Bukan hanya Eriana, tapi Mrs. Roberts dengan kacamata bundar yang bertengger di pangkal hidungnya itu terlihat kaget karena tawa tersebut. Oh, bukan hanya mereka berdua. Ada Herman dan juga seorang pelayan lainnya yang terheran-heran karena tawa besar yang membahana tersebut. Sungguh tak ada yang menduga bahwa tawa itu akan menggelegar memenuhi ruangan. Oleh karenanya, tak heran sama sekali melihat semua orang dengan kompaknya membawa tatapan mereka ke sumber tawa tersebut. Satria.
Satria mendadak merasa kaku seluruh tubuh. Merasa membeku dengan tatapan orang yang melihat pada dirinya dengan sorot tak percaya. Benar-benar membuat ia merasa malu hingga wajahnya terasa panas karenanya.
"Ehm!"
Deheman tak nyaman itulah yang menjadi penutup tawa Satria menjelang malam tersebut. Tak hanya itu, Satria kemudian terlihat bangkit dari duduknya. Seraya mengusap tekuknya yang mendadak meremang oleh bulu kuduk salah tingkah, pria itu terlihat berjalan menuju ke pintu.
"Eh eh eh ...."
Suara Eriana terdengar.
"Udah ngetawain aku, eh malah mau kabur si Bapak."
Tapi, Satria berpura-pura tak mendengar. Alih-alih, ia semakin mempercepat langkah kakinya. Menghilang di balik pintu dan meninggalkan Eriana yang cemberut.
"Pasti dia senang ngeliat aku sengsara kayak gini."
Lalu, dehemen lainnya yang terdengar. Kali ini dari Mrs. Roberts. Wanita dengan rambut pirang terang yang disanggul rapi itu tampak menatap pada Eriana. Hingga membuat gadis itu menjadi tak nyaman karenanya.
"Ehm ... sorry."
Mata Mrs. Roberts berkedip sekali. "It's okay. But, let me ask you," katanya kemudian. "Do you still call Mr. Putra 'Bapak' even you're not in office?"
"Ah ...." Eriana seperti baru menyadari hal tersebut. "So, you think I should call him Baby? Honey? Or lovely?"
Pertanyaan balasan dari Eriana justru membuat Mrs. Roberts yang kebingungan. Wajah wanita paruh baya itu terlihat kikuk karenanya.
"Oh, no no no. I don't think so. But, maybe you can call his name." Dahi Mrs. Roberts berkerut. Terlihat sedikit bingung. "Bapak? It's like you call your dad? I think there is no a formal conversation between two people who love each other."
Perkataan Mrs. Roberts seketika saja langsung membuat Eriana melongo. Lantas di detik selanjutnya ia justru mengulum senyum malu-malu. Tanpa sadar –atau mungkin dia sadar sih-, Eriana mencolek-colek tangan Mrs. Roberts.
"Don't make me blush, Mrs. Ntar kasihan yang jualan blush on. Jadi nggak laku. Hihihihi."
Mrs. Roberts melongo. "Pardon?"
Tapi, Eriana tak menjawab pertanyaan Mrs. Roberts. Alih-alih ia tetap tersenyum malu-malu. Sementara otaknya terus mengiangkan kalimat tersebut.
Two people who love each other.
Ahaaay!
*
"Oke, Ri. Jadi aku mau ngasih tau sesuatu ya. Ini hasil penyelidikan aku seharian ini. Kayaknya Erina Fransisca dan Renaldi Anthony memang ada hubungan deh. Mereka hari ini pergi ke kampus bareng gitu. Padahal biasanya Rei itu nggak suka banget deh jalan bareng sesama artis atau semacamnya. Dia kan juga jadi cowok rada tertutup."
Eriana yang duduk di meja riasnya terlihat tersenyum seraya membersihkan wajahnya dari sisa-sisa make up. Lalu ia mendehem pelan.
"Ehm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...