[Tff end]
"Astaga, Park Jihoon!" Junkyu berteriak panik, ia kalang kabut mencari cara. Aku yang berada di depannya kini tengah kesulitan bernafas, akhirnya ia membuka seluruh ventilasi agar udara masuk kedalam cafe.
"A-aku tidak apa." Air mata terus mengalir dari mataku tanpa sebab, aku menatap kesana kemari dengan pupil yang bergetar, hatiku bertanya tanya, sebenarnya apa yang terjadi denganku hah?!
Junkyu mengambil nampan dan mulai mengipasi tubuhku yang berkeringat dingin. Raut wajahnya benar benar panik, begitupun diriku yang masih belum tau apa yang tengah terjadi dengan tubuhku sendiri. Semakin lama bukannya semakin baik, aku merasakan kepalaku berat.
Aku menahan diri agar tidak jatuh, dan berpegangan erat ke kursi. Junkyu masih mengipasi-ku dan sesekali mengusap punggungku. Aku menghitung dalam hati agar pikiranku teralihkan, dan aku dapat tetap menjaga kesadaran,
"Satu.."
"D..dua.."
"Tiga.."
"Em--"
"Ya! Ya! Ya! Bangun!" Junkyu menahan tubuhku yang hampir menyentuh lantai. Entahlah, aku tidak tau kejadian selanjutnya. Mataku sudah sepenuhnya tertutup.
.
."Sudah bangun?" Junkyu mengompres dahiku, ini masih di cafe, dan aku ditidurkan di atas sofa pojok ruangan. Mulutku sedikit sulit untuk berbicara, hingga beberapa menit ke depan aku hanya diam. "Mau kuantar pulang atau menginap di rumahku?" Tawar Junkyu.
Aku menatap senja, sudah mau malam rupanya. "Ngnh.. Aku pulang saja.. maaf merepotkan, aku akan transfer uang padamu besok pagi." Aku bangkit, dan segera memakai kembali jaketku.
Tapi sebelum aku beranjak, tangan Junkyu menahan pergerakanku, ia menyuruhku duduk sejenak. "Aku ingin mengatakan sesuatu, duduklah sebentar." Junkyu menarik nafas, tampaknya ia sudah pasrah tentang apa yang akan dikatakannya setelah ini,
"Apa kau lelah? Sangat lelah?" Aku tertegun sejenak, Junkyu tidak pernah berbicara padaku seperti ini. Ia tidak berani mengangkat topik sensitif yang aku hindari, tapi hari ini aku terbuka padanya mengenai kematian kakakku.
"Aku lelah, tentu saja."
Junkyu menghembuskan nafas kasar, ia menunduk sejenak, lalu mengangkat kepalanya kembali, "Hebat, Park Jihoon hebat, masih bisa bertahan sampai saat ini. Kau tau? Teman-temanku memilih bunuh diri karna hidupnya, padahal mereka tidak memiliki kisah se-tragis dirimu. Bukannya aku membanding-bandingkan.."
"Tapi mereka terlalu lemah untuk menghadapi cobaan dunia ini." Baik, aku kembali tercenung. Kim Junkyu yang suka bercanda ternyata bisa se-serius ini. "Apa kau masih ingin hidup, Jihoon-ah?"
Aku tetap diam tak bersuara, tak mau menjawab pertanyaannya.
"Sepertinya aku tidak boleh mengekangmu, kau sudah begitu lelah, kau bisa pergi.." punggungnya gemetar, Junkyu tidak di depanku, "Sekarang aku bukanlah alasanmu untuk hidup lagi, karna aku telah mengikhlaskanmu. Jangan khawatir, aku baik-baik saja."
"Kau tidak baik.." gumamku dengan jelas, yang mendapat gelengan dari Junkyu.
"Tidak apa, Ji. Kau tidak perlu memikirkan diriku, coba kamu pikirkan kembali keinginanmu. Meski.. ini bukan waktunya, atau mungkin bisa saja kau sukses saat dewasa nanti, itu terserah padamu."
"Intinya, aku sudah tidak mengekang-mu, aku sudah ikhlas dengan semua keputusan yang kau ambil. Mau melanjutkan hidup dengan kesengsaraan, atau mati sekarang lalu bertemu Hyunsuk. Semua itu hanya dirimu yang bisa memainkan perannya."
"Ingat, kau adalah tokoh utama dalam hidupmu sendiri." Lanjut Junkyu, lalu setelahnya ia berhenti bicara.
.
.
To be continud..Lebih panjang dari biasanya ya? Ini tidak ada ya mau komen apa ㅠㅠ
Sedikit lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung - Hoonsuk [✔]
Short Story"tentang duniaku, dan semestaku." -Jihoon park [BEBERAPA PART ERROR, HARAP DIBACA ULANG JUDULNYA SEBELEUM MEMBACA.]