Rose tidak pernah membiarkan Jeongwoo menghadapi semua kesulitannya sendirian. Di setiap saat selalu ada segala pertanyaan-pertanyaan apakah anaknya itu baik-baik saja, atau tidaknya. Rose tentu saja mengkhawatirkan Jeongwoo kapan saja, Jeongwoo pada dasarnya yang tetap merasakan sakit mana pernah terbebaskan akan segala perihal lara.
Kemudian wanita baya yang sangat menyayanginya itu merasakan ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, Rose bahkan sedang menjaga seseorang yang bisa sewaktu-waktu meninggalkannya kapan saja, tanpa bisa diketahui kapan detik-detik terkahir namun itu sangat pasti bahwa dia akan segera pergi lebih dulu.
Tidak ada yang bisa menebak masa depan akan jadi seperti apa nantinya. Tapi, semua orang bisa merencanakan yang terbaik guna menyambut sebuah masa depan dikemudian hari.
"Jeongwoo, obatnya sudah di minum? Tadi malam ada yang sakit tidak? Ibu tidak pernah tenang kalau sudah memikirkan tentang Jeongwoo," ucap Rose penuh tanya itu, dia memang tidak pernah sekalipun bisa merasakan ketenangan saat putranya itu tak sekalipun berada dalam keadaan baik-baik saja.
Diam-diam Rose memperhatikannya, menyakini diri jika Jeongwoo tidak kenapa-kenapa. Nyatanya Rose hanya menghibur dirinya sendiri dari sebuah rasa takutnya.
"Bu karena Jeongwoo tidak pernah sembuh, jangan mempertanyakan hal seperti itu lagi. Bertahan sampai di detik ini keajaiban, lagian sejak kapan Jeongwoo sembuh."
Mendengar keputusasaannya dari Jeongwoo, mendadak Rose merasa sangat bersalah sekali. Dia merupakan orangtua yang paling buruk di dunia, tidak memperhatikan anaknya dengan baik sehingga sosoknya merasakan sakit tanpa henti. Jeongwoo memang selalu mengeluhkan rasa sakitnya, tapi di depan kembarannya itu Jeongwoo terlihat tidak kenapa-kenapa.
Apakah itu kebohongan terbesarnya? Jelas iya. Jeongwoo sudah berbohong terlalu banyak karena ingin di anggap baik-baik saja, sekalipun itu kebohongan setidaknya Jeongwoo bisa menjalani kehidupannya dengan normal.
"Ibu paham sekali maksud Jeongwoo itu apa, tapi kau masih punya kesempatan untuk sembuh. Ibu akan mengusahakan semuanya untuk membuatmu tetap hidup."
"Jangan berlebihan, ibu. Jeongwoo tahu ibu tidak pernah berkeinginan kehilangan siapapun di dunia ini, tapi ibu harus percaya semua manusia pasti akan mati. Bukan hanya manusia tapi siapapun yang bernyawa akan menjemput kepulangan sesungguhnya," jelas Jeongwoo mengatakan apa yang telah dia pikirkan akhir-akhir ini.
Bisikannya sangat lirih, meminta waktu agar tidak cepat berlalu. Dia tahu esok akan beda cerita, maka dari itu saat-saat membahagiakan di hari ini akan dinikmatinya tanpa penyesalan.
Tidak ada salahnya jika Jeongwoo selalu menghargai setiap waktu yang diperuntukkan padanya. Dia seseorang yang tidak mau menyesali apapun, karena yang terjadi sekarang adalah betapa jelasnya kematiannya terlihat. Tidak apa-apa, Jeongwoo tahu caranya bertahan untuk menikmati segala kehidupannya tanpa terlalu memikirkan rasa sakitnya.
Karena bagi Jeongwoo dia tidak perlu memikirkan kapan harus berhenti namun memikirkan untuk melakukan apa saja dengan semampunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Power Flower[✓]
FanfictionSebuah bunga yang menjadi sumber kekuatan untuk Park Jeongwoo yang tak punya banyak kekuatan dalam hidupnya. Yang hampir menyerah, lantas mencoba untuk terus-terusan kuat demi kebahagiaan. Bunga yang indah, benar-benar membantu Jeongwoo. Setidaknya...