16. not allowed to pass without memories ha

183 31 4
                                    

Kalau saja semua yang diharapkan dapat berjalan dengan sempurna sesuai akan rencana. Mungkin tidak ada yang dinamakan menyakitkan.

Karena adanya rasa sakit, dan kekecewaan. Seseorang akan lebih sering mengumpati kehidupannya. Jeongwoo memang pernah seperti itu, berkali-kali mengumpat pada kehidupannya yang senantiasa memberikan rasa sakit tak terkesudahi. Beruntungnya, dia setelahnya baik-baik saja. Karena waktu dapat membantu menyembuhkan.

Saat ini, Jeongwoo ada di ruangan rawat miliknya. Tempat di mana dia akan kembali ke sana saat tidak bisa dinyatakan baik-baik saja. Harapan Jeongwoo bisa sangat sedikit sekali, waktunya juga tidak terlalu banyak. Pada akhirnya pula, dia pasti akan mati.

Segala alat-alat medis bahkan dipasangkan pada tubuhnya, terutama yang berhubungan dengan pernapasan. Haruto yang melihatnya secara langsung, ingin sekali membantu Jeongwoo tidak kenapa-kenapa. Jeongwoo pasti menderita, dia sudah semestinya berkeinginan menyudahi. Tapi, apa boleh buat. Tuhan masih menyediakan ruang untuk membuatnya bertahan.

"Jeongwoo kuat kan? Jangan terlalu khawatir," ucap Rose menenangkan Haruto yang masih menangis sesenggukan.

Dari luar ruangan, Eunhyuk masih bisa mendengarkan perkataan Rose. Dia tidak kuat jika harus menyampaikan beberapa hal yang akan terjadi. Secepatnya, mereka harus siap untuk melepaskan.

"Jeongwoo bakalan sembuh, Bu?" tanya Haruto yang membuat Rose terkejut mendengarnya.

Kalimat yang Haruto katakan benar-benar seperti menjelaskan keadaan yang ingin diberitahukannya pada Haruto. Apakah anaknya itu mengetahui sesuatu? Apakah harus secepat itu pula. Rasanya sangat menyakitkan untuknya jika mendengarkan Haruto mengerti keadaan dengan cepat.

"Haruto."

"Aku tau, Bu. Enggak ada yang bisa dipertahankan. Jeongwoo pernah menceritakan semuanya yang pernah terjadi. Sebenarnya dia juga sudah pergi kan? Jeongwoo mengatakannya padaku, saat sedang di rawat di luar negri. Sampai-sampai harus meninggalkanku. Jeongwoo hanya diberikan kesempatan oleh Tuhan, karena bagaimanapun juga Jeongwoo belum memenuhi keinginannya di dunia ini," lirih Haruto tangisannya kian menjadi-jadi. Karena mungkin ini saatnya melepaskan.

Rose benar-benar gagal mempertahankan, sudah banyak yang dilakukannya. Namun, Tuhan lebih mengetahui apa sudah seharusnya dilakukan. Jeongwoo tidak seperlunya bertahan, apalagi jika itu menyakitkan untuknya. Eunhyuk yang kuat saja, bisa menangis karena mendengar pernyataan dari Haruto.

Bukankah semua orang pun akan merasakan hal yang sama saat mereka kehilangan. Mungkin untuk saat ini, Jeongwoo masih bisa bernapas. Akan tetapi dia tidak menatap ke arah mereka, matanya tertutup rapat. Bibir pucatnya tidak lagi mengukir sebuah kurva yang elok.

"Aku enggak akan menahan Jeongwoo lagi. Aku tau pasti menyakitkan untuknya. Aku hanya ingin menjadi kakak yang baik untuk Jeongwoo, maka dari itu sebisa mungkin aku harus mengantarkannya pergi dengan senyuman."

Lagi dan lagi, Haruto benar-benar mengatakan kalimat penutup pesakitan. Dia sebenarnya tidak ingin kehilangan, betapa besar harapannya yang ditaruhkan pada Tuhan. Semuanya bukan sia-sia, semuanya sudah sesuai dengan rencana. Setidaknya berkat bunga-bunga yang bermekaran di taman waktu itu, di kirimkan oleh Tuhan untuk membawakan kekuatan baru pada Jeongwoo.

Kembarannya itu bertahan dengan sangat baik. Dia tidak perlu mempertahankan apapun, karena sudah saatnya menyudahi.

"Jeongwoo, kau akan tetap hidup di sini selamanya," tutur Haruto meraih tangan Jeongwoo dan diletakan pada dadanya. "Kau yang meyakinkan padaku, jangan kesakitan ya. Aku juga akan menjagamu dengan baik.

Yang senantiasa Jeongwoo rasakan itu, seperti sedang hidup tapi rasanya justru tak berkeinginan hidup. Ketika gagal pada sebuah pertahanan, dan bertemu lagi dengan kegagalan berikutnya. Sudah pasti, di titik itu tak ada yang bisa dipertahankan. Ternyata ini berat sekali untuknya, bohong jika ada yang mengatakan itu mudah.

Power Flower[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang