4. Kenangan Masa Lalu

444 121 17
                                    

Rinduku tak pernah usai untukmu
Dulu saat masih bersama
Sebentar jauh darimu ku sudah rindu
Sebentar jauh darimu ku sudah rindu
Siapakah yang harus ku salahkan
Dengan semua terjadinya ini
Bukan salahku dan bukan salahmu juga
Hanya takdir yang belum tepat

Daun Jatuh

•••♪♪♪•••

Orang bilang, selalu ada alasan kenapa kita bertahan sampai sekarang. Dan mungkin ada alasan kenapa Jendra masih setia menapakkan kakinya di atas tanah sampai sekarang. Alasan kenapa ia tetap hidup bahkan saat salah satu peneguhnya tidak bisa bertahan lebih lama.

Kalau dipikir-pikir Jendra sebenarnya masih tidak terlalu ngeh mengapa dia bisa bertahan sampai sejauh ini. Pertama, hidupnya masih abu-abu atau bahkan masa depannya tidak bisa diperkirakan bagaimana. Kedua, kata Haedar hidupnya tidak diperlukan walaupun Jendra tau apapun yang keluar dari mulut calon adik iparnya itu tidak bisa dipercaya, karena kata Jean kelahiran Jendra itu sebuah anugerah bagi orang tuanya. Dan yang ketiga, Jendra masih belum tau apa-apa tentang dunia.

Jendra pernah mendapat wejangan dari salah satu penjual ketoprak di Jalan Mawar langganannya. Katanya, "Hidup itu bukan selalu tentang menang dan berhasil. Coba kamu lihat para petinggi dunia, kalau gagal selalu jadi sorotan. Dan itu yang bikin mereka berhasil. Kalau kamu gagal jangan mikir buat berhenti, Jen. Justru kegagalan kita yang disorot banyak orang itu karena kita istimewa. Jangan takut gagal."

Sejak saat itu Jendra yang awalnya bodo amat dengan kegagalan nya sendiri, sekarang ia lebih banyak bersyukur tentang kegagalan yang di temuinya.

Bahkan saking tak pedulinya, Jendra sampai lupa kapan terakhir kali ayunan belakang rumahnya menjadi tempat peristirahatannya. Jendra nyaris tidak pernah duduk di sana dalam 1 tahun terkahir, padahal ia hanya perlu berjalan beberapa langkah dari kamarnya.

"Ngapain Kak Jen duduk di sana? Minggir deh itu tempat kekuasaan aku."

Baru saja Jendra meresapi angin yang lewat saat ia duduk di atas ayunan putih, tiba-tiba saja suara Sarah hampir mengorbankan jantungnya.

"Kakak baru aja duduk disini, ngalah coba." Ucap Jendra tak terima saat Sarah mengatakan jika ia harus beralih dari ayunan itu.

"Enak aja, yang duduk tiap sore disitu aku. Yang lap ayunan nya habis hujan, aku. Minggir deh kak!" Sarah tak mau kalah. Kalau saja mereka berpikir Sarah adalah adik yang penurut, itu tidaklah sama sekali.

"Justru itu, gantian sama Kakak."

Dengan berat hati yang sebenarnya enggan untuk mengalah dengan kakaknya, tapi kali ini Sarah akhirnya mengalah. Setelah ribuan purnama, seorang Sarah mau mengalah dengan kakaknya.

"Yaudah aku masuk, duduk sana sampai puas."

Jendra terkekeh saat melihat Sarah melangkah masuk kedalam. Sudahlah, terkadang jika perdebatan dengan Sarah tidak akan pernah berakhir dengan kata menang.

Lupakan soal Sarah dan segala ambisinya untuk selalu menang melawan Jendra. Sekarang tujuan utama Jendra duduk di ayunan belakang rumah terabaikan. Tadinya Jendra hanya ingin mengambil minum ke dapur, namun atensinya mendadak teralihkan pada pintu belakang yang terbuka. Setelah di tilik, hanya ada ayunan yang terombang-ambing karena angin dan beberapa daun yang sudah menguning berjatuhan ditanah, seperti memutuskan untuk mengenaskan diterpa angin. Dan berakhirlah Jendra duduk di sini.

Jendra sempat masuk ke dalam kamarnya, untuk mengambil selembar kertas yang entah apa isinya. Yang menjadi hak miliknya sejak kemarin lusa-- selepas ia mengunjungi Hadden.

Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang