Hanya karena tidak terdengar keluhannya seperti dulu lagi, bukan berati dia sudah tidak kenapa-kenapa. Semuanya bisa disembunyikan, dan semuanya punya alasannya tersendiri. Jeongwoo sengaja untuk tetap diam, dia hanya memikirkan bagaimana bisa membuat kebahagiaan bersama orang-orang yang peduli terhadapnya. Terutama Haruto dan kedua temannya itu, mereka memang tidak seumuran tapi mereka satu dalam setiap hal.
Rose yang terus mengkhawatirkan Jeongwoo kapan saja. Dia terus bertanya apa saja yang anaknya rasakan, bahkan jika Jeongwoo terlihat diam saja Rose sudah berpikiran yang tidak-tidak. Mengira jika anaknya itu menahan sakitnya tanpa mau mengatakan apapun.
Rasanya sama-sama menyakitkan sebab harus menyaksikan putranya sendiri mengalami masa-masa sulit di depan matanya. Tanpa dirinya bisa melakukan guna menghilangkan bebannya itu.
"Ibu jangan khawatirkan Jeongwoo, lagian Jeongwoo perginya sama Haruto juga," ucap Jeongwoo di rasa sang ibu terus menatapnya penuh kekhawatirannya. Jeongwoo tahu sekali, dia bisa menebaknya dengan mudah pula.
Kemudian Rose mengusap lembut pundak Jeongwoo, sebagai sosok seorang ibu yang baik. Rose usahakan bisa memberikan kebahagiaan untuk putranya, Jeongwoo sangat membutuhkan kebahagiaannya di dunia ini. Meskipun dia hidup bukan untuk berbahagia saja, setidaknya Jeongwoo sudah diharuskan merasakan hal sedemikian.
Sebab semua yang ada pada Jeongwoo itu sebenarnya hanyalah perihal pesakitan. Kemungkinan dia tidak dapat bertahan, hebatnya masih bisa kuat sampai sekarang.
"Ibu percaya kok Jeongwoo pasti baik-baik aja, kalau Haruto nanyakin Jeongwoo minum obat apa Jeongwoo jawabnya minum vitamin ya."
Jeongwoo mengangguk untuk memberikan jawaban, setelahnya suara Haruto dari arah luar sudah mengintruksinya. Jeongwoo cepat-cepat bergegas pergi, dan menikmati hari yang membahagiakan ini tanpa sebuah penyesalan.
Mungkin memang sudah seharusnya Rose melakukan hal demikian. Melihat segala kesakitan Jeongwoo sepertinya tidak adil jika Jeongwoo tidak diberikan kesempatan merasakan kebahagiaannya di dunia ini. Meskipun Rose terus mengkhawatirkannya, wanita baya itu akan mengusahakan untuk tetap tenang dalam segala keadaan. Jeongwoo harus bahagia apapun yang terjadi, semua yang dilakukannya juga demi—Jeongwoo.
Sudah seharusnya diberikan segala kebahagiaan setelah banyaknya diperhatikan. Dia harus memiliki kebebasan agar tidak menyesali segala kehidupannya di kemudian hari.
Jeongwoo hampir saja tidak bisa menaklukkan rasa sakitnya, saat selesai belarian bersama orang-orang yang bisa memberikannya kebahagiaan. Jeongwoo sampai merasakan sakit tak tertahankan, apalagi jika sudah kesakitan dadanya pasti akan terasa sangat sakit sekali.
Tapi, bagaimanapun juga Jeongwoo sudah sangat ahli dalam perihal seperti ini. Dia sudah dibiasakan oleh segala kesakitannya sendiri, sampai-sampai semuanya masih bisa terbiasa kan.
"Gimana mau buat list lagi enggak nih? Naik sepede terus ke sungai Han udah. Habis itu apa lagi?" tanya Jaehyuk yang sudah memegang sebuah buku beserta penanya. Dia benar-benar niat sekali membuat list untuk Jeongwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Flower[✓]
FanfictionSebuah bunga yang menjadi sumber kekuatan untuk Park Jeongwoo yang tak punya banyak kekuatan dalam hidupnya. Yang hampir menyerah, lantas mencoba untuk terus-terusan kuat demi kebahagiaan. Bunga yang indah, benar-benar membantu Jeongwoo. Setidaknya...