih pada kriteria kedua.
Kecantikan?
Lagi-lagi, mata Satria memejam dramatis.
Dia itu sekretaris aku.
Kan nggak mungkin banget aku milih sekretaris yang bad looking?
Maka pena di tangan Satria pun lagi-lagi menorehkan tanda centang di kolom Ya untuk baris Kepintaran. Kemudian, pria itu berpindah pada kriteria ketiga.
Kedispilan?
Untuk kali ini mata Satria hanya mengerjap samar sekali.
Dia itu sekretaris aku.
Kan nggak mungkin banget aku milih sekretaris yang nggak disiplin?
Menahan napas di dadanya untuk beberapa saat, barulah Satria menorehkan tanda centang yang ketiga untuk baris Kedisplinan. Pada kriteria keempat?
Latar belakang?
Dia itu sekretaris aku.
Kan nggak mungkin banget aku milih sekretaris yang latar belakangnya berantakan?
Geram. Tapi, Satria tak bisa melakukan apa-apa selain kembali menorehkan tanda centang yang keempat untuk baris Latar Belakang.
Hanya tinggal satu kriteria, yaitu Keluarga.
Nah, untuk yang satu ini ada pemikiran lain yang berkelebat di benaknya.
Eri ini berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Nggak terlibat politik segala macam. Itu artinya aku nggak perlu menerima tekanan tambahan.
Satria meletakkan pena di atas meja. Seraya terus berpikir, ia merebahkan punggung untuk bersandar di punggung kursinya. Matanya lalu lurus menatap pada langit-langit ruang kerjanya itu.
Bayangkan, Sat, kalau kamu nikah sama cewek yang juga berasal dari kalangan kamu. Berarti ada dua tekanan yang harus kamu hadapi. Tapi, dengan Eri? Itu berarti kamu hanya perlu memikirkan tekanan dari keluarga kamu saja.
Berat mengakui, tapi Satria menyadari hal itu dengan pasti. Pernikahan antara dua keluarga yang memiliki kepentingan bisnis dan politik akan menjadi pernikahan yang penuh tekanan dan risiko. Siapa yang bisa menjamin di kemudian hari tidak akan ada perselisihan yang bisa terjadi di dalam keluarga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...