[2.] My universe.

841 99 0
                                    

"AGHHHH!!"

"HENTIKAN, BAJINGAN. KAU MENYAKITI KAKAKKU!" Depresiku mulai kambuh saat aku melihat ayah membawa penggaris rotan yang dulu sering ia pukulkan ke tubuh kami berdua.

"Si sialan ini, berhenti berlagak gila!! Aku sama sekali tak akan merasa simpati padamu, bahkan walau kakak sialanmu sudah itu mati!!" Ayah melemparkan penggarisnya asal, meninggalkan aku yang sudah merasa sesak di ujung tangga.

Tangisku berderai, setelah Hyunsuk hyung pergi, aku lebih sering menangis karna depresiku juga. Rasanya lebih lega setelah mengeluarkan air mata.

Awalnya aku sangat benci menangis, maka dari itu aku benci diriku sekarang. Aku tak bisa menepati janji untuk tetap mencintai diri sendiri seperti yang Hyunsuk hyung katakan.

"Hyunsukie hyung.. rasanya.. sesakhh.." Aku meremat dadaku kesakitan. Tak dapat aku temukan satupun obat dalam saku celanaku. Panik dapat kurasakan beberapa detik, karna beberapa detik kedepan, tubuhku sudah tak sadarkan diri karna rasa sesak kian mendominasi.
.
.

Miris sekali, aku masih ada di ujung tangga seperti posisi awal. Mereka sama sekali tidak peduli padaku yang tergeletak tak sadarkan diri disini.

Kematian Hyunsuk hyung sama sekali tidak menyadarkan hati nurani mereka yang sudah gelap dan membatu. Aku berusaha bangkit, tiba-tiba mataku kembali panas, aku ingin menangis.

Langkah-langkah yang terasa berat terus ku tempuh, tak ada lagi tempat yang bisa menampungku kecuali--pemakaman umum dimana nisan bertuliskan Choi Hyunsuk berada--dia mengikuti marga ibu kandungnya.

Keadaan sudah sangat mendung, aku tak peduli. Bahkan pak security tak memperdulikan keadaanku yang kacau, mungkin ia mencoba mengerti situasi yang memang tidak baik-baik saja.

Hampir setiap hari aku datang kesini, dan pak security itu senantiasa memandangku sendu kala aku datang dengan bunga lily.

Kali ini aku datang tanpa alas kaki, peluh keringat, baju tidur yang berantakan, dan tanpa membawa apa-apa.

"Nak, kau tidak apa-apa?" Tanya bapak penjaga itu, dia terakhir kali menanyaiku.

"Ya pak.. Aku baik-baik saja. Kumohon, izinkan aku untuk masuk sebentar saja, aku tak punya siapapun lagi selain dia yang ada di sana." Ujarku sambil menunjuk nisan kakakku.

"Tentu, tapi kemarilah ketika hujan datang. Bapak akan mengajakmu berteduh disini sembari meminum secangkir teh, bapak bisa mendengarkan ceritamu. Bapak hampir mati penasaran, sosok yang kau rindukan itu sebenarnya siapa?"

Aku tersenyum simpul, "Dia Hyunsuk hyung, semestaku."

















.
.
To be continud, bye!

Aaaaa pengen bikin cerita panjang tapi lebih demen cerpen, ini juga berusaha di bagi banyak part lagi. Jadi jangan heran kalau "ini part nya panjang, kok yang ini dikit?" Karna di catatan aku itu ini cuma  satu bagian.

Disini aku berusaha di perbanyak part nya sama kaya cerita Jeongwoo di book sebelah, karna awalnya itu cuma 2 part doang. (Awal jeongwoo) dan (setelah jeongwoo)

By the way guys, take care yaa, lov u ♡♡

Hyung - Hoonsuk [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang