[1.] Lily and 2 years ago

1.4K 110 3
                                    


Aku berjalan melewati banyak batu nisan, dan bunga lily di tanganku. Sudah 2 tahun semenjak dia meninggal, tapi aku tetap rajin mengunjunginya.

Tak ada alasan aku tak mengunjunginya, banyak sekali sebab aku sering mendatangi tempat ini, bahkan security sudah tau tentang diriku.

Aku berjongkok saat sudah menemukan nisan yang menurutku paling bersih diantara yang lain. Tentu saja aku yang membersihkannya, siapa lagi yang peduli selain aku? Kami tidak punya teman seorangpun, kami hanya punya satu sama lain

"Hyung.." Aku menyimpan bucket bunga itu di atasnya,

"Aku bawakan bunga, kau senang?" Terukir senyuman di bibirku, aku mengeluarkan sebuah kertas dari tas yang aku bawa di punggungku, lalu menunjukan kertas dengan coretan A itu ke depan muka makam.

"Aku mendapat nilai A, bagus kan? Hehehe" aku hanya dapat membuat ilusi bahwa Hyunsuk hyung tengah tersenyum sambil mengangguk dan tangannya menepuk kepalaku sayang. Ya, sayang sekali ini hanya ilusi-ku.

"Hyung.. Aku masih merasa bersalah atas kematianmu, kau mau memaafkan ku, bukan?"

[tff : time for flashback, before hyunsuk's dead]

"PARK HYUNSUK!!" Teriak ayah marah sekali, tangannya sudah memegang penggaris rotan. Aku bertanya tanya apa yang sudah hyung-ku lakukan hingga ia dapat hukuman hari ini. "Apa yang kau lakukan? KENAPA DAPAT NILAI B?!"

Aku menghela nafas, si tua bajingan itu tak habis pikir sekali, Hyunsuk hyung itu sudah pendapat nilai bagus sebenarnya. Tentu saja, dia sudah kuliah dan pelajaran akan semakin sulit. Sedangkan aku masih kelas 12.

"A-ku sudah mencoba yang terbaik.." cicit Hyunsuk hyung takut-takut.

Plak!

Ayah memukulkan rotan itu dengan kencang pada punggung hyung-ku. Aku terperanjat, sudah emosi karna perlakuan tak mengenakkan itu. Lantas aku berdiri dari sofa dan menghampiri dua sejoli itu,

"APA YANG AYAH LAKUKAN?"

Tak apa sedikit membangkang, karna selama ini aku kebanyakan diam ketika kakakku di siksa seperti ini. Tapi ketika giliranku yang di pukuli, selalu ada sosok Hyunsuk yang menemaniku untuk dipukuli bersama hingga sembuh bersama. Alangkah baiknya titisan malaikat satu itu.

"Jangan ikut campur, Jihoon!!"

"Kembali ke kamarmu, ini hukumanku, kau tidak berhak ikut campur." Hyunsuk hyung menimpali ucapanku. Ia memegangi kepalanya yang mungkin terasa nyeri baginya.

Aku merotasikan bola mata, tidak mengaca sekali, padahal dia selalu ikut campur urusanku.

"Aku tidak peduli, ayah sudah keterlaluan. Nilai B itu bagus, apa yang salah? Hyung juga sudah berusaha, kenapa tidak melawan? Hyung tidak salah, aku juga tidak salah. Kesalahannya adalah, aku dan hyung terlahir sebagai anak ayah."

PLAK!

"PARK JIHOON, KETERLALUAN KAU SIALAN!" sentak ayah begitu kencang setelah menampar pipiku dengan tangan kosongnya. Pipiku begitu mati rasa setelah tangan itu mendarat.

Tak ada air mata, tak ada rasa sakit, yang ada hanya rasa kecewa. Tentu saja, siapa yang masih bisa menahan rasa kepercayaan kepada manusia itu? Mungkin hanya si brengsek Hyunsuk hyung.

"JIHOON, AYAH, HENTIKAN!" Hyunsuk hyung ikut berteriak, ia mendorong tubuhku dengan sedikit kencang.

"Ayah, ayo kembali hukum aku, jangan pukul Jihoon, dia tidak ada hubungannya dengan ini." Hyunsuk hyung mulai berlutut dengan memelas di bawah ayahku. Aku mendecih melihatnya.

"JANGAN BEGITU!" Aku menarik tangan hyung-ku dan membawanya ke kamar. Kutinggalkan ayah yang sudah tersulut emosi parah.

[tff end.]




















.
.
To be continud, bye!

Guys, how about i publish all my stories in here?
Btw don't forget to vote, hihihi

Hyung - Hoonsuk [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang