"Kamu butuh makan, Ri ...."
Tak cukup dengan bunyi memalukan sepanjang jalan kenangan itu, Eriana justru mendapati bagaimana Satria memperjelas semuanya dengan lirihan itu. Makin membuat ia tak berdaya dengan rasa panas yang terasa membakar kedua pipinya.
"Ah ...."
Tapi, posisi mereka berdua benar-benar sudah dalam tahap yang cukup menjadi alasan untuk rasa canggung itu tiba. Padahal kan ya, semenit yang lalu kata canggung benar-benar tidak ada dalam kamus mereka berdua.
Satria menarik napas dalam-dalam. Menyadari bagaimana kedua tangannya masih berada di dalam gaun tidur Eriana. Dan dengan keadaan Eriana yang seperti itu, maka bukan hal yang mengherankan bila pada akhirnya pria itu memutuskan untuk menarik keluar tangannya. Tapi, baru bergerak sedikit, ia justru mendapati Eriana menahan tangannya.
Mata Satria membesar. Sorotnya tampak syok.
"Ri, kamu makan aja dulu. Abis itu kita bisa lan---"
"Perbaiki bra aku dulu, Sat," potong Eriana. "Baru abis itu aku makan."
Ah!
Kali ini gantian Satria yang merasa panas malu merayapi pipinya.
"Oh ...."
Mendehem sejenak, tangan Satria kemudian masuk lagi. Tapi, kali ini dengan tujuan yang berbeda dengan tujuannya beberapa menit yang lalu. Kedua tangannya bergerak ke balik punggung Eriana dan memasang kembali kaitan bra wanita itu .
"Aaah ...," lirih Eriana. "Kayaknya itu salah nomor deh, Sat. Sempit."
Satria mengerjap. "Eh? Nomor?"
"Kaitan nomor satu, Sat. Jangan yang dua. Sesak dada aku kalau nomor dua."
Satria mengerjap lagi. "Aku nggak tau beda nomor satu atau dua, Ri."
"Pokoknya yang paling pinggir."
Dahi Satria mengerut. Meraba kaitan bra itu dan menerka maksud Eriana. Lalu mengaitkan benda itu kembali.
"Aaah ...." Desahan lega Eriana meluncur dengan begitu lancar. "Makasih," katanya kemudian.
Satria mungkin berencana mengucapkan basa-basi untuk ucapan terima kasih itu, tapi ia justru tercengang ketika di detik selanjutnya ia melihat bagaimana kedua tangan Eriana menyusup masuk ke gaun tidurnya sendiri. Bergerak ke payudaranya. Tampak memperbaiki posisinya di dalam sana.
"Wah!"
Satria bahkan tanpa sadar menyuarakan ketakjubannya melihat apa yang baru saja dilakukan oleh wanita itu. Di lain pihak, Eriana justru mengangkat bahunya sekilas.
"Lain kali aku suruh kamu yang perbaikinya. Iya?"
Mengembuskan napasnya, Satria geleng-geleng kepala.
"Kayaknya infus itu emang ngebuat otak kamu tambah bermasalah."
Eriana mengerucutkan bibirnya.
"Dan ngomong-ngomong," kata Satria lagi. "Mau sampe kapan kamu duduk di pangkuan aku?"
"Ah .... Kamu be ..."
Mata Eriana turun dan menatap ke bawah.
"... nar."
Glek.
Yah ....
Aku nggak jadi ngeliat yang tadi deh.
Tangan Satria meraih pinggang Eriana. Pelan-pelan membawa wanita itu untuk duduk kembali di kasur. Lantas ia berkata.
"Aku pakai baju bentar. Ntar aku suruh Lina buat ngantar makanan untuk kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...