"Membuat kamu jatuh cinta ke aku."
"Membuat kamu jatuh cinta ke aku."
"Membuat kamu jatuh cinta ke aku."
"Membuat kamu jatuh cinta ke aku."
"Membuat kamu jatuh cinta ke aku."
Kalimat yang sama terdengar terngiang-ngiang di benak Eriana. Berulang kali. Sepanjang hari. Dan berlanjut di hari-hari selanjutnya. Sesuatu yang ingin Eriana singkirkan dari benaknya, namun lagi-lagi ia mengutuk mengapa Tuhan memberikan dirinya ingatan yang begitu kuat untuk hal-hal yang tak tepat.
"Emang dasar psikopat berdasi itu cowok. Gimana bisa ia dengan entengnya ngomong aku sebagai obsesi dia tepat di depan muka aku? Nggak kepikiran buat bohong dikit apa gitu?"
Dan selagi mengumpatkan hal itu, Lina yang baru saja menyerahkan tas kerjanya menjadi terheran-heran mendapati raut kesal yang tercetak di wajah Eriana. Penasaran, namun tidak ingin berlaku lancang untuk bertanya. Lagipula kalau Lina pikir-pikir memang sudah beberapa hari terakhir ini Eriana seringkali tertangkap basah sedang mengumpat. Yang mana Lina sendiri pun menebak bahwa Satrialah yang menjadi objek umpatan Eriana. Hal yang didasarkan pada kemarahan Eriana saat Satria menciumnya tempo hari. Dan tentu saja itu membuat Lina menjadi senyum-senyum sendiri. Terutama ketika ia sering mendengar bisik-bisik teman sesama pelayannya berkata.
"Tuan dan Nona Muda buat gemes. Kayak yang di drama itu loh. Gemes-gemes buat geregetan."
Dan setelah membantu Eriana bersiap, Lina mendapati kedatangan majikan mudanya itu. Satria masuk ke dalam ruangan yang menjadi tempat berlangsungnya kelas-kelas pribadi Eriana selama ini. Lina memberikan anggukan sopan sebelum beranjak dari sana. Meninggalkan majikannya berdua saja dengan Eriana.
Eriana bangkit. Menyandang tas kerjanya di bahu kanan dengan wajah cemberut. Kentara sekali bahwa hal itu ia lakukan untuk Satria. Namun, Satria justru menanggapi hal itu dengan santai.
"Jadi, gimana, Ri?" tanya Satria. "Kamu udah ngabarin keluarga kamu kan? Dua minggu lagi kita mau lamaran loh."
Meremas tali tasnya, Eriana mengerucutkan bibir bawahnya. "Iya. Ntar balik dari sini aku bakal nelepon Ibu kok. Kamu nggak perlu khawatir."
"Aaah," lirih Satria dengan irama menggoda. "Berarti kita beneran jadi mau nikah?"
Mata Eriana melirik tajam. Pertanyaan itu tanpa bisa ia cegah justru membuat ingatannya akan hal lain menjadi terbuka. Itu adalah ketika ia mendengar beberapa orang pelayan –yang membantu dirinya sebelum dan selesai kelas pribadinya- berbisik-bisik. Dan ketika ditanya alasannya, jawaban mereka membuat Eriana merinding.
"Sabtu kemaren Nona Ratna datang buat minta maaf, Non. Tapi, sama Tuan Muda langsung disuruh pulang."
"Nggak cuma itu, bahkan satpam udah dipanggil buat siap-siap kalau Nona Ratna nggak mau pulang baik-baik."
"Bingkisan buah yang dibawa Nona Ratna langsung dibuang di depan mukanya."
Kala itu Eriana pun ingat bahwa beberapa hari yang lalu ia telah mengurus pembatalan kontrak yang melibatkan tenaga hukum perusahaan. Yang mana Eriana sendiri heran bahwa ternyata Satria benar-benar melakukan omongannya tempo hari. Jujur saja, Eriana pikir omongan Satria itu hanya omongan kosong belaka. Ternyata ....
"Tuan mah emang gitu, Non. Ada yang macam-macam bakal ehm ...."
Mata Eriana melotot saat melihat seorang pelayan itu meletakkan sisi telapak tangannya di leher seperti gerakan orang yang tengah menyembelih hewan ternak. Hal yang membuat Eriana bergidik langsung. Untuk itulah pada akhirnya Eriana merasa sudah tak ada pilihan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...