Introduce

2.5K 216 50
                                    

Jendra menatap langit biru siang ini, bergumam pelan sejak satu jam lalu. Sejak 2 tahun lalu Jendra tidak begitu menyukai taman fakultas, bahkan untuk sekedar mampir saja dia enggan. Tapi entah bisikan dari mana, Jendra merelakan waktunya untuk duduk di bawah pohon mangga yang tak kunjung berbuah ini.

"Pantas dia suka duduk disini, adem," gumam Jendra pada dirinya sendiri, menutup matanya untuk menikmati bagaimana semilir angin membawa helaian rambutnya kesana kemari.

"Tumben lo ke taman fakultas?"

Mendadak Jendra membuka matanya, menoleh ke belakang. Dan benar saja, dia mendapati perempuan dengan kemeja biru dan rambut digerai.

Perempuan itu berjalan mendekat ke arah Jendra, duduk tepat di sebelah Jendra dan turut menutup matanya.

"Iseng," jawab Jendra begitu perempuan itu menutup matanya.

"Jen, gue tau lo gak suka dengan apapun yang berhubungan sama taman fakultas dan sekarang lo tiba-tiba duduk di bawah pohon mangga yang gak pernah ada mangga nya. Gue wajib nanya dong ke lo."

Jendra tersenyum kecil mendengar celotehan Kalesha, perempuan yang sekarang ada di sebelahnya.

"Gue cuma mau tau kenapa Jeya selalu duduk di sini setiap kali kami janjian."

Tiba-tiba Kalesha membuka matanya, ikut menatap langit yang seperti hari-hari biasa, tetap berwarna biru.

"Sekarang udah tau?"

"Di sini adem, gue rasa itu salah satu alasan dia selalu minta buat ketemuan di sini. Cocok buat istirahat setelah diomelin sama Pak Sam."

Kalesha hanya mengangguk pelan, tersenyum sesaat setelah mengingat bagaimana Jendra dan Jeya dulu selalu bertemu di sini, jarang di tempat lain. Dan benar saja kata Jendra, di sini tempat ternyaman.

"Gue tau lo lagi kangen Jeya."

"Gue gak lagi kangen dia, Sha. Tapi gue selalu kangen dia. Gue selalu berandai-andai dia masih ada di sini, duduk di sebelah lo dan bawain makanan kesukaan lo. Tapi akhirnya gue selalu disadarin kalau dia, udah gak ada."

Kalesha tidak tahu bagaimana rasanya jadi Jendra. Kehilangan seseorang yang disayang dengan cara tragis, Kalesha tidak sanggup rasanya untuk sekedar membayangkan.

Jeya, sahabat dekatnya sekaligus pacar Jendra, semuanya pernah merasa kehilangan perempuan itu. Bahkan sampai sekarang, bisa dipastikan rasa sakitnya masih menyisa terutama untuk Jendra.

"Jen, semuanya kangen sama Jeya," hanya itu yang bisa diucapkan Kalesha. Dia tidak pernah sanggup jika menyangkut tentang Jeya.

•••♪♪♪•••

Kita Dan Semesta adalah cerita yang sengaja aku buat untuk mengenang bagaimana orang yang kita cintai berpulang. Bagian ini sama halnya seperti sebuah arus yang kesana kemari mencari jalan untuk pulang.

Dan mereka, adalah tokoh yang akan menjalani semuanya dengan tataan yang sudah diatur

Dan mereka, adalah tokoh yang akan menjalani semuanya dengan tataan yang sudah diatur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang