(Not Jihoon's pov anymore)
Tuk tuk tuk!
Entah kesekian kalinya pria paruh baya itu mengetuk pintu kamar anaknya. Ia menilik jam tangannya, sudah menunjukan pukul 2 siang, tapi belum ada tanda tanda bahwa anaknya itu ada di kamar.
Ia bukan khawatir, ia hanya khawatir pada nilai absen anaknya. Tak ada kabar, itu mengurangi banyak nilai tentunya.
Namun tetap saja, insting seorang ayah kuat. Bagaimanapun sekarang ia merasa hatinya tidak enak.
"Park Jihoon buka pintunya!!" Teriaknya, masih dengan tangan yang mengetuk pintu, bahkan lebih keras.
Tak kunjung dibuka, akhirnya ia menuruni tangga dan mengambil kunci cadangan di laci. Jangan berharap akan mendobrak pintu seperti di film film, kalau punya kunci cadangan, kenapa tidak dipakai? Mana mungkin kan orang kaya yang mengunci pintunya tidak punya kunci cadangannya.
Ceklek..
Gelap, kumuh, dan.. bau.
Keadaan disini gelap, tapi karna ini tengah hari, cahaya masuk lebih terang lewat ventilasi. Jendela kamar tidak dibuka, udara pun menjadi terhambat dan menimbulkan banyak debu, kamar ini terlihat kumuh sekarang.
Dan soal bau yang dimaksud.. pria ini tidak yakin. Bahkan ia tak mau yakin.
Ayah dari Jihoon itu mencari sakelar lampu. Setelah mendapatinya, ia langsung menekan dan terlihat lah keadaan di kamar ini.
Ya Tuhan, ingin sekali rasanya dia menghilang dari bumi. Ia tak mau melihat ini dengan mata kepalanya sendiri. Saking tak percaya nya, ia sempat memukuli pipinya bahkan kepalanya berkali kali, berharap bahwa ini mimpi.
"A-anakku.. Jihoon-ah.."
Jihoon ditemukan dengan keadaan mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi luka gores dan memar yang warnanya ungu, bukan biru lagi. Jangan lupakan kakinya yang masih terkilir.
Sekelilingnya sudah dipenuhi darah yang tercium amis, menusuk sampai ke hidung. Perutnya.. di dalam perut anak Park itu, masih tertanam pisau.
Jihoon, menyerah.
Dia sudah tidak sanggup lagi. Dia tidak akan merasakan rasa sakit lagi, semuanya sudah berakhir. Dan dia juga.. akan bertemu dengan semestanya lagi.
Sang Ayah berteriak frustasi, memeluk mayat Jihoon dengan rasa penyesalan yang amat sangat. Dirinya meraung raung saat melihat air muka anaknya yang tampak tenang, sudah tak memiliki beban lagi.
Ibu Jihoon yang tengah berjalan ke kamarnya di lantai atas, mendengar tangisan suaminya itu mendekat.
Ia bahkan tak sanggup hanya untuk berdiri. Lututnya lemas, pikirannya kacau, dan hari ini, benar benar hari dimana mereka berdua di hantui rasa penyesalan yang hebat.
.
.
To be continud..Gimana guys? Btw vomment dong
Ini aku nulisnya kemarin malem, tadi pagi aku ngecek lagi, dan ternyata bener.
MAKASIE LHOOOO, kirain bakalan cm sampe 400 600 an. Makasih makasihh
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung - Hoonsuk [✔]
Short Story"tentang duniaku, dan semestaku." -Jihoon park [BEBERAPA PART ERROR, HARAP DIBACA ULANG JUDULNYA SEBELEUM MEMBACA.]