11▪ please help me God

181 30 2
                                    

Saat matanya mulai menutup, serta kegelapan telah mengambil alih. Yang paling Jeongwoo takutkan adalah ketika dia dapat terbangun lagi. Dan setelah bisa membuka matanya, yang dia saksikan sebuah tangisan karena terdapat tubuhnya yang tak lagi bernyawa.

Itu sebuah kenyataan yang memungkinkan akan benar-benar terjadi. Cepat atupun lambat, Jeongwoo pasti akan menemukan sebuah akhir dari kehidupan.

Meskipun dia pun tidak berkeinginan untuk mati, yang namanya kehidupan selalu punya akhirnya tersendiri. Jeongwoo tidak bisa melakukan apapun, selain menerimanya dengan segala kepasrahan. Dia hanya punya batasan, jadi apa boleh buat.

Sebelum semuanya berakhir, Jeongwoo ingin menikmati banyak hal tentang kebahagiaan di dunia. Tidak apa-apa jika dunia tidak memiliki banyak kebahagiaan. Setidaknya, Jeongwoo sempat merasakan sebagian nya saja. Tidak masalah, yang terpenting Jeongwoo mengetahui rasanya bersenang-senang pada sisa kehidupannya itu.

"Jeongwoo, kau enggak ada list baru nih? Tumben sih kita enggak jalan-jalan kayak dulu lagi," kata Jaehyuk yang merasa bosan untuk terus berbaring di atas ranjang milik Jeongwoo.

Anak itu hanya bisa menatapnya dengan memikirkan sesuatu. Ya apa boleh buat, Jeongwoo tidak punya list yang harus di lakukannya hari ini. Semuanya sudah mereka lakukan, sehingga Jeongwoo tidak bisa membuatnya terlalu terburu-buru.

Sebenarnya juga Jeongwoo hampir menyerah pada hidup. Dia tidak bisa terus bertahan, karena bertahan itu menyakitkan untuknya. Lihat saja dengan keadaannya, Jeongwoo tidak benar-benar baik sekarang. Dia terus menyembunyikan rasa sakitnya, sehingga tidak memikirkan tentang kebahagiaannya pula.

"Kita harus bahagia kan? Itu permintaanmu. Anggap aja sebagai list dari apa yang ingin kau lakukan selanjutnya," kata Haruto membantu Jeongwoo untuk menambahkan list kebahagiaannya.

"Bahagia bisa tercipta oleh banyak hal. Jangan khawatir enggak bisa bahagia," sambung Asahi yang langsung mendapatkan tepukan bangga dari Jaehyuk. Di saat seperti ini, Asahi memang sangat bisa di andalkan juga.

Semua orang akan segera membaik setelah beristirahat. Tapi tidak menjamin sudah benar-benar sembuh atas luka pesakitannya. Namanya juga luka, sembuhnya tidak pasti kapan. Apalagi Jeongwoo bukan hanya terluka, melainkan kesakitan juga.

Melihat orang-orang didekatnya berkeinginan membahagiakannya. Jeongwoo jadi merasa paling buruk. Sebab, sudah membohongi mereka sampai sejauh ini.

"Apa jika aku sakit lagi kalian akan marah?" tanya Jeongwoo tiba-tiba, sebenarnya dia tidak berniat mengatakan kalimat semacam itu. Tapi entahlah Jeongwoo justru mengatakannya.

Yang pada akhirnya pun, membuat keadaan jadi hening. Tidak ada suara, bahkan semuanya mendadak bungkam. Jaehyuk mematikan suara musiknya, dan Asahi yang menatap Jeongwoo dengan berkaca-kaca. Sudah dipastikan, perkataan Jeongwoo benar-benar membuat permasalahan.

Ternyata dengan segala hal yang menyakitkan, perlahan membuat pertahanan tak bisa dipertahankan.

"Apa aku salah bicara?" Jeongwoo membuka suara, memastikan jika yang dikatakannya tidak sepenuhnya kesalahan. " Kalaupun aku salah, aku minta maaf."

"Hei, kau sudah sembuh Jeongwoo. Jangan membicarakan tentang penyakitmu waktu itu. Ini bukan pembahasan yang seperlunya kau katakan bukan? Kau sudah sembuh. Makanya kau perlu bahagia," sahut Jaehyuk menarik pergelangan tangan Jeongwoo dan mengajaknya kembali bersepeda.

Rasanya Jeongwoo benar-benar harus berbahagia lebih banyak lagi. Tidak peduli jika sebenarnya dia belum pernah sembuh. Yang terpenting sekarang, adalah bagaimana caranya dia bertahan. Dan bisa berbahagia bersama orang-orang terdekatnya. Yang senantiasa meminta Jeongwoo baik-baik saja.

Power Flower[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang