Barangkali menyembunyikan semuanya sendirian memang sangat sulit. Akan tetapi, apa yang bisa diperbuat olehnya. Semua yang dilakukan olehnya adalah semata-mata untuk Haruto, melihat kembarannya bisa tersenyum bahagia atas kepulangannya saja. Sudah membuat Jeongwoo merasakan kebahagiaan yang serupa.
Jeongwoo hanya takut jika terus berjuang bertahan hidup, kemudian yang ada justru sebatas mimpi saja. Tidak ada yang benar-benar bisa diwujudkan. Karena kematian yang lebih dulu menghampiri ke arahnya.
"Dek, obatnya di minum. Ibu sama ayah pergi dulu. Ingat jangan kecapekan, jangan pergi jauh-jauh mainnya di rumah aja," kata Rose mengelus wajah Jeongwoo dengan lembut. "Ibu harap, Jeongwoo masih bisa tersenyum di hadapan ibu sampai kehidupan selanjutnya."
Harapan Rose saja sudah seperti itu, Jeongwoo yang mendengarnya tidak bisa berkata-kata apapun. Dia tidak yakin atas hidupnya sendiri, bertahan sampai esok hari saja dia masih ragu. Apalagi bertahan dikehidupan selanjutnya, kemungkinan itu mustahil sekali.
Saat kepergian kedua orangtuanya dari rumah, entah akan pergi kemana. Jeongwoo segera belari ke arah kamar Haruto, kembarannya itu belum juga bangun dari tidurnya.
"Haruto! Bangun udah pagi," panggil Jeongwoo dengan suara lantangnya, sembari membuka gorden kamarnya juga.
Haruto menatapnya sambil mengedipkan kedua matanya. Ternyata tidak ada yang berubah dari Jeongwoo, dia masih sama saja. Dan benar-benar menjadi dirinya yang sangat di sukai oleh Haruto.
Setelah banyak kehilangan kehadiran Jeongwoo beberapa tahun yang lalu, akhirnya sekarang Haruto dapat merasakannya kembali. Dengan perkiraan waktu yang bisa dipercayai olehnya akan sangat lama. Karena Jeongwoo pasti bisa bertahan hidup, dia sudah sembuh. Jadi apa salahnya berharap bisa menjalani kehidupan tanpa batasan.
"Berasa baru aja tidur, tau-tau udah pagi aja," kata Haruto suaranya yang serak membuat Jeongwoo terkagum-kagum mendengarnya.
"Memang udah lama kita enggak bersama, sampai-sampai aku pun baru kali ini mendengar suaramu yang terdengar seperti orang dewasa," Jeongwoo mengatakannya sambil terkagum-kagum. "Kau benar-benar sudah besar sekarang."
Lantas Haruto tertawa lepas akan penuturan dari Jeongwoo barusan. Anak itu lucu sekali, lagian suaranya memang sudah seperti ini. Haruto pada dasarnya lebih dulu tumbuh besar ketimbang Jeongwoo. Ya mungkin karena ini perbedaan di antara keduanya.
"Cuma masalah suara aja kau bahas, Jongu. Habis ini kita main ke rumah kak Asahi mau?"
"Ya maulah, mungkin udah lama banget ya enggak main ke sana. Kak Asahi pasti kaget karena aku udah pulang, bahkan enggak kasih tau ke dia sama sekali," jawab Jeongwoo yang justru melupakan pesan Rose pagi tadi.
Dia hanya ingin bersenang-senang, bukan saatnya menuruti kemauan Rose. Lagian seseorang yang hidup dalam batasannya sendiri, akan lebih menyayangkan kehidupannya jika hanya dinikmati sesaat.
Tuhan pasti punya alasan kenapa Jeongwoo harus dilahirkan dengan keadaan seperti ini. Dia ditakdirkan untuk menjadi yang terkuat, dalam keadaan apapun Jeongwoo pasti bisa melaluinya.
Kini Jeongwoo melangkah dengan perlahan, tanpa sebuah harapan. Karena baginya harapan itu akan jadi sia-sia untuknya yang tidak sebegitu mudah bertahan. Dia mungkin kuat, tapi dia juga tidak sepuasnya mampu. Awalnya kuat namun di akhirnya sudah tak akan tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Flower[✓]
FanfictionSebuah bunga yang menjadi sumber kekuatan untuk Park Jeongwoo yang tak punya banyak kekuatan dalam hidupnya. Yang hampir menyerah, lantas mencoba untuk terus-terusan kuat demi kebahagiaan. Bunga yang indah, benar-benar membantu Jeongwoo. Setidaknya...