8▪ still be at this second

185 39 0
                                    

Memenuhi list dari keinginan Jeongwoo bukan hal yang sulit. Buktinya dengan bersemangat mereka sudah bersiap-siap untuk pergi ke taman bunga. Ini juga sebuah permintaan, dan bagian dari kebahagiaan milik seseorang yang sangat membutuhkannya. Jeongwoo sangat berharap bisa berada di tengah-tengah jutaan bunga yang indah.

Jaehyuk mengenakan jaket tebalnya, kebetulan musim dingin. Dia bahkan tidak kuat jika harus melepaskan jaketnya apalagi tidak mengenakannya. Berbeda dengan Haruto dan Asahi, mereka memaki baju kemeja putih seakan-akan sedang melakukan kencan saja. Sedangkan Jeongwoo mengenakan hoodie . Padahalkan cuaca dingin sekali, ini bukan musim semi untuk menikmati sebuah hubungan yang lebih menyenangkan.

Naif sekali, tapi begitulah kenyataannya. Jaehyuk bisa apa. Di larang saja mereka pasti tidak peduli, hanya Jaehyuk yang tidak suka ikut-ikutan jika dalam segi penampilan.

"Nanti jangan lupa fotoin aku di taman bunga, ya. Entar kalo aku enggak ada fotonya di jadiin buat pelayat," kata Jeongwoo mengeluarkan sepedanya dari dalam garansi. Tanpa menyadari jika perkataannya itu mengundang tanda tanya besar.

Spontan saja Asahi yang berada di dekatnya pun memberikan pukulan pelan. Jeongwoo tidak berhati-hati dalam ucapannya sendiri.

"Dijaga omongannya," kata Asahi memperingati.

Sedangkan Jeongwoo tertawa geli karena sempat mengatakan kalimat semacam itu. Seharusnya kan dia tidak perlu mengatakannya. Sebuah perihal yang bukan bentuk dari kebenaran untuk didengarkan. Kenapa tidak, karena Jeongwoo tidak mengatakan tentang kenyataannya.

Entah akan sampai kapan berbohong, setidaknya Jeongwoo dapat menikmati kebahagiaan dan hidup senormal mungkin selayaknya seseorang yang tidak sakit.

"Jangan mati dulu, kau harus bahagia lebih banyak lagi."

Jeongwoo tersenyum mendengar Asahi mengatakan kalimat tersebut yang sengaja diperuntukkan padanya. Memang tidak ada salahnya dia mencoba bertahan meskipun sebenarnya menyakitkan. Yang terpenting sekarang, dia dapat merasakan kebahagiaan tanpa memikirkan rasa sakitnya lagi. Hal yang paling menakutkan bukan kematian untuknya, melainkan terlalu sering merasakan sakit kemudian tidak bisa menjalani kehidupan dengan senormal mungkin. Padahal Jeongwoo masih berharap untuk hal sedemikian.

"Ayok berangkat, bakalan seru banget nanti," kata Haruto mengintruksikan mereka semua.

Kemudian secara beriringan saling mengayuh sepedanya masing-masing. Senyumannya pun merekah satu sama lain, Rose yang sempat memperhatikannya pun menitihkan air matanya. Ternyata dia memang sudah seharusnya memberikan Jeongwoo kebebasan, agar dapat melihat putranya sebahagia itu.

Rose diam-diam mengakui kesalahannya sebab pernah melarang Jeongwoo melakukan banyak hal dalam hidupnya. Terutama mengenai banyak hal yang menyenangkan di luaran sana. Kini, setelah memahami Jeongwoo. Rose berjanji tidak akan melarang apapun. Dia adalah orang tua yang berharap anaknya bahagia.

 Dia adalah orang tua yang berharap anaknya bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Power Flower[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang