Jeongwoo merasakan perbedaan dari saudara kembarnya itu. Sang kakak yang tidak lagi menatapnya dengan lekat seperti biasanya yang seringkali dilakukan. Entah apa yang telah terjadi, hanya saja Jeongwoo belum sempat mempertanyakan. Beranggapan jika yang akan ditanyakan pun tidak seharusnya punya jawabannya sekarang.
Namun, lama-kelamaan Jeongwoo di buat penasaran. Haruto nyaris tidak menatapnya, dan duduk bersamanya saat sedang bersantai.
"Haruto, hari ini kau aneh sekali. Kau mendiamiku, dan kau menghindari setiap tatapan yang aku sengaja tujukan padamu. Sebenarnya ada apa?" tanya Jeongwoo di buat penasaran sekali.
Alih-alih untuk memberikan jawaban, Haruto justru beranjak pergi. Dia belum siap mengatakan apa yang menjadikannya seperti ini. Melihat Jeongwoo menyembunyikan semuanya sendirian saja, Haruto seakan-akan hancur sekali. Dia tidak berguna, bahkan Haruto tidak menyadari apapun. Itu sebabnya kenapa Haruto sangat merasa bersalah.
Kenapa juga Jeongwoo bertindak sedemikian, menjadikan Haruto sebagai sosoknya yang paling jahat. Haruto tahu dia memang tidak bisa merasakan rasa sakit yang senantiasa Jeongwoo rasakan, bahkan untuk meringankannya saja Haruto juga tidak punya kuasa untuk itu. Akan tetapi, terus berdiam diri tanpa memberitahu padanya. Sama saja Haruto disengaja kan menjadi orang jahat dalam kehidupan adiknya sendiri.
Jeongwoo segera menarik pergelangan tangan Haruto, dia penasaran kenapa kakaknya itu justru pergi tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Kau kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Jeongwoo binarnya indah seakan-akan sedang menunjukkan bagaimana dia bertahan pada hidupnya sendiri. Padahal, setelah mengetahui apa yang terjadi. Haruto sampai tidak yakin jika adiknya masih bisa bertahan.
"Seharusnya aku yang ngasih pertanyaan kayak gitu. Kau kenapa? Ada sesuatu yang terjadi padamu kan. Kenapa juga kau berbohong?!" Haruto sengaja meninggikan suaranya.
Jeongwoo seketika tertegun, dia mulai memahami apa yang sedang dimaksud oleh Haruto barusan. Tapi, dia mencoba menyakini diri jika Haruto tidak mungkin mengetahui sesuatu yang terjadi padanya. Semua yang sudah terjadi, telah dirahasiakan sebaik mungkin. Haruto semestinya dia mengetahui apapun, bahkan orangtuanya pun tidak mengatakan apa-apa pada Haruto.
"Em maksud kau apa, Haruto?"
"Kau kalo sakit bilang! Kenapa juga harus sembunyiin semuanya dari aku! Apa aku enggak berhak tau? Sumpah ngerasa jadi orang jahat kalo kayak gini," kata Haruto air matanya sudah menetes membasahi kedua pipinya yang mulus itu.
Setelah mendengarkan perkataan dari Haruto, Jeongwoo langsung menunduk dalam. Apakah secepat ini Haruto mengetahui kenyataannya? Kenapa harus sekarang juga.
Jeongwoo bahkan tidak tahu harus mengatakan apa yang memberikan sebuah tanggapannya. Semua yang Jeongwoo lakukan barangkali kesalahan, tapi dia pun terpaksa. Jeongwoo sebenarnya tidak berkeinginan melakukan hal semenyedihkan ini, hanya untuk meminta kebahagiaan.
Kemudian, di beranikannya menatap Haruto. Kakaknya itu menangis tersedu-sedu, dia pasti kecewa pada Jeongwoo yang membohonginya selama ini.
"Sebelumnya aku minta maaf, enggak seharusnya aku berbohong. Tapi, kau mau mendengarkan alasanku terlebih dulu? Aku melakukan ini semua karena aku ingin hidup seperti orang normal. Tanpa kesakitan, dan tanpa ketakutan besok mungkin sudah waktunya untuk mati," jelas Jeongwoo bagaimana pun juga dia memang sudah seharusnya mengatakan kebenarannya. "Aku memang berbohong padamu. Dan semua orang yang peduli padaku, ibu sama ayah udah tahu. Mereka yang membiarkanku melakukan ini."
Haruto mengelap air matanya, mencoba untuk tidak sesenggukan agar suaranya dapat didengar oleh Jeongwoo.
"Aku tau enggak semuanya kebohongan kesalahan di dunia ini. Tapi kenapa harus aku yang kau bohongi Jeongwoo! Apa aku enggak harus tau. Kau itu kembaranku," sentak Haruto memukul dada berbidang milik Jeongwoo beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Flower[✓]
FanfictionSebuah bunga yang menjadi sumber kekuatan untuk Park Jeongwoo yang tak punya banyak kekuatan dalam hidupnya. Yang hampir menyerah, lantas mencoba untuk terus-terusan kuat demi kebahagiaan. Bunga yang indah, benar-benar membantu Jeongwoo. Setidaknya...