"Oke. Sampai ketemu besok di depan penghulu."
Eriana benar-benar melongo ketika mendengar kalimat itu. Dan di saat ia akan membalas perkataan itu, ia justru mendapat kenyataan bahwa panggilan itu sudah diputuskan secara sepihak. Alhasil, dengan memelototkan matanya, Eriana melihat pada layar ponselnya.
"Wah!" katanya dengan nada tak percaya. "Lihat gimana dia ngomong sama calon istrinya? Ckckckck. Benar-benar sesuatu."
Eriana dengan kesal membanting ponsel itu di atas kasur. Beranjak bangkit dan memutuskan untuk kembali bercengkerama dengan adik-adiknya saja ketimbang memikirkan Satria. Namun, ketika ia tepat di ambang pintu, ia mendapati ponselnya kembali berdering. Sontak saja membuat ia menghentikan langkah kakinya. Menoleh dan menatap tajam pada benda itu. Tampak bergetar di sana.
"Ehm .... Apa lagi sekarang?" tanya Eriana geram. "Dia mau ngomong apa lagi?"
Geram, Eriana dengan langkah berat kembali menghampiri kasurnya. Membungkuk dan mengambil ponsel itu dalam sekali raihan tangan. Tapi, ketika ia melihat pada layar ponselnya, ia justru mengerutkan dahinya.
"Tante ...."
Eriana meneguk ludahnya.
Baru abis ditelepon anaknya, eh malah sekarang ibunya yang nelepon.
Mata Eriana menyipit sedikit.
Ini bukan yang tadi dia nelepon aku pas lagi ada Tante kan ya?
Tapi, Eriana menyingkirkan pemikiran itu dan langsung mengangkat panggilan tersebut. Tak ingin Mega menunggu lebih lama lagi.
"Halo, Tante ...."
Eriana dengan segera menyapa sesaat panggilan itu ia angkat. Di telinganya, ia bisa mendengar helaan napas Mega di seberang sana. Seperti merasa lega karena mendengar suara Eriana.
"Eri ..., Mama nganggu?"
Mata Eriana mengerjap. Sebanyak dua kali. Kepalanya meneleng ke satu sisi. Dahinya tampak berkerut. Seperti merasa ada yang berbeda di sana.
"Ehm ... nggak."
Karena ragu, pada akhirnya Eriana memilih memberikan jawaban yang aman. Lagipula ia pikir telinganya sedikit berdenging gara-gara tukasan Satria tadi.
"Begini," kata Mega kemudian. "Sesuai dengan rencana kemaren malam, hari ini kalian akan dijemput. Mungkin sebentar lagi jemputan kalian akan datang. Jadi, kalian siap-siap ya?"
Eriana ingat hal itu. Memang begitulah hasil perbincangan kedua keluarga mereka. Pernikahan mereka nantinya akan dilangsungkan di kediaman Satria. Memang lebih lumrah dilakukan di rumah mempelai wanita, tapi kala itu mengingat waktu yang sangat mendesak, maka mereka memutuskan hal tersebut. Lagipula akan lebih mudah bagi keluarga Satria mempersiapkan semua keperluan di sana ketimbang di rumah Eriana.
Tapi, ketika Mega mengingatkan hal itu pada dirinya, entah mengapa Eriana merasakan dunia seperti sedikit berputar-putar.
Aduh!
Tangan Eriana langsung mendekap dada kirinya sendiri. Merasakan gemuruh di sana. Membuat ia sesak napas.
"Itu ...."
"Karena Mama tau mungkin kamu nggak nyaman kalau ketemu sama Satria sebelum pernikahan kalian," lanjut Mega kemudian. "Nanti kalian nggak tinggal di sini kok. Tenang aja."
Sebelumnya hal itu tidak terpikirkan oleh Eriana, tapi ketika Mega mengatakannya, barulah ia menyadarinya. Ia pasti akan gemetaran atas bawah kalau sampai bertemu dengan Satria sebelum pernikahan mereka. Lagi-lagi Eriana menghela napas lega karena kebijaksanaan Mega. Seolah sudah bisa mengira kesulitan yang akan dihadapi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekantor Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Sekantor Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Ketiga dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********************************* "BLURB" Di mata Eriana Dyah Pital...