9▪ painful breath

207 33 5
                                    

Padahal Jeongwoo tidak menderita penyakit asma, dia menderita penyakit paru obstruktif kronis. Tapi ternyata itu justru menggangu pernapasannya juga. Saat sedang kambuh, Jeongwoo pasti akan kehilangan caranya bernapas dengan baik. Tarikan napasnya secara perlahan juga tidak menghasilkan apapun. Yang ada memang benar-benar tentang rasa sakitnya.

Suara mengi setiap menarik napas saja membuat Jeongwoo merasa miris pada dirinya sendiri. "Kau cuma penyakit paru-paru Jeongwoo. Kenapa kayak orang kena asma bengek gini."

Rose masuk ke dalam kamar putra bungsunya. Dan mendapati Jeongwoo yang menangis karena tidak dapat menahan rasa sakitnya lagi. Sebenarnya juga sudah sejak kemarin malam dia menahannya, bahkan tidak meminum obat yang sudah disediakan oleh Rose. Alasannya ya tetap saja karena sia-sia, tidak ada perubahan.

"Ada yang sakit?" tanya Rose mengelus-elus lembut bagian dada milik Jeongwoo. "Kita ke rumah sakit ya."

"Bu, kalo kita ke rumah sakit. Haruto bakalan tau, terus gimana? Aku cuma kepengin keliatan baik-baik aja. Karena cuma itu yang bisa aku lakuin enggak lebih."

Mendengar jawaban dari putranya, Rose tidak mampu berkata-kata lagi. Dia kehilangan banyak kalimat yang ingin terucapkan. Rasanya Rose memang tidak bisa membatasi Jeongwoo dalam banyak hal. Dia juga bukannya menyerah, melainkan sedang berusaha saja untuk hidup senormal mungkin selayaknya orang-orang pada umumnya.

Jeongwoo pada dasarnya menolak fakta jika dirinya itu penyakitan. Hidup seperti itu sebenarnya juga buruk.

"Ibu beneran enggak tau harus kayak gimana sekarang, Wo. Apa udahan aja bohongin Haruto, sebenarnya kebohonganmu itu enggak sepenuhnya baik. Jeongwoo jangan keterusan," ujar Rose yang seringkali kebingungan harus melakukan apa untuk putranya.

Lantas setelahnya Jeongwoo tersenyum, tutur kata dari ibunya memang menandakan kepeduliannya terhadap Jeongwoo. Tapikan, Jeongwoo perlu bersikap biasa-biasa saja bahkan tanpa memperlihatkan kesakitannya dia sekarang.

Semua orang memang bisa berbohong, namun tak semua orang bisa terus melakukannya. Maka dari itu pula, Jeongwoo ingin terus berbohong agar semuanya tidak sebegitu berantakan.

"Yakinkan ke diri ibu, Jeongwoo bakalan gak kenapa-kenapa. Ingat Bu, satu-satunya ngebuat Jeongwoo bahagia ya dengan cara berbohong. Kalo Jeongwoo keterusan keliatan lemah, Jeongwoo mungkin enggak ngerasain kebahagiaan," jelasnya yang membuat Rose kehilangan kata-kata.

Ada benarnya juga penuturan dari putra bungsunya itu. Ini juga bentuk kebahagiaannya, Rose hanya terlalu berlebihan dan sebenarnya juga wajar saja. Sebab Rose merupakan seorang ibu. Sentiasa mengkhawatirkan anaknya bahkan jika mereka sedang kesakitan.

Jeongwoo pandai menyembunyikan semuanya, dia melakukan hal tersebut demi sebuah kebahagiaan. Yang awalnya akan dia peruntukan pada Haruto saja, tapi dia juga ketagihan membahagiakan dirinya sendiri juga.

"Bu, tolong ya demi kebahagiaan Jeongwoo. Apa ibu tega ngeliat Jeongwoo enggak kebahagiaan bahkan kalau Jeongwoo ma---"

"Jeongwoo, jangan memperjelas keadaanmu. Ibu enggak ngelarang apapun yang Jeongwoo mau. Lakukan semuanya yang ngebuat bahagia, tapi ingat jika kesakitan jangan sembunyikan dari ibu. Biarkan ibu tau tentang rasa sakitnya," Rose justru memotong perkataan Jeongwoo untuk menyampaikan kalimatnya yang sudah semestinya terucapkan. Rose tahu apa yang akan anaknya katakan tadi. Maka dari itu dia sengaja memotong perkataannya.

Seperti sudah terbiasa, Jeongwoo tidak pernah takut akan kematian. Dia mengatakan lebih ketakutan jika tidak melakukan apapun yang di inginkan, ketimbang mati tapi terus dikekang. Semuanya sudah terjadi, apa boleh buat juga.

"Bu, udah mendingan. Enggak sesak lagi. Jeongwoo tidur ya," kata Jeongwoo yang setidaknya bisa menenangkan Rose kala mendengarnya.

Wanita baya itu segera menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Jeongwoo. Tidak lupa pula mengecup keningnya, kemudian mematikan lampu di dekat meja nakas dan bergegas keluar dari kamar putranya. Jeongwoo harus beristirahat, dia tidak punya banyak waktu dan sudah semestinya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Power Flower[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang