1. Kita Dan Rindu

1.2K 178 46
                                    

Waktu terus berlalu
Tanpa kusadari yang ada hanya
Aku dan kenangan
Masih teringat jelas
Senyum terakhir yang kau beri untukku

Tak pernah ku mencoba
Dan tak ingin ku mengisi hatiku
Dengan cinta yang lain
'Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hidupku

-Element

•••♪♪♪•••

Di antara tumpukan buku di atas meja, Jendra menghela napasnya panjang. Tengah malam ini, dia tekadkan untuk menyelesaikan beberapa tugas dari dosennya. Mengingat jika perjuangannya untuk sampai di titik ini tidaklah mudah, Jendra ingin cepat-cepat lepas dari dunia perkuliahan. Tapi entah kenapa, semangatnya untuk pergi ke kampus tidak lagi sama. Jendra selalu menemukan dirinya duduk termenung di salah satu kursi di depan fakultas, duduk sendiri menatap lurus ke depan.

Malam ini hanya ada remangnya lampu di atas nakas yang menemaninya menempuh gelap. Diambilnya foto dalam laci, foto yang nampak bersih karena Jendra pandai merawat sesuatu. Di situ terlihat jelas bagaimana Jendra memeluk kekasihnya. Mereka tersenyum bak bianglala yang selalu melengkung di atas nabastala. Mata mereka sama-sama terpejam.

Terkadang Jendra tak habis pikir, bagaimana bisa sosok yang telah tiada itu mengambil bagian paling besar dalam hatinya? Kata Haedar-- teman karibnya, itu namanya cinta sejati. Tapi Jendra masih belum menemukan alasan kenapa 'dia' bisa menjadi cinta sejatinya.

Gundah, Jendra lantas mengambil sebuah jepit rambut berwarna pink dari dalam kotak hitam yang disusunnya sejajar dengan foto istimewa tadi. Jepit rambut pink, barang terakhir yang diberikannya untuk Jeya, hadiah ulang tahun terakhir 2 tahun lalu. Sejujurnya Jendra tidak begitu menikmati barang-barang yang tidak ada manfaatnya untuk disimpan. Tapi semenjak menjalin hubungan dengan Jeya, Jendra semakin sering menyimpan rapat-rapat barang dari Jeya. Kata dia, "Barang itu gak harus mahal, selagi bisa mewakilkan kenangan maka barang yang tadinya sederhana dan murah jadi mahal dan istimewa. Aku gak minta yang mahal-mahal buat hadiah ulang tahun aku, cukup jepit rambut pink dari pasar malam tadi aja itu sudah cukup. Karena yang istimewa itu bukan jepit rambut nya, tapi dari siapa dia berasal. Karena jepit rambut itu dari kamu, ya otomatis jepit rambut nya jadi istimewa."

Malam itu, malam terakhir Jendra memberikan barang sederhana untuk Jeya. Karena setelahnya, takdir yang tidak terduga memisahkan mereka.

"Ya, aku selalu berusaha buat gak sakit hati saat lewat di depan taman fakultas, tapi rasanya itu sama aja kaya pura-pura baik-baik aja waktu Nadine liat Ryan dikelilingi cewek-cewek."

Setelah berbisik pada jepit rambut pink itu, Jendra tertawa lirih. Memang setelah kekasihnya tiada, dunia masih baik-baik saja. Tapi dia yang tidak baik-baik saja.

"Aku kangen kamu, Ya," lirih Jendra entah keberapa kalinya dia mengatakan kata rindu itu pada senyapnya tengah malam.

"Kamu bilang sesuatu itu akan selalu abadi dalam kenangan, ternyata itu benar. Kamu selalu hidup dalam ingatan aku. Aku gak tau sudah berapa kali berkunjung ke makam kamu, tapi aku selalu ngerasa kalau kamu ada di setiap langkah aku. Kamu tau, Ya? Kalesh sekarang lebih sering pakai baju yang tertutup, Sarah juga sekarang selalu sarapan. Ya, kamu ninggalin jejak yang sempurna buat kami, apalagi buat aku. Rasanya susah banget berhenti nangis di pemakaman kamu."

Seolah menertawakan nasibnya, Jendra tertawa hambar. Bayangan kematian Jeya secara tragis masih begitu jelas di matanya. Bagaimana sore itu dia mendapati raga Jeya tanpa nyawa, rasanya seperti mimpi buruk di tengah malam. Tapi semua itu disadarkan oleh Sarah, bahwa kematian Jeya bukanlah sebuah sebatas mimpi yang menyeramkan, melainkan takdir yang begitu kelam.

Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang