10▪ precious memories someday

165 31 8
                                    

Jeongwoo merasa terganggu akan tatapan Haruto yang seakan-akan sedang mencurigainya saat ini. Setelah sembuh dari demamnya, Jeongwoo langsung saja pergi ke sungai Han. Sebenarnya juga dia tidak mengajak Haruto, anak itu saja yang mengikutinya sampai di sini. Jeongwoo sampai terkejut melihatnya, saat bertanya alasan Haruto mengikutinya sampai ke sungai Han dia bahkan tidak menjawabnya.

Itu sebabnya kenapa yang ada hanya keheningan di antara keduanya. Alih-alih untuk bersuara saja Jeongwoo takut.

Namun, setelah dua jam berlalu. Haruto akhirnya buka suara.  Dia mengatakan beberapa kalimat yang membuat Jeongwoo tidak bisa memberikan jawaban. Semua yang Haruto katakan padanya lebih tertuju pada pertanyaan yang seharusnya tidak punya jawabannya sekarang.

"Aku sering ngeliat kau kesakitan, kau bilang udah sembuh. Tapi kenapa kau terus kesakitan. Kau juga sering banget demam, Jeongwoo kau berbohong?" Haruto mengatakannya dengan intonasi rendah sekali. Tapi terkesan dingin.

Jeongwoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, ya apa yang harus di jawab. Untuk mengatakan kebenarannya saja Jeongwoo belum siap. Ini bukan waktu yang tepat, Jeongwoo masih berkeinginan berbahagia tanpa diketahui sedang kesakitan. Bahkan belum pernah sembuh.

Karena tidak punya jawaban untuk diberikannya. Jeongwoo justru mengubah topik pembicaraan di antara keduanya. Membahas tentang mie ramen yang harus mereka makan bersama-sama di musim semi. Jeongwoo punya banyak sekali list harapannya, dan itu harus diwujudkan sesuai dengan apa yang di dambaikannya.

Haruto yang mendengar berbagai kalimat dari Jeongwoo tersenyum tipis. Anak itu benar-benar mengatakan hal-hal yang selalu bertentangan dengan list harapannya. Padahalkan bukan itu yang ingin Haruto dengar sekarang.

Tapi, demi Jeongwoo. Jika sudah tentang harapannya Haruto tidak mungkin mengabaikannya begitu saja. Jeongwoo pasti sangat menginginkannya sampai-sampai terus membahasnya setiap saat.

"Setelah makan ramen kau mau apa?" tanya Haruto sambil menyiblak poni yang menutup mata Jeongwoo. "Aku akan melakukan semuanya untukmu."

"Setelah itu, ayo berbahagia tanpa batasan. Seolah-olah enggak ada akhirnya."

Itu memang sebuah harapan yang ingin sekali kebanyakan orang mengwujudkannya. Meskipun kehidupan bukan tertuju pada kebahagiaannya saja, mereka akan mengusahakan mendapatkan berbagai kebahagiaan demi bisa bertahan.

Haruto langsung mengiyakan, dia yakin sekali bisa bersama-sama mengwujudkannya. Semua yang dilakukannya juga untuk kepentingan bersama. Jeongwoo selalu mendapatkan kekangan saat dirinya masih sakit, jadi janji Haruto pada dirinya sendiri adalah. Setelah Jeongwoo sembuh, dia akan melakukan apa saja yang di inginkan oleh adiknya. Itu sebabnya kenapa Haruto bisa dengan mudah menuruti Jeongwoo, bahkan jika keinginan anak itu aneh.

Hanya karena perkataan Jeongwoo mengenai list harapannya. Haruto tidak lagi membahas sesuatu yang tadi dipertanyakan. Padahal tidak ada jawaban untuk pertanyaannya. Tapi dia tidak kenapa-kenapa, karena lebih mengutamakan Jeongwoo ketimbang pertanyaan yang tidak seharusnya dipertanyakan sekarang.

Meskipun ini kebohongan, Jeongwoo bener-bener terpaksa melakukannya sekalipun sebenarnya ini sangat menyiksa sekali. Tidak apa-apa, Jeongwoo melakukannya karena dia mau. Bukan karena ini sebuah keharusan.

 Bukan karena ini sebuah keharusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Power Flower[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang