Jika pada akhirnya, tidak ada yang bisa dipertahankan. Maka dari itu sudah semestinya ada yang bersedia melepaskan. Tidak apa-apa, lagian tak semuanya melepaskan itu buruk.
Barangkali pula itulah cara satu-satunya untuk membuatnya menyudahi rasa sakit yang ada. Banyak kebahagiaan tanpa perlu bertahan hidup di dunia, Tuhan lebih tahu apa sepantasnya diberikan pada sosok-sosok rapuh yang kelelahan.
Setidaknya bukan karena mengakhiri kehidupannya sendiri, melainkan memang sudah saatnya beristirahat.
Jeongwoo senang karena di saat-saat membahagiakan, Tuhan tidak membawanya pulang terlebih dulu. Seakan-akan dia diberikan kesempatan untuk menikmati kebahagiaannya di dunia, meskipun nantinya juga hanya sesaat.
Lagian bukan tujuan Jeongwoo untuk memaksa Tuhan memberikan segala-galanya mengenai kebahagiaan. Dia bertahan karena Jeongwoo berkeinginan melihat orang-orang disekitarnya merasakan ketenangan. Setelah berhasil, Jeongwoo pasti akan beristirahat.
"Nanti kalau aku sendirian, apa kau akan datang padaku?" tanya Haruto yang langsung duduk di dekat Jeongwoo. "Mungkin aku akan kesepian."
Jeongwoo menatapnya dengan matanya yang berbinar, senyumannya terukir elok. Kemudian menggenggam tangan Haruto, sambil mengatakan beberapa kalimat yang bisa membuat Haruto merasa ditenangkan. Tidak apa-apa, kehilangan tidak selamanya tentang kesedihan.
"Kau mungkin akan kesepian, Haruto. Tapi ingatlah aku tetap bersamamu, di sini aku hidup di sini," kata Jeongwoo menunjuk dada milik Haruto.
Semua orang pada akhirnya takut akan kehilangan. Sebisa mungkin mengusahakan dengan berlebihan agar nantinya, kehilangan itu tidak menjadi kenyataan. Akan tetapi, hal seperti itu sebenarnya kesalahan. Sebab yang hilang tak akan pernah kembali lagi.
Hilang dalam kata Haruto adalah kehilangan yang akan jadi selama-lamanya. Menyatukan kerinduan akan lebih sulit. Maka dari itu, dia tidak berkeinginan untuk secepatnya kehilangan.
"Apa kau akan hidup di hatiku?"
"Ya memang aku akan hidup di hatimu. Selagi kau terus mengenangku, aku enggak akan pernah pergi jauh darimu," tuturnya membuat Haruto tersenyum akan perkataanya.
Jeongwoo itu hebat sekali, dia dapat membuat orang-orang disekitarnya mengenang tentangnya tanpa merasa kehilangan. Mungkin sekarang dia masih tinggal, tapi ada saatnya dia pergi tak kan kembali lagi. Jeongwoo butuh beristirahat dari segala rasa sakit yang dirinya rasakan selama ini.
Sulit baginya untuk benar-benar bertahan jika tak ada satupun yang bisa meringankan. Penyakitnya juga tidak bisa disembuhkan, nyatanya setelah diperjuangkan dengan segala harapan agar dapat tersembuhkan. Semuanya justru gagal, Jeongwoo memang sudah seperlunya beristirahat pada kehidupannya di dunia.
Cara seseorang meninggalkan dunia juga berbeda. Ada yang meninggal karena sakit, meninggal karena kecelakaan. Ataupun meninggal karena berkeinginan menyudahi semuanya. Tapi, untuk Jeongwoo. Dia pasti akan meninggal karena penyakitnya.
"Ngeteh yok!" seru Jaehyuk yang datang bersama Asahi membawakan minuman di tangannya masing-masing. "Malam-malam kayak gini enakan ngeteh sambil cerita-cerita gitu."
Jeongwoo dengan senyumannya yang merekah, segera mengambil salah satu minuman yang di bawa Asahi. Kemudian, mengacungkan kedua jari jempolnya karena takjub akan minuman tersebut. "Gila! Teh nya enak ternyata."
Saatnya bersenang-senang bukan? Jeongwoo bisa membuktikan pada semesta. Bahwasanya seseorang yang penyakitan sepertinya. Juga bisa berbahagia, tidak ada batasan untuk siapapun agar menemukan kebahagiaannya. Jeongwoo benar, dia tidak akan pernah kehilangan kebahagiaannya hanya karena dia sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Flower[✓]
ФанфикSebuah bunga yang menjadi sumber kekuatan untuk Park Jeongwoo yang tak punya banyak kekuatan dalam hidupnya. Yang hampir menyerah, lantas mencoba untuk terus-terusan kuat demi kebahagiaan. Bunga yang indah, benar-benar membantu Jeongwoo. Setidaknya...