Pemakaman sudah selesai. Kini para insan itu mulai meninggalkan area pemakaman satu persatu. Hanya ada beberapa kerabat dan teman dekat dari mendiang, termasuk Junkyu yang sudah pulang duluan karma ibunya menelepon.
Kini, hanya tinggal pria paruh baya, memegang dua bunga di tangannya, sambil menangis ia mengusap dua nisan di depannya,
"Anak-anak ayah yang hebat.. maafkan ayah ya..? Ayah tau ayah salah, ayah terlambat tau bahwa kalian adalah harta titipan yang sesungguhnya. Tapi sayang, ayah kalian ini malah memperlakukan kalian dengan keji hingga harus berakhir seperti ini,"
"Pangeran pangeran ayah yang kuat,"
"Kini sudah tidak mampu mendirikan kerajaannya lagi."
Hari mulai sore, gelapnya langit menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Pulangnya salah satu jiwa membuat alam ikut bersedih, menumpahkan segala beban itu ke bumi. Dilanjut dengan harum petrikor yang tercium jelas, serta rintik hujan yang mengguyur diatas rasa penyesalan.
.
.Ayah dari mendiang dua anak itu sudah pulang ke rumah dengan keadaan basah kuyup. Matanya sayu bahkan bibirnya pucat pasi. Sang istri yang melihat suaminya segera menghampiri dengan handuk di tangannya. Mereka saling menguatkan satu sama lain, karna disini, di rumah ini, mereka sama sama kehilangan.
Jujur, sebenarnya mereka tidak membenci buah hati mereka. Semua ini hanya pelampiasan emosi dari dua orang dewasa yang tidak mengerti perasaan anak mereka yang tersakiti.
Beban beban yang orang tua itu dapat tidak dapat di terima dengan mudahnya, sehingga tangannya dan lisannya dengan mudah menghancurkan mental orang orang terdekat.
Dengan langkah berat, sang ayah mulai menaiki tangga dengan handuk di punggungnya. Ia berencana masuk ke kamar anaknya, ia sempat melihat sebuah sticky notes di kasur sebelum ia membawa anaknya le rumah sakit.
Didepannya kini ada kamera. Dengan tangan yang gemetar ia mengambil benda itu, dan mulai menyalakannya. Baru membuka file, disana sudah terpampang video dengan wajah Jihoon yang dipenuhi luka sebagai pembuka utama. Tangannya tergerak untuk menekan file itu.
"Halo, ayah, ibu."
"Aku park Jihoon, anak kalian yang.. entah memamg benar atau tidak. Selama ini, aku belum pernah merasakan posisi sebagai 'anak' yang semestinya. Dulu aku selalu berangan angan kalian memanjakanku dan menyayangiku,"
"Namun, semakin dewasa aku semakin sadar, apa yang aku inginkan tidak akan pernah terjadi. Dan justru keinginan keinginan itulah yang membunuhku."
"Ayah, jangan mencela Hyunsuk hyung lagi. Aku tidak suka dan tidak akan pernah suka. Dia orang yang selalu ada untukku disaat kalian berdua membenciku habis habisan. Kalian bisa marahin aku, menyiksa diriku, sudah ku katakan berkali kali, tapi kumohon jangan kakakku."
"Kalian boleh menghancurkan mimpiku, masa mudaku, duniaku, tapi jangan semestaku."
"Haha.. Aku sudah tidak kuat. Ayah semakin kuat ketika menyiksaku. Rasanya juga lebih sakit dari biasanya, namun aku semakin lemah. Untuk itu aku memilih untuk menyerah."
"Terimakasih, salam pamit dariku, Jihoon."
Nyatanya memamg benar, penyesalan selalu ada diakhir.
.
.
To be continud1 lagii. Btw gimana pendapat tntng part ini? Bahasanya lebih baku dari yang sebelum sebelumnya ya?? Lucu bacanya, berasa author beneran.
Vote ya teumm, teu-baa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung - Hoonsuk [✔]
Conto"tentang duniaku, dan semestaku." -Jihoon park [BEBERAPA PART ERROR, HARAP DIBACA ULANG JUDULNYA SEBELEUM MEMBACA.]